PART 11

132 23 129
                                    


"Apakah menjadi orang lain bisa memikat hati seseorang yang kita cintai?"

~~~~~ Aida Haifani ~~~~~



Seorang pemuda berkacamata dengan menggunakan jas kebanggaan kampusnya, ia berdiri di depan ruang UKKI sambil memandang bros berbentuk angsa yang ada di tangannya. Ia ingin segera menemui perempuan cantik itu dan mengembalikan bros yang ada di tangannya sekaligus perkenalan lebih dekat. Danish akan kembali mencoba membuka hatinya. Semoga berhasil.

Tak lama kemudian, beberapa anggota UKM UKKI sudah keluar dari ruangan, menuju kelas masing-masing. Perempuan yang sudah Danish nanti sudah keluar dari ruangan tersebut. Danish langsung menghampiri perempuan yang sedang menggunakan sepatu flatshoes berwarna putih.

"Hai!" sapa Danish dengan ceria.

"Assalamualaikum," salam Danish di depan perempuan yang masih sibuk dengan sepatunya. Perempuan berkulit putih itu mendongakkan kepalanya.

"Waalaikumussalam. Kak ... Danish?" Perempuan itu tak percaya jika Danish saat ini ada di hadapannya. Rasa gugup kembali hadir. Entah mengapa saat berdekatan dengan Danish, ada sesuatu yang berbeda dapat ia rasakan.

"Iya. Aku Danish." Danish menunjukkan bros berbentuk angsa di depan perempuan itu.

"Ini milikmu 'kan?" tanya Danish dengan suara lembut. Perempuan itu membulatkan matanya dengan sempurna. Bagaimana bisa bros angsa miliknya ada di tangan Danish?

Pasti aku nggak sengaja menjatuhkan bros itu. Pantas, aku cari benda itu kemana-mana tidak ada. Batin perempuan berjilbab warna hijau mint.

"Iya, Kak. Itu punya saya. Kakak temukan itu di mana?" tanyanya penasaran.

"Di lantai. Dekat dengan lokasi kita bertemu." Danish menyerahkan bros itu kepada mahasiswi berjilbab itu.

"Terima kasih Kak Danish. Kak Danish baik sekali," ujarnya dengan nada senang. Entah mengapa berinteraksi dengan Danish itu membuat hatinya sangat senang.

"Oh, iya, namamu siapa? Bolehlah kita berkenalan dan jadi teman?" tawar Danish. Perempuan itu terdiam.

Berkenalan? Nggak salah, nih, dia?

"A-apa maksud Kakak?" tanyanya gugup. Danish melengkungkan bibirnya dengan sempurna.

"Jangan takut padaku. Aku tidak akan macam-macam padamu. Apa kamu tidak berkenan berkenalan denganku?" tanya Danish. Perempuan itu masih mencerna apa yang Danish katakan.

"Ah, boleh Kak. Aku hanya kaget saja. Karena kata mahasiswi yang lain kalau Kakak tidak suka berdekatan dengan perempuan," ujar perempuan itu.

"Saya tahu, kok. Siapa namamu?" tanya Danish lagi.

"Nama saya Intan Anindita Kirana, Kak. Kak Danish bisa panggil aku Intan atau Dita, terserah Kakak. Tapi, teman-temanku biasa panggil aku Kirana," jawab Kirana memperkenalkan diri.

"Anindita. Aku akan panggil kamu itu, Anindita. Salam kenal, Anindita. Aku Danish Wahidan, mahasiswa semester lima, ketua organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa. Mungkin kamu sudah tahu diriku, Anindita," sahut Danish.

Kirana mengangguk. Baru kali ini ada yang memanggilnya Anindita. Di rumah ia biasa dipanggil Intan, di kampus ia dipanggil Kirana, kalau di sekolah dipanggil Dita.

"Boleh kemarikan ponselmu?" pinta Danish. Kirana mengerutkan keningnya.

"Untuk apa?" tanya Kirana dengan polos.

Kapan Akan Terbuka ? [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang