BAB 24. Kebodohan

206 41 37
                                    

Jangan lupa vote dan komen!
.
.
.
Happy reading ^•^

Sebastian semakin mengeratkan tangannya di pinggul Anna dan itu terasa sedikit menyakitkan. Ia terus menatap tajam pada Anna lalu berbisik, "Jangan bohong padaku, Anna. Kutanya sekali lagi, apa kau baik-baik saja?"

Mereka bertatapan beberapa saat. Tatapan dari kedua mata Sebastian membuat Anna takut tapi ia tidak mungkin mengatakan apa yang sebenarnya terjadi. Lelaki itu tidak perlu tahu semua hal yang sudah terjadi padanya. Karena hal itu sangat memalukan bagi Anna.

Posisi tubuhnya yang berhimpit dengan Sebastian ditambah suasana yang hening dan keadaan ruangan yang temaram itu membuat jantung Anna berdegup dengan keras. Lelaki di hadapannya itu adalah suaminya dan entah kenapa Tuhan menciptakannya dengan begitu sempurna. Anna berpikir kalau mereka bertahan dengan posisi seperti itu lebih lama lagi, ia yakin sesuatu akan terjadi lagi di antara mereka berdua.

Tiba-tiba saja Anna tersadar dari lamunannya dan kembali menggerakkan tubuhnya. Mencoba melepaskan diri dari jeratan tangan Sebastian.

"Aku baik-baik saja, Sebastian! Lepaskan aku!" Anna memberontak lebih kuat dan akhirnya Sebastian melepaskannya. Anna langsung berpura-pura merapikan pakaiannya. "Kau menyakitiku, Sebastian Agustine!" ucap Anna dengan nada kesal.

Sebastian tampaknya tidak kalah kesal dengan Anna. Lelaki itu memandangi Anna dengan kedua mata yang memicing.

"Kenapa kau tidak pernah mau menurut padaku, Anna? Kenapa kau terus menguji kesabaranku dan membuatku harus selalu memaksamu?"

"Aku memang baik-baik saja. Aku hanya sedikit pusing. Mungkin karena terlalu lelah bekerja." Anna menjawab tanpa mau melihat ke arah Sebastian. Ia masih pura-pura sibuk dengan pakaiannya. Dan, lagi-lagi Sebastian bisa membaca gelagat anehnya itu.

Sebastian mendekat dan kembali mencengkram lengan Anna. Membuat Anna menatap kedua matanya.

"Apa kau begitu lelahnya sampai harus menangis dan membuat matamu sembab seperti itu? Atau ada hal lain yang kau pikirkan?"

Ucapan Sebastian yang terdengar seperti menyindirnya itu membuat Anna terdiam. Entah kenapa Anna merasa sangat lelah saat ini. Lelah fisik maupun batinnya.

"Kenapa kau diam, Anna? Kau tidak menjawab pertanyaanku. Apa kau sedang memikirkan kebohongan lain untuk menutupi kebohonganmu itu?" Anna tidak tahu harus berkata apa lagi untuk mengelak. Tatapan Sebastian benar-benar membuat Anna seperti ingin menghilang dari hadapannya sekarang.

"Aku tidak apa-apa, Sebastian. Aku tidak bohong." Anna berusaha mengalihkan pandangannya dari Sebastian dengan menundukkan wajahnya. Tanpa Anna duga sama sekali, tiba-tiba Sebastian meraih wajahnya dan mencium bibirnya dengan kasar. Anna terus mengatupkan bibirnya rapat-rapat dan berusaha mendorong Sebastian dengan sekuat tenaga. Dan untungnya usaha Anna berhasil.

Sebastian melepas ciumannya dan berdiri menatap Anna dengan kesal. Napas mereka berdua sama-sama terengah.

"Apa yang kau lakukan, Sebastian?" Anna mengusap bibirnya dengan kasar menggunakan punggung tangannya.

"Aku melakukan hal yang kau sukai, Anna. Kau suka dipaksa, kan?"

Sebastian berjalan mendekati Anna lagi. Gadis itu semakin panik.

"Tetap di tempatmu, Tuan Agustine! Atau aku akan berteriak."

Anna merasa tubuhnya mulai gemetar. Matanya mulai mencari-cari sesuatu yang mungkin bisa melindunginya.

"Lalu apa yang akan kau katakan saat orang-orang datang? Apa kau akan mengatakan kalau suamimu ini ingin memperkosamu? Kau jangan mempermalukan dirimu sendiri, Anna. Tak akan ada satu orang pun yang percaya."

𝐒𝐀𝐕𝐀𝐍𝐍𝐀𝐇Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang