PART 7

166 31 224
                                    


"Cinta yang lebih utama adalah cinta kepada Allah Subhanahu Wa Taala. Karena Alalh selalu mencintai kita dengan memberikan apa yang kita butuhkan.”

~~~~~ Aida Haifani ~~~~~

 

Jam sepuluh malam, acara bazar amal telah usai. Para anggota BEM dan beberapa anggota UKM lainnya berkumpul mengevaluasi kegiatan hari ini serta melaporkan hasil dana yang sudah masuk dari bazar makanan, kerajinan tangan, dan konser. Bendahara BEM mulai mendata jumlah pemasukan yang ada.

Alhamdulillah terkumpul lima puluh juta rupiah semuanya,” ujar bendahara BEM. Danish melebarkan bibirnya.

“Bagus, nanti kita akan ke lokasi segera untuk menyalurkan bantuan ini. Sekarang, pada pulang. Pasti kalian capek. Besok kita akan rapatkan soal penyaluran uang dananya. Bendahara, tolong simpan dengan baik dananya. Jangan sampai hilang,” ujar Danish dengan lirih. Sejujurnya ia sudah sangat lelah, tubuhnya terasa lemas sekali.

Perempuan berjilbab cream mengangguk. “Baik, Danish.”

“Bubar sekarang!” perintah Danish. Mereka semua mulai meninggalkan tempat, sementara Danish masih mendudukkan tubuhnya di rerumputan. Ia menghela napas, rasanya ia tidak kuat untuk berdiri.

Tara melihat Danish cukup peka. Ia tahu pasti Danish sangat kelelahan. Ia merangkul tangan kekar pemuda itu.

“Ayo, gue anter pulang. Lo pasti capek banget,” ujar Tara. Danish mengangguk lemah. Tara memapah Danish, berjalan menuju mobilnya.

Sepanjang perjalanan, Danish sudah menutup matanya dengan sempurna. Sungguh ia sangat lelah sekali.

“Lo ganteng, sayang sad boy banget. Semoga nanti ada perempuan yang bisa lo cintai lagi, Nish. Nggak mungkin, ‘kan lo membujang selamanya?” monolog Tara, sembari menatap wajah lelap Danish.

Sesampai di rumah Danish, Tara memapah Danish memasuki rumah Danish. Sesudah tiba di depan pintu, ia memberikan Danish kepada Ayah Danish. Tara berpamitan, kemudian Reyhan menggendong Danish menuju ke kamarnya.

Sesampai di kamar Danish, Reyhan membaringkan tubuh putranya di atas ranjang. Ia melepaskan pakaian putranya, kemudian menggantinya dengan kaus polos berwarna hitam dan celana training berwarna putih. Ia menyelimuti tubuh putranya hingga sedada. Ia mencium kening Danish dengan lembut.

“Selamat tidur putra tampannya, Ayah.”

*****


“Kali ini kita akan membahas cinta karena nafsu. Cinta memang adalah fitrah manusia. Manusia berhak jatuh cinta dan menjatuhkan rasanya kepada apa saja. Cinta terbagi beberapa macam yaitu cinta kepada Allah, cinta kepada nabi dan Rasul, cinta kepada Al-Qur’an, cinta kepada orang tua, dan cinta kepada sesama manusia dan apa pun yang lainnya.”

“Kali ini yang mau saya bahas adalah cinta karena nafsu. Pernah dengar sebuah kata, “Aku mencintaimu selamanya, aku bakal mati kalau kamu pergi, aku cinta mati sama kamu.” Yakin kah kalian dengan kata-kata seperti itu?”

Para mahasiswa menggeleng, pemuda yang duduk di depan tersenyum tipis.

“Tidak diyakini, ya. Terkadang hal itu hanya ungkapan belaka saja. Terkesan melebih-lebihkan seakan bakal selamanya memiliki rasa, padahal perasaan bisa hilang.”

“Kita membahas tentang nafsu. Sebelumnya apa sih nafsu itu? Coba kita bahas ini dulu sebelum ke intinya.”

“Keinginan.”

Kapan Akan Terbuka ? [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang