BAB 28. Sakit Jiwa

218 40 83
                                    

Jangan lupa vote dan komen!
.
.
.
Happy reading ^•^

Dan, di sinilah Anna sekarang. Duduk di sebuah kafe, memegang ponsel di tangannya dengan tubuh yang sedikit gemetar karena merasakan kebahagiaan yang begitu besar. Anna berniat memberi tahu Sebastian tentang kabar kehamilannya itu nanti saat lelaki itu kembali, tapi entah kenapa tangan dan mulut Anna rasanya gatal sekali. Merasa sangat tidak sabar untuk mengabari suaminya itu.

Saat Anna sedang bingung antara memberi tahu Sebastian atau tidak, tiba-tiba ada dua orang wanita duduk tak begitu jauh dari mejanya. Salah satu wanita langsung saja terisak dan yang satu lagi tampak sedang menenangkannya. Tempat mereka yang tidak begitu jauh darinya membuat Anna bisa sedikit mendengar percakapan mereka.

"Kan sudah kubilang, suamimu itu memang brengsek!" ucap si teman yang berambut coklat.

"Aku tidak tahu kalau semua ini akan terjadi. Ia tiba-tiba saja bersikap begitu baik padaku setelah sekian lama kami berpisah lalu setelah aku melahirkan, ia mengambil anakku dan berniat menceraikanku. Kau tahu, ia butuh anak itu hanya untuk melanjutkan keturunannya demi masa depan perusahaannya." Wanita itu terisak makin keras, membuat temannya jadi salah tingkah.

Anna melirik ke arah mereka sedikit sambil menelan ludah. Entah kenapa kasus wanita itu agak mirip dengannya. Apakah Sebastian tiba-tiba saja datang dan pura-pura berdamai dengannya hanya karena ia ingin memiliki anak, lalu setelah anak itu lahir ia akan merebutnya dari Anna dan meninggalkannya lagi? Kalau Anna pikir, sikap Sebastian yang tiba-tiba saja baik dan tidak jadi menceraikannya memang aneh kalau tidak ada maksud lain di belakangnya. Karena sebelum Sebastian memutuskan untuk berdamai dengan Anna, ia tampak marah sekali waktu itu.

Seth yang sudah Anna cintai sedemikian rupa saja bisa membohonginya apalagi Sebastian, lelaki yang sudah ia sakiti berkali-kali.

Memikirkan itu membuat tubuh Anna gemetar dan selera makannya hilang seketika. Segera saja Anna masukkan ponselnya ke dalam tas lalu beranjak pergi ke luar dari sana.

Kepala Anna terasa pusing sekali saat ini.

***

Berhari-hari setelahnya Anna lebih banyak mengurung diri di kamar apartemennya. Pertemuannya dengan kedua wanita itu dan mengingat apa yang terjadi pada salah satu di antaranya membuat Anna tidak bisa berhenti memikirkannya.

Apa benar Sebastian akan berbuat sejahat itu pada Anna nantinya? Apa Sebastian akan benar-benar memisahkan Anna dengan bayinya lalu menceraikannya? Apa Sebastian memang sudah merencanakan ini semua jauh-jauh hari sebelumnya?

Semakin Anna memikirkan hal itu semakin kepalanya terasa pusing.

Anna beranjak dan masuk ke kamarnya. Ia mengeluarkan kopernya dan memasukkan beberapa potong pakaian dan benda penting lainnya.

Anna berniat untuk pergi dari apartemen itu.

Anna keluar dari gedung apartemennya dan berniat mencari taksi. Tapi sialnya setelah mendapat tumpangan, tiba-tiba saja taksi yang ia naiki mengalami pecah ban sehingga Anna harus diturunkan di sebuah halte.

Hari itu Anna benar-benar tidak beruntung. Hujan turun dengan sangat deras dan ia tidak membawa payung. Jadilah tubuhnya harus basah kuyup, berteduh di sebuah halte sambil menunggu taksi lain yang akan mengantarnya ke tempat tujuannya nanti.

Tapi, entah kenapa Anna merasa ada yang berbeda dari hari ini. Anna tidak tahu apakah karena cuacanya hujan, daerah sekitar yang biasanya ramai dengan lalu lalang kendaraan tiba-tiba menjadi sangat sepi. Dan, halte bis yang biasanya ramai pun kini hanya menyisakan dirinya sendiri.

𝐒𝐀𝐕𝐀𝐍𝐍𝐀𝐇Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang