BAB 25. Terombang-ambing

161 43 44
                                    

Jangan lupa vote dan komen!
.
.
.
Happy reading ^•^

Beberapa hari setelah pertemuan mereka di malam itu, Sebastian tidak pernah lagi menghubungi Anna. Anna berpikir kalau mungkin Sebastian memang benar-benar marah padanya. Membuat Anna jadi lebih merasa bersalah. Tapi, Anna terima jika lelaki itu memang marah padanya. Anna merasa ia memang pantas mendapatkannya.

Hari itu Anna berniat untuk meminta jatah lembur pada Liz, pengawasnya yang galak itu. Anna pikir dengan menghabiskan waktu lebih lama di tempat kerja akan mengalihkan pikirannya dari rasa bersalahnya pada Sebastian. Karena jika Anna pulang seperti biasa, ia bisa mati bosan di kamar apartemennya karena memikirkan lelaki itu.

Tapi, saat Anna berniat menghampiri Liz, ia melihat wanita itu sedang berbincang dengan seseorang yang tampak tidak asing bagi Anna. Untuk lebih memastikan apakah dugaannya benar, Anna bertanya pada salah satu pekerja wanita di sana.

"Hai, kau tahu siapa wanita yang sedang berbicara dengan Liz itu?" Anna menunjuk ke arah kedua wanita itu.

"Oh itu, itu adalah Nyonya Wilson. Olivia Wilson anak dari pemilik perusahaan tempat kita bekerja ini. Ada apa, Anna?" tanya pekerja wanita itu tanpa rasa curiga sama sekali.

Tidak ada yang bisa menggambarkan betapa Anna merasa malu saat ini. Kenapa ia harus bekerja di pabrik milik keluarga Olivia, wanita yang pernah ia kerjai waktu itu. Andai Anna tahu dari awal ia pasti tidak akan mau bekerja di sana. Anna merasa hidupnya penuh kesialan tiada akhir.

Sepanjang bekerja hari itu, Anna tidak pernah lagi membuka masker wajahnya.

Pukul empat dan semua pegawai bersiap untuk pulang. Saat Anna mengecek ponselnya, ternyata ada beberapa panggilan tidak terjawab dari nomor yang tidak dikenal. Tapi, orang itu tidak meninggalkan pesan sama sekali. Jadi, Anna putuskan untuk menelepon balik. Siapa tahu itu panggilan penting.

"Halo, selamat sore, Nyonya Agustine." Otak Anna berpikir dengan cepat setelah mendengar suara dari orang di seberang sana. Suara itu seperti tidak asing dan ya, Anna ingat, itu adalah suara Dennis Sanders. Pengacara Sebastian yang waktu itu pernah datang ke apartemennya.

"Ya, Tuan Sanders, ada yang bisa kubantu?" tanya Anna perlahan.

"Begini, Nyonya. Ada sesuatu hal yang ingin saya bicarakan dengan Anda. Jika Anda ada waktu bagaimana kalau kita bertemu di sebuah kafe atau restoran untuk membicarakannya. Tempatnya terserah Anda. Saya akan segera menemui Anda di sana."

Jantung Anna berdebar dengan cepat. Anna yakin sekali sesuatu hal yang Dennis maksud ada hubungannya dengan masa depan pernikahannya dengan Sebastian. Lelaki itu tidak main-main dengan ucapannya.

"Baiklah, Tuan Sanders. Saya akan kirim nama dan alamat tempatnya lewat pesan singkat. Kita bertemu di sana 30 menit dari sekarang."

"Baiklah, Nyonya Agustine. Saya akan segera ke sana. Selamat sore."

Terdengar suara sambungan terputus. Anna menghela napas. Entah kenapa tiba-tiba Anna jadi merasa takut jika itu memang benar-benar berhubungan dengan perceraiannya.

Dulu Anna adalah seorang gadis yang selalu penuh dengan keberanian dan rasa percaya diri tapi kenapa sekarang ia seperti kehilangan jati dirinya yang sesungguhnya? Anna sendiri tidak tahu alasannya.

***

"Selamat sore, Nyonya Agustine. Apa kabar?" Dennis menyapa Anna dengan gayanya yang sopan dan ramah. Senyumannya sangat manis ditambah lesung di pipinya itu.

"Saya baik, Tuan Sanders. Terima kasih."

Anna duduk berhadapan dengan Dennis di sebuah meja kayu yang beralaskan taplak berwarna merah muda. Anna mengajaknya bertemu di sebuah restoran sederhana yang tidak begitu jauh dari apartemennya.

𝐒𝐀𝐕𝐀𝐍𝐍𝐀𝐇Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang