PART 17

112 19 69
                                    


"Ingat, jodoh itu tak akan kemana. Jadi jangan takut jika hilang."

~ Antara Samudera ~



Kedua bola mata itu perlahan mulai terbuka. Ia menatap sekeliling. Netranya membulat, melihat sosok pria paruh baya ada di depan wajahnya.

"Calon mantu udah bangun?" tanya pria itu.

"Hah? Anda siapa?!" pekiknya sangat memekakkan telinga.

"Hey! Kuping saya bisa budeg kalau kamu teriak-teriak gitu!" decak pria itu.

"Saya di mana, Om?" tanyanya sambil mengerutkan kening.

"Di alam surga," jawab pria itu mengasal. Pemuda itu melongo.

"Ah, jangan bercanda, dong! Mana mungkin!" sanggahnya. Pria di depannya tertawa.

"Oh, jadi nggak mau masuk surga?" tanya pria itu, membuat Antara menggeleng.

"Bukan gitu maksudnya, Om! Ya, maulah masuk surga!" sahut Antara, kemudian mendengkus kesal.

"Terus?" Pria itu mengangkat sebelah alisnya.

"Serius, Om ... ini di mana? Saya mendadak amnesia, nih!"

Pria itu tertawa lepas. "Ya ampun ... masih muda udah pikun. Gimana kalau udah jadi kakek-kakek, kayak apa lupanya?" sahut pria itu sambil tertawa. Antara mengerucutkan bibirnya.

"Ah, beneran atuh, Om. Ini di mana?" tanya Antara lagi.

"Rumah sayalah! Masa di kolong jembatan? Mana ada kolong jembatan sebagus ini?" sahut pria itu, membuat Antara makin kesal.

"Loh, ngapain saya di rumah Om?" tanyanya sembari menatap pria di hadapannya.

"Harusnya saya yang tanya kamu. Kamu ngapain di rumah saya?" tanya balik pria itu.

Antara memijit pelipisnya. "Capek saya, Om. Nggak akan selesai kalau begini," desah pemuda itu.

Tak lama kemudian, seorang perempuan mengenakan jilbab putih mendatangi kamar tamu. Antara mengerutkan keningnya.

"Loh, Aida?"

"Udah subuh. Salat kalian. Keburu habis, nanti," peringat Aida. Antara berusaha mengingat terakhir kali ada di mana dan sedang apa. Akhirnya Tara mengingat, kemudian menepuk dahinya.

"Astaga! Gue ketiduran di rumah Aida ternyata!" pekik pemuda itu. Papa dari Aida tertawa.

"Nah, baru ingat anak muda?" tanya pria itu.

"Jadi ... Om itu ... bapaknya Aida?" tanya Antara balik. Pria itu mengusap surai legam Antara.

"Betul anak pintar!"

"Sudahlah. Cepat kalian ke masjid," potong Aida.

"Yuk, salat! Di dekat rumah ada masjid," ajak Dani, papa dari Aida.

Antara langsung beranjak dari ranjang, kemudian berdiri di samping Dani.

"Cuci muka dulu, anak ganteng. Masa ke masjid masih ileran?" ujar Dani, membuat Aida terkekeh. Wajah Antara memerah. Pemuda itu menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

Kapan Akan Terbuka ? [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang