PART 39

74 9 8
                                    


"Memang kamu bukan takdirku, tetapi setidaknya kita masih tetap bersahabat."

~ Danish Wahidan ~




Tak terasa waktu liburan kuliah sudah selesai setelah satu bulan lamanya. Kini Aida dan Tara telah kembali masuk kuliah.

Seorang pria mengenakan almamater berwarna biru membuka pintu mobil berwarna hitam. Kemudian, sosok wanita berjilbab hitam, kemeja putih, dan rok span panjang berwarna hitam turun dari mobil hitam itu.

"Tuan putri cantik banget, sih!" goda Tara, kemudian mencubit pipi Aida dengan gemas. Aida melayangkan tatapan tajam pada Tara,. kemudian mencubit pinggang pria itu.

"Jangan godain aku di kampus, ah! Nyebelin!" ketus Aida. Tara pura-pura meringis.

"Aduh-aduh ... kamu kenapa sama-sama kejamnya kayak Papa Dani, sih?" gerutu pria itu. Aida mengerucutkan bibirnya.

"Papa sama aku ya sama! Kenapa? Masalah buat kamu!" marah Aida kesal. Tara terkekeh, kemudian merangkul pundak Aida.

"Sayang ... pagi-pagi udah cantik kok, marah-marah, sih? Jangan jadi monster, dong. Jadi bidadari Tara aja," goda pria itu. Aida membuang wajahnya dari hadapan Tara. Pria itu menyentuh pipi Aida, kemudian mengarahkan wajah putih itu di hadapannya. Mereka saling bertatapan dengan lekat. Aida dan Tara sama-sama merasakan jantungnya berdegup dengan kencang.

"Tara!" Tidak didengarkan. Tara terus memandangi wajah cantik Aida yang menyegarkan.

Tara menangkupkan kedua tangannya di pipi mulus Aida, kemudian mendekatkan wajah cantik itu dekat dengan wajah tampannya. Hidung mancung mereka saling bersentuhan. Tara menyentuh bibir manis istrinya dengan bibirnya.

Aida makin merasa jantungnya berdisko ria. Wanita itu hanya diam, menikmati sentuhan bibir dari suaminya, Tara. Memang Tara sering tidak melihat tempat. Di parkiran mobil malah mencium bibirnya.

Dasar Mas Tara! Kalau ada yang lihat gimana coba?

Tiba-tiba sebuah mobil berwarna merah baru saja berhenti di samping mobil hitam Tara. Sosok pemuda berkacamata mengenakan almamater biru, turun dari mobil.

Netra abunya membulat dengan sempurna, melihat Tara dan Aida tengah berciuman. Rasa sesak masih terasa di dada, tetapi dirinya mencoba mengikhlaskan.

Kamu harus bisa lupakan Aida, Nish. Dia udah bahagia sama Tara.

Pemuda itu menatap mereka yang masih berciuman mesra. Ia geleng-geleng. Memang sakit, tetapi Danish tidak habis pikir mengapa Tata mencium Aida di tempat parkiran kampus. Untung masih pagi. Bisa-bisa mahasiswa atau mahasiswi lainnya melihat adegan mereka ini. Ia menghampiri Aida dan Tara.

"Ekhem ...."

Tara terkejut, ia langsung melepaskan bibirnya dari bibir Aida. Ia menoleh ke arah Danish yang berdiri di belakang tubuhnya.

"Danish?"

"Hey, di kampus ini. Ketahuan mahasiswa lain viral, loh," cibirnya. Tara terkekeh.

"Masih pagi ini. Nggak akan ada yang lihat," sahut pria itu.

"Tapi, gue kan lihat," sahut Danish.

Kapan Akan Terbuka ? [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang