BAB 18. Keras Kepala

191 38 42
                                    

Jangan lupa vote dan komen!
.
.
.
Happy reading ^•^

Siang itu, saat Anna sedang duduk bersandar di atas tempat tidur, tiba-tiba ia mendengar suara seseorang yang sedang mencoba membuka kunci pintu kamarnya dengan perlahan. Anna tahu itu pasti Martha. Dan benar saja, saat ia menoleh ke arah pintu, ia melihat wanita itu masuk dengan membawa nampan berisi makanan dan minuman.

"Ini makan siang untuk Anda, Nyonya," ucap Martha dengan sangat pelan dan sopan. Anna tersenyum kecil ke arahnya.

"Terima kasih, Martha. Letakkan saja makanannya di meja. Nanti akan kumakan kalau aku sudah lapar."

"Tidak, Nyonya Anna. Tuan Sebastian meminta saya membawa kembali semua piring-piring ini dalam keadaan kosong. Belakangan Anda tidak pernah menghabiskan makanan yang saya bawa. Malah terkadang makanannya tidak tersentuh sama sekali."

Selera makan Anna hilang karena ia selalu memikirkan keadaan Seth. Anna terlalu mengkhawatirkan keadaan lelaki itu di dalam penjara. Bagaimana Seth makan, bagaimana ia tidur dan apakah para polisi itu memperlakukannya dengan adil setelah ia ketahuan telah melakukan percobaan untuk mencelakai salah satu pengusaha penting di negara ini?

"Aku akan makan nanti. Kau jangan khawatir. Sekarang kau boleh pergi."

"Saya tidak akan pergi sebelum Anda memakan makanan ini. Saya hanya tidak mau Anda mendapat masalah lagi dengan Tuan Sebastian."

Anna mengalihkan pandangannya dari Martha, berusaha menghindari tatapannya agar ia tidak tahu kalau Anna benar-benar merasa ingin menangis sekarang. Kebaikan wanita itu membuat Anna begitu tersentuh. Bisa dibilang hanya Marthalah orang yang bisa Anna percaya di rumah itu sekarang. Tapi, tetap saja Anna tidak bisa mencurahkan seluruh isi hatinya pada wanita itu. Biar bagaimanapun, Martha sudah bekerja pada keluarga itu sejak Sebastian kecil. Wanita itu pasti akan tetap berpihak pada tuannya.

"Apa Anda mau saya suapi, Nyonya Anna?" lanjut Martha dan itu malah membuat Anna semakin terenyuh. Begitu banyak hal yang sudah terjadi padanya dan sekarang Anna seperti tidak bisa menerima perlakuan baik yang orang lain lakukan padanya.

"AKU AKAN MAKAN NANTI, MARTHA! JANGAN KHAWATIR!"

Anna menjawab Martha dengan nada membentak. Air mata jatuh ke pipinya. Seketika Anna merasa sangat menyesal telah berbicara begitu kasar pada Martha. Anna berpaling pada Martha dan mencoba mengusap air matanya sendiri. Anna merasa begitu menyesal dan malu. Emosinya benar-benar tidak stabil belakangan ini.

"Maafkan aku, Martha. Aku akan makan setelah ini. Kau boleh pergi sekarang."

Martha tersenyum dengan tulus ke arah Anna. Senyumannya membuat hati Anna terasa hangat. Tiba-tiba Martha mendekati Anna dan meraih tangan kanannya. Martha mengusap tangan Anna dengan lembut lalu berkata, "Semua akan baik-baik saja, Nyonya. Tuan Sebastian hanya sedang kesal. Beliau tidak pernah berlarut-larut saat marah pada seseorang."

Anna berusaha mempercayai ucapan Martha mengenai tuannya itu. Tentu saja Martha mengenal Sebastian lebih baik dari siapa pun di rumah ini karena wanita itu telah mengurus Sebastian sejak kecil. Tetapi, Anna tidak peduli apakah lelaki itu masih marah padanya atau tidak. Yang terpenting bagi Anna saat ini adalah bagaimana caranya agar ia tidak perlu lagi berurusan dengan Sebastian.

Anna tersenyum pada Martha lalu berkata, "Martha, boleh aku meminta bantuanmu?"

"Bantuan apa, Nyonya? Saya akan coba membantu dengan senang hati."

Martha masih mengusap tangan Anna sambil tersenyum.

"Kau bisa membantuku untuk keluar dari rumah ini tanpa sepengetahuan Sebastian? Kau yang memegang seluruh kunci rumah ini, kan?" Anna menatap Martha dengan penuh harap.

𝐒𝐀𝐕𝐀𝐍𝐍𝐀𝐇Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang