PART 27

106 16 65
                                    

"Dalam Islam tidak diperbolehkan melamar wanita yang sudah dilamar oleh laki-laki lain."

~ Aida Haifani ~


Satu tahun sudah Danish menjabat sebagai ketua BEM. Hari ini adalah pemilihan ketua BEM baru. Para mahasiswa memilih lewat ponsel karena perkuliahan sudah libur. Danish dan beberapa pengurus BEM inti mulai mengurus perhitungan suara calon ketua dan wakil ketua BEM.

"Dari data diagram lingkaran, pasangan urut satu mendapatkan sebanyak 40 persen, sementara pasangan urut dua mendapatkan suara sebanyak nomor dua. Jadi, ketua BEM dan wakil BEM dimenangkan oleh pasangan nurut dua! Saudara Muhammad Ilham Bagaskara dan Saudari Faradilla Annisa," ujar Danish, membacakan hasil pemungutan suara.

Seorang pemuda bermata bulat, bertubuh tinggi, dan seorang gadis berambut lurus, ikat satu mengenakan jas almamater kampus, berjalan ke depan. Di ruangan BEM, Danish menobatkan mereka menjadi ketua dan wakil Badan Eksekutif Mahasiswa.

Danish menjabat tangan pemuda yang terpilih sebagai ketua BEM dan menangkupkan kedua tangannya di dada pada wakil BEM yang baru. Antara melakukan yang sama. Danish memberikan beberapa barang yang akan dipakai oleh mereka selama nanti menjadi ketua dan wakil BEM.

"Selamat untuk kalian. Semoga BEM kita semakin maju," ujar Danish begitu berbinar.

"Terima kasih semuanya sudah mempercayakan kami sebagai ketua dan wakil BEM di kampus kita yang tercinta," ujar Ilham.

"Sukses selalu untuk kalian berdua," ujar Antara. Pembina menghampiri mereka, kemudian memberikan selamat.

Disusul pemilihan bendahara, sekretaris, dan beberapa perangkat lainnya.

*****

Semenjak dirinya dilamar oleh Tara, Aida mulai belajar mencintai Tara. Pemuda berwajah manis itu setiap mendatangi papanya. Ia selalu membawakan makanan dan mengajak papanya bermain catur sambil membicarakan hal-hal yang receh. Mereka bermain sampai malam hari. Tara sudah menganggap Dani seperti papanya sendiri.

"Pa, kenapa punya anak cantik banget? Papa rahasianya apa dulu? Nanti Tara ikutin biar Tara sama Aida bisa punya anak yang cantik juga," ujar Tara sambil cengengesan. Dani langsung menjewer telinga Tara.

"Heh! Belum nikah udah mikirin macem-macem ya?!"

Antara pura-pura kesakitan. "Aduh-aduh ... Papa mertua ... kenapa jahat, hiks, kejamnya!" sahut Antara dramatis.

Dani menghela napas. "Sabar punya anak macam begini. Mama kamu dulu ngidam apa sih, punya anak bobrok kayak kamu?" tanya Dani heran.

Tara tertawa sumbang. "Papa mertua, Mama saya dulu katanya sering ngidam es kelapa. Kata Papa saya biar kulit anaknya bersih dan putih. Eh, kan, saya tampan, Pa?" jawab Tara begitu percaya diri. Dani kembali menjewer telinga calon menantunya itu.

"Dasar kepedean! Pantesan Aida kesel sama kamu!"

Tara kembali tertawa. "Aida bukan kesal, Pa. Dia kagum sama ketampanan saya!" celetuk Tara sok tahu. Dani mendengkus kesal.

"Sok tahu kamu! Mau belajar jadi dukun apa? Dosa loh!" sahut Dani. Tara menggeleng dengan polosnya.

"Enggak maulah, Pa. Apa gunanya saya sarjana kalau jadi dukun?" tanya Tara.

Kapan Akan Terbuka ? [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang