"Terbiasa ada, membuat perasaan cinta mulai tumbuh tanpa disadari."
~ Aida Haifani ~
Perlahan kedua bola matanya mulai terbuka. Ruangan bernuansa putih, bau obat-obatan, dan kedua orang tuanya di sisi ranjang. Mereka berbinar, menatap putranya yang baru saja membuka mata.
"Akhirnya kamu sadar juga, Sayang," ujar Anika, ibu dari Antara.
"Maafin Tara, Ma. Udah bikin Mama khawatir," lirih Tara.
Arga, papa dari Tara mengusap surai legam putranya. "Tara, kamu kecapekan, Nak. Kamu harus banyak istirahat," tutur Arga.
"Maaf, Pa. Akhir-akhir ini aku porsir tubuhku buat ngerjain laporan pertanggungjawaban selama menjadi wakil BEM," sahut Tara.
"Udah, berhenti aja, Sayang. Bentar lagi mau lulus, loh," pinta Anika.
Tara mengangguk. "Iya, Ma, Pa. Tara akan berhenti. Tara mau fokus mengerjakan skripsi, mengejar nilai yang baik. Tara mau cepat lulus buat bisa cepat menikahi Aida," ujar pemuda itu, membuat Arga menyentil dahinya.
"Otakmu nikah terus aja, ya? Ngebet banget, sih?!" oceh Arga, membuat Tara mendengkus sebal.
"Aku baru sadar loh, Pa! Malah disentil! Mama, Papa jahat banget sama aku," lirih Tara begitu dramatis. Anika hanya geleng-geleng kepala. Putranya sudah besar, tetapi masih bertingkah seperti anak-anak.
"Tuh, manja gitu mau nikah? Yang ada Aida ngelayanin bayi," cibir Arga, membuat Antara mengerucutkan bibirnya seperti anak kecil.
"Ya ampun, Pa. Udah. Tara ngambek, tuh, Pa," tegur Anika. Arga memutar bola matanya dengan malas.
"Biarin aja ngambek, Ma," sahut Arga, membuat Tara makin kesal.
"Papa nyebelin!" Tara kembali memijit pelipisnya, membuat Anika khawatir.
"Tara kenapa? Sakit?" tanya Anika sangat cemas.
"Masih pusing, Ma," keluh Tara.
"Ya udah makan dulu, Sayang. Habis itu istirahat lagi. Kamu capek banget, Sayang," ujar Anika. Anika pergi dari ruang rawat, ke kantin rumah sakit untuk membeli bubur untuk putranya. Beberapa menit kemudian, Anika telah kembali ke ruang rawat Tara. Ia meletakkan bubur di atas nakas.
Arga membantu Tara duduk di brankar. Anika mulai menyuapi putranya makan bubur begitu lembut.
"Makan yang banyak. Biar cepet sembuh," ujar Anika, diangguki oleh Tara.
"Papa telepon Aida dulu," pamit Arga, membuat Tara menggeleng.
"Papa mau apa?" tanya Tara.
"Mau Aida kesini jenguk kamu. Kenapa? Harusnya seneng, dong," jawab Arga.
"Jangan, Pa. Nanti Aida khawatir sama Tara," larang Tara. Arga menggeleng.
"Tara, dia harus tahu. Biar kamu nurut juga kalau ada Aida." Pria itu langsung keluar dari kamar rawat Tara. Pemuda itu mengembuskan napasnya dengan kasar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kapan Akan Terbuka ? [SELESAI]
Romance[Young Adult - Spiritual] [Spin Off Tentang Nadhira Series 1] [Danish - Aida] Tiga tahun sudah berlalu, tetapi ia belum bisa melupakan sosok cinta pertamanya. Hatinya tertutup, ia tidak pernah membuka hatinya untuk wanita lain padahal banyak sekali...