PART 23

108 15 67
                                    

"Terkadang wanita salah mengartikan kebaikan dari seorang laki-laki."

~ Aida Haifani ~


Tak terasa waktu berlalu begitu cepat. Baru saja awal semester lima, saat ini akan menjalani UAS.

Seorang gadis berkacamata, berkutat dengan laptop bersama beberapa mahasiswa yang lainnya. Seorang wanita paruh baya berjilbab merah, tengah berjalan, berkeliling, menatap setiap mahasiswanya. Dosen itu memang begitu menjunjung kejujuran. Tiada satu mahasiswa pun yang berani menyontek dalam bentuk apa pun.

Aida begitu fokus mengamati soal yang ada di layar laptopnya.

"Setengah jam lagi," ujar dosen tersebut.

Aida berusaha mengerjakan soal begitu tenang. Beberapa soal banyak yang ia ketahui jawabannya karena Aida mempelajari semua materi yang dosen ajarkan.

"Waktunya habis."

Aida telah submit. Ia berharap, semoga nilai di semester lima ini bagus dan tidak ada yang mengulang lagi. Memang waktu kuliah di Australia, ia belum pernah mengulang sama sekali, bahkan nilainya A semua.

Usai UAS di hari pertama, Aida pergi ke parkiran, mengambil motor. Ia melajukan motor, kemudian pergi meninggalkan kampus.

Di tengah perjalanan, tiba-tiba saja hujan turun begitu deras. Ia lupa membawa jas hujan. Aida melihat halte, ia pun menepikan motornya. Gadis itu duduk di halte dengan keadaan menggigil.

"Dingin banget," gumam Aida. Tiba-tiba saja, ia merasakan tubuhnya menghangat. Aida melihat, sebuah jaket kulit menutup tubuhnya. Aida mendongak. Ia melihat sosok pemuda berkacamata memberikannya jaket.

"Kamu?"

"Dingin banget. Kamu harus pakai jaket," ujar pemuda itu.

"Kenapa peduli? Biarin aja aku kedinginan!" sentak Aida. Danish menggeleng.

"Aida, jangan memulai pertengkaran. Saya nggak lagi pengen marah-marah," sahut Danish begitu dingin. Pemuda itu duduk di samping Aida.

"Cari tempat lain, sana! Jangan dekat-dekat!" usir Aida. Danish menggeleng.

"Enggak mau." Aida mengembuskan napasnya dengan kasar. Kenapa pemuda di sampingnya selalu mempermainkan perasannya?

"Kamu maunya apa sih, Nish? Kamu pengen membuat aku makin menderita? Kamu bahagia kalau aku menderita?" tanya Aida bertubi-tubi. Danish diam, tidak menanggapi.

Kedua insan manusia itu duduk di halte, menunggu hujan reda. Setelah dilihat hujan reda Aida melepaskan jaket pemberian Danish. Danish kembali memakaikan jaketnya pada Aida.

"Bawa aja."

"Danish, jangan membuatku semakin berharap padamu. Perhatian laki-laki itu sering disalahartikan oleh wanita. Wanita pakai hati, kalau laki-laki lebih pakai logika," ujar Aida.

Aida melenggang pergi, meninggalkan Danish yang masih berdiri, mematung di halte.

Saya mau kamu kembali mengejar saya, Aida.

*****

Satu Minggu menjalankan ujian akhir semester, akhirnya selesai juga. Kini gadis berkacamata itu tengah duduk santai di ruang tengah, menikmati potongan puding cokelat. Tinggal menunggu hasil keluar.

Tiba-tiba saja, bel berbunyi. Gadis itu berjalan, menuju pintu. Ia membuka pintu.

Sosok pemuda berkulit putih mengenakan kemeja berwarna biru gelap dan celana jeans berwarna hitam, melengkungkan bibirnya dengan sempurna, menatap Aida.

"Tara? Ngapain ke sini?" tanya Aida. Tara memiringkan kepalanya.

"Kata Papa, lo bikin puding. Jadi, gue mau minta bagi puding buatan lo," ujar Tara, membuat Aida geleng-geleng.

"Dasar minta-minta! Ya udah, masuk. Masih banyak di kulkas," ujar Aida.

Tara duduk di kursi tamu. Aida pergi ke dapur, mengambilkan puding cokelat dengan saus susu vanila dari kulkas untuk Tara. Tara mengembangkan senyuman.

"Makasih, cantik," ujar pemuda itu. Tara mulai menikmati puding tersebut.

Aida mengangguk. "Tara, kamu serius sama aku?" tanya Aida tiba-tiba.

Tara mengangguk. "Gue serius suka sama lo, Aida," jawab Tara tanpa merasa gugup.

"Kamu mau lamar aku?" Tara mengangguk dengan semangat.

"Lo mau gue lamar? Mau kapan?" tanya balik Tara.

"Setelah terima nilai. Kalau kamu sanggup," jawab Aida.

"Lo suka sama gue?" tanya Tara penasaran.

"Aku sedang mencobanya, Antara," jawab Aida.

"Gue janji, setelah selesai semester lima, gue bakal segera lamar lo di depan ayah. Setelah wisuda, gue akan nikahin lo," ujar Tara. Aida melengkungkan bibirnya.

"Aku harap kali ini tidak kecewa lagi," lirih Aida.

Tara menatap Aida begitu lekat. "Gue janji nggak akan mengecewakan lo."

*****

Setelah beberapa Minggu kemudian, nilai akhir sudah dibagikan. Aida melihat nilainya, semua mata pelajaran mendapatkan nilai A. Nilai IPK yang ia dapatkan sebesar 3,8.

"Alhamdulillah, A semua. Seperti semester sebelumnya," gumam Aida. Tiba-tiba, seorang pemuda menghampiri Aida.

"Hari ini sudah keluar nilainya. Artinya, gue hari ini akan datang ke rumah lo. Lo siap-siap. Gue bakal datang dengan membawa ayah dan ibu gue ke rumah Papa mertua," ujar Tara, membuat Aida terkejut.

"Kamu sudah yakin?" tanya Aida memastikan.

"Yakin banget!" seru Tara begitu antusias.

Sementara pemuda berkacamata, mendengar apa yang Tara katakan pada Aida. Kedua tangannya terkepal begitu kuat. Urat-urat lehernya begitu terlihat. Manik matanya begitu menajam, seperti burung elang yang hendak memangsa.

Sial! Kenapa anak itu makin gencar?! Bisa-bisa Misha kecewa sama aku kalau tahu Aida sama laki-laki lain.




Hai aku kembali update. Terima kasih masih menunggu kisah ini. Jangan lupa tinggalkan bintang dan komentar. See you next part ☺️


Kapan Akan Terbuka ? [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang