BAB 21. Isi Perjanjian

148 40 32
                                    

Jangan lupa vote dan komen!
.
.
.
Happy reading ^•^

Keesokan paginya Anna bangun terlambat lagi. Sebenarnya tidak terlalu terlambat jika ia bisa melakukan semua persiapan dengan cepat. Anna tidak mau sampai terlambat karena ini adalah hari keduanya bekerja. Lagipula kalau Anna terlambat, pasti Liz akan memakannya hidup-hidup. Wanita itu benar-benar menjadi momok yang sangat menakutkan untuk Anna.

Anna mandi dengan cepat, hanya memakai pelembab lalu menguncir rambutnya dengan model ekor kuda. Anna melewatkan sarapannya lagi karena selain untuk menghemat waktu, ia memang tidak memiliki apa-apa lagi untuk dimakan.

Anna berjalan dengan cepat bahkan hampir setengah berlari ke halte bis. Dan, seakan Tuhan tahu perjuangannya hari ini, saat pertama kali ia sampai, bis yang ia tunggu datang tanpa harus menunggu lama. Dengan cepat Anna menerobos masuk ke dalam dan menarik napas lega.

Keberuntungan Anna tidak sampai di situ, saat pertama kali ia sampai di pabrik, Anna berhasil menulis absen tepat beberapa detik sebelum alarm masuk dibunyikan. Lagi-lagi Anna menarik napas lega. Paling tidak, hari ini ia tidak akan mendapat masalah dengan Liz, si wanita besar itu.

***

Hari ini Anna sampai di apartemen pukul lima. Jalanan tidak terlalu macet, jadi ia bisa sampai lebih awal. Sesampainya, tanpa menunggu lama Anna langsung membuka seluruh pakaiannya dan merendam tubuhnya dengan air hangat di dalam bath tub. Sekujur tubuhnya lelah dan otot-ototnya terasa sakit sekali.

Baru saja Anna menikmati air hangat yang sedang memukul-mukul tubuhnya, tiba-tiba saja ia dikagetkan oleh suara ketukan di pintu apartemennya. Anna menghela napas dengan kesal. Kenapa orang-orang senang sekali mengganggu kesenangan dan waktu istirahatnya!

Perlahan Anna keluar dari bath tub karena orang itu terus saja mengetuk pintunya. Anna mengeringkan tubuh dan memakai pakaiannya kembali. Anna tidak mau kejadian dengan Dennis waktu itu terulang lagi karena ia hanya memakai jubah mandinya. Setelah selesai, Anna berjalan ke arah pintu dan mengintip dari lubang kecil. Jantung Anna seperti berhenti berdetak saat melihat David sudah berdiri di depan pintu apartemennya.

Anna membalikkan tubuhnya dan bersandar pada pintu. Lelaki itu pasti ke sini atas perintah tuannya. Anna berteriak dalam hati, Kenapa Sebastian tidak pernah puas mengganggu kehidupanku?

David terus saja mengetuk pintu itu sampai Anna bisa merasakan getaran di punggungnya yang sedang bersandar pada pintu.

"Nyonya Agustine, tolong buka pintunya atau saya akan mendobrak pintu ini."

Kurang ajar sekali pengawal satu ini. Berani-beraninya ia mengancamku, pikir Anna kesal. Tapi, Anna tahu David pasti tidak main-main dengan ucapannya dan tubuhnya yang tinggi besar itu pasti akan dengan mudah menghancurkan pintu itu.

Dengan perasaan kesal Anna membuka pintu. Di hadapannya David berdiri menjulang seperti seorang raksasa, mengenakan setelan jas berwarna gelap dan kacamata hitamnya.

"Untuk apa kau kemari?" tanya Anna tanpa basa-basi. Ia benar-benar lelah dan kedatangan lelaki itu membuat suasana hatinya menjadi lebih buruk.

"Saya diperintahkan oleh Tuan Sebastian untuk menjemput Anda, Nyonya. Beliau ingin mengajak Anda ke sebuah pesta, tapi sebelumnya kita akan pergi ke butik dan salon dulu untuk mempersiapkan diri Anda."

Mata Anna membelalak ke arah David.

"Katakan pada tuanmu kalau aku tidak akan menuruti kemauannya. Sekarang kau pergi saja dari sini sebelum emosiku semakin memuncak."

𝐒𝐀𝐕𝐀𝐍𝐍𝐀𝐇Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang