BAB 23. Kenyataan Pahit

177 40 38
                                    

Jangan lupa vote dan komen!
.
.
.
Happy reading ^•^

Anna melihat sosok itu ...

Sosok yang pernah ia cintai dulu. Dan mungkin, sampai sekarang pun jauh di lubuk hatinya Anna masih begitu mencintainya. Lelaki itu berjalan dengan wajah tertunduk ke arahnya dengan kedua tangan terborgol dan dikawal oleh seorang petugas. Tubuhnya terlihat jauh lebih kurus sekarang jika dibanding saat terakhir mereka bertemu beberapa waktu lalu dan wajahnya yang tampan itu tampak layu dengan beberapa bekas luka lebam yang mulai memudar.

Anna nekat menjenguk Seth walau ia sudah tahu kalau salah satu poin dalam surat perjanjiannya dengan Sebastian adalah ia dilarang mengunjungi rumah tahanan mana pun. Tentu saja jika dijelaskan lebih rinci, Anna dilarang menjenguk Seth. Tapi, Anna benar-benar tidak peduli. Yang ada di pikirannya sekarang adalah ia harus bertemu dengan Seth dan meminta penjelasan mengenai semua hal dari lelaki itu.

Seth kaget saat pertama melihat Anna, ia terlihat senang saat melihat gadis itu sudah duduk di ruang berkunjung khusus. Sebuah ruangan kecil yang agak pengap. Ia duduk di seberang meja, berhadapan dengan Anna. Sementara si petugas masih berjaga tak begitu jauh dari mereka.

Anna memperhatikan sosok di hadapannya itu tanpa berkedip sama sekali. Sementara Seth memandanginya dengan wajah yang tampak bahagia, kedua matanya berbinar.

"Apa kabar, Seth?" ucap Anna pertama kali. Seth terlihat sangat senang karena gadis itu sudah datang mengunjunginya.

"Buruk, Anna. Tapi, sekarang aku merasa lebih baik karena kau sudah mau datang mengunjungiku. Aku sangat merindukanmu, Anna. Apa kau juga merindukanku?" Seth meraih tangan Anna dan menggenggamnya erat. Anna masih diam, memperhatikannya. Seth mungkin menyadari kalau ada yang sedikit berbeda dari sikap Anna. "Kenapa kau diam saja, Anna? Apa kau sakit?" tanya Seth bingung. Anna menarik tangannya dari genggaman Seth lalu menghela napas.

"Sebenarnya aku ke sini karena ingin meminta sesuatu padamu, Seth."

"Apa itu, Anna?" Wajah Seth tampak bingung.

"Ceritakan padaku semua hal tentang masa lalumu," jawab Anna dengan nada datar. Jantungnya mulai bergemuruh lagi dan Anna merasakan tubuhnya sedikit gemetar, menahan semua perasaan yang ada di dalam hatinya.

"Apa yang kau katakan, Anna? Aku sudah menceritakannya semua padamu di apartemenku waktu itu. Apa kau lupa?" Seth masih berusaha meyakinkan Anna tapi gadis itu bisa melihat Seth mulai sedikit gugup dengan tatapan Anna yang tak pernah lepas darinya.

"Jangan membohongiku lagi, Seth. Aku sudah mengetahui semuanya."

Raut wajah Seth berubah seketika. Ia balik memandang Anna dengan tatapan tidak percaya.

"Apa maksudmu, Anna?" Seth masih saja berpura-pura tidak tahu.

"Ceritakan padaku tentang mantan pacarmu yang bernama Julia. Kenapa kau tidak pernah bercerita padaku mengenai gadis itu?"

Seth memalingkan wajahnya dari Anna. Ia tampak benar-benar gugup. Anna melihat keringat mulai bermunculan di dahinya.

"Julia hanya mantan pacarku, Anna. Tidak ada yang spesial darinya."

"Lalu kenapa gadis itu sampai bunuh diri?"

Pertanyaan Anna membuat Seth tampak benar-benar kaget. Ia kembali berpaling ke arah Anna dan menatapnya dengan tajam.

"Dari mana kau tahu tentang hal itu, Anna?" Seth berbisik. Mereka beradu tatap sekarang.

"Aku mengetahuinya dari seseorang yang Tuhan kirim untuk membuka semua kebohonganmu, Seth," ucap Anna, juga dengan nada berbisik. Anna benar-benar sedang berusaha menguasai perasaannya sekarang. "Sekarang ceritakan semuanya padaku mengenai gadis itu juga tentang kedua orang tua angkatmu! Kenapa kau tega mengarang cerita seperti itu padaku, Seth Logan?"

𝐒𝐀𝐕𝐀𝐍𝐍𝐀𝐇Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang