"Dalam mencapai tujuan pasti selalu saja ada rintangan dan halangan dalam perjalanan tersebut."
~Aida Haifani ~
Semburat langit berwarna jingga sangat memanjakan penglihatan dan cukup membuat hati jadi tenang ketika melihat pemandangan tersebut. Andai saja setiap hari pemandangan seperti ini terus, pasti akan menenangkan hati orang-orang yang sedang mengalami badmood. Sayangnya hanya terlihat di waktu petang saja. Sebentar datangnya walau esok kembali hadir, tetapi tetap saja kurang puas memandangnya.
Sosok pemuda berkulit putih bertubuh tinggi tengah duduk di tepi pantai tengah memandang langit senja. Kembali meratapi masa lalu, ia terlalu terkekang dalam masa lalu yang amat kelam.
"Nadhira, andai kamu tahu hingga detik ini aku masih mencintaimu, apa kamu akan marah kepadaku?"
"Abbas, andai lo tahu hingga detik ini gue masih mencintai istri lo, apa yang bakal lo lakuin? Pasti lo bakal ngehajar gue 'kan?"
"Nadhira, Abbas maafkan aku yang sudah membohongi kalian. Melupakan Nadhira adalah pekerjaan tersulit bagiku. Semoga kalian tidak mengetahui hal ini."
"Misha, aku harus bagaimana lagi supaya aku bisa melupakan dirimu? Kamu bisa move on dariku saat menikah dengan Abbas. Apakah aku harus mencari pasangan juga? Tapi, yang seperti dirimu tak akan pernah aku temukan lagi, Misha. Kamu perempuan yang amat baik dan langka aku temui. Tidak ada jati diri perempuan semulia hatimu. Tapi, hari ini aku menemukan sosok yang sedikit mirip denganmu. Apa aku coba dekati, ya?"
Hanya embusan angin kencang dan suara ombak yang tenang yang dapat Danish dengar. Tiada siapa-siapa yang menjawab semua keluh kesah dan gundah gulana yang ia rasakan dari raga dan hatinya.
Dari beberapa jarak, sosok gadis berkacamata berjilbab merah muda berdiri, mendengarkan apa yang Danish katakan. Dadanya sesak mendengar hal itu. Rasanya mustahil jika ia bisa meluluhkan hati Danish. Dari yang Danish, katakan ia ingin membuka hati kepada perempuan yang berkepribadian yang mirip dengan Nadhira. Aida merasa insecure. Nadhira adalah wanita yang hampir sempurna. Jika dibandingkan dengan dirinya, ia bukan apa-apa.
Nadhira adalah perempuan yang memiliki hati seindah berlian bahkan lebih cantik dari berlian, seluas samudera yang melebihi luasnya samudera dari Pasifik, Hindia, dan samudera yang ada di belahan dunia ini.
Artinya apakah aku harus menyerah mengejar dirimu, Danish? Apakah aku harus berhenti? Karena aku tidak bisa seperti Nadhira. Nadhira sangat suci sementara aku hanya butiran debu yang tak terlihat wujudnya.
Gadis itu bergegas meninggalkan pantai, sebelum Danish menangkap raganya yang sedang memperhatikan dirinya.
*****
Seorang gadis bermata bulat, beriris kecokelatan terang, memakai jilbab besar persegi empat berwarna hijau mint tengah duduk tenang di perpustakaan sedang membaca buku. Sambil menunggu kelas berikutnya, ia sempatkan membaca sejenak.
Baginya ilmu itu dicari, bukan ditunggu. Buku adalah jendela dunia karena dengan membaca buku, kita dapat mengetahui apa yang tidak kita ketahui di muka bumi ini. Tanpa adanya ilmu, kita pasti akan menjadi manusia yang bodoh.
Tiba-tiba saja terdengar suara notifikasi yang berasal dari benda pipih berwarna biru. Perempuan berjilbab itu meraih ponselnya, kemudian membuka kunci layarnya.
Perempuan itu mengembuskan napasnya dengan kasar. Baru saja membuka sedikit halaman buku, sudah ada notifikasi dari grup UKM UKKI atau UKM rohani Islam untuk berkumpul karena akan ada rapat. Ia mengembalikan buku, kemudian langkah kakinya bergegas meninggalkan ruang perpustakaan.
Saking terburu-buru berjalan, perempuan itu menyenggol tubuh seseorang tanpa sengaja. Kepalanya mendongak, ia melihat wajah berkulit putih bersih amat tampan. Manik mata beriris abu-abu yang indah. Ia terpaku dengan manik mata yang tak biasa itu.
Sementara pemuda berkacamata itu juga terpaku melihat gadis berjilbab bermata iris cokelat terang yang terlihat begitu indah. Jantungnya berdegup begitu kencang.
Ini 'kan perempuan yang aku lihat di balik tirai musala? Apakah aku harus mulai kembali membuka hati lagi? Apakah dia mirip seperti Nadhira? Apa aku bisa kembali membuka hati yang sudah lama kosong begitu rapat?
Perempuan itu sama merasakan jantungnya berdegup dengan kencang. Ia tahu pemuda di depannya adalah ketua BEM yang terkenal dingin dan tegas penuh dengan wibawa. Ia tampak gugup sekali. Baru kali ini ia bertatap langsung dengan ketua BEM yang dikagumi banyak mahasiswi di kampus.
Pantas banyak yang suka. Dia begitu tampan. Astaghfirullah, aku mikir apa, sih? Nggak boleh tatapan terus, nggak baik.
Perempuan itu menundukkan kepalanya, mengalihkan penglihatan dari Danish. Ia sedang berusaha menjaga pandangan dari laki-laki yang bukan mahramnya.
"Ma-maaf ... aku buru-buru," lirih perempuan itu nampak ketakutan. Danish menunjukkan lengkungan bibir yang amat sempurna bak bulan sabit bentuknya. Baru kali ini Danish tersenyum apalagi di depan wanita. Perempuan itu makin gugup, berhadapan dengan ketua BEM itu.
"Ah, tidak apa-apa. Lain kali hati-hati," sahut Danish terdengar lembut dan ramah. Perempuan itu mengerutkan keningnya. Setahunya, kata mahasiswi yang lain, Danish kalau berbicara dingin dan tajam terdengarnya. Namun, ini? Danish berbicara ramah dan lembut. Apakah hanya rumor saja?
"I-iya. Maafkan aku."
Danish mengangguk. "Silakan jika ada urusan. Kamu jangan gugup gitu, santai. Jangan takut padaku. Aku ini bukan monster, ya," ujar Danish sambil terkekeh pelan. Perempuan itu turut terkekeh. Ada-ada saja.
"Ah, iya, aku buru-buru. Aku permisi." Baru selangkah ia melangkah, Danish menghentikan langkah perempuan itu.
"Hey! Kamu mau kemana?" tanya Danish penasaran.
Ia menolehkan kepalanya ke belakang, menatap ke arah Danish. "Aku mau ke ruangan UKKI. Ada rapat," jawab perempuan itu terlihat gugup.
"Oh, kamu anak UKKI. Kamu semester berapa?" tanya Danish makin penasaran dengan perempuan yang ada di depannya.
"Semester tiga, Kak. Aku duluan, ya, Kak Danish." Perempuan itu melenggang pergi menuju ruangan UKKI. Tanpa sengaja, perempuan itu menjatuhkan bros berwarna putih berbentuk burung angsa. Danish memunguti bros yang terjatuh di lantai. Pemuda itu melengkungkan bibirnya dengan sempurna, menatap bros cantik yang sudah ada di tangannya.
Mungkin aku harus mulai dari sini untuk melupakan Misha. Semoga ini berhasil. Bukan sebagai pelampiasan, tetapi aku memang ingin mengubur perasaanku dari Misha dan membangun kehidupanku lebih baik dengan cinta. Sudah cukup aku menyendiri dan saatnya aku mulai membangun cinta di hatiku kembali dengan seseorang yang bisa membantuku untuk bangkit. Orang itu adalah ... dia.
Hai, maaf baru bisa update Danish lagi nih. Kemarin-kemarin aku disibukkan dengan nugas kuliah yang harus segera selesai. Makasih kalau masih nunggu cerita ini.
See you next part. Happy Reading ☺️
KAMU SEDANG MEMBACA
Kapan Akan Terbuka ? [SELESAI]
Romance[Young Adult - Spiritual] [Spin Off Tentang Nadhira Series 1] [Danish - Aida] Tiga tahun sudah berlalu, tetapi ia belum bisa melupakan sosok cinta pertamanya. Hatinya tertutup, ia tidak pernah membuka hatinya untuk wanita lain padahal banyak sekali...