"Sebelum janur kuning melengkung, aku akan terus mengejar cintaku."
~ Danish Wahidan ~
Selama liburan Aida disibukkan mengerjakan PKM atau dikenal dengan Program Kreativitas Mahasiswa. Bersama Maryam dan satu mahasiswi lagi ia membuat PKM. PKM yang kelompok Aida pilih adalah PKM wirausaha.
Tidak hanya mengurus PKM saja, Aida juga disibukkan dengan rencana pernikahan dengan Tara, calon suaminya.
Seorang gadis berkacamata tengah memasuki butik pakaian dengan seorang pemuda berkulit putih. Mereka tengah melihat-lihat pakaian pengantin.
"Lo mau warna apa nanti kebayanya?" tanya Tara.
"Aku mau putih untuk akad nikah," jawab Aida.
"Kalau untuk resepsi?" tanya Tara.
"Aku suka warna emas," jawab Aida.
Pemuda itu melengkungkan bibirnya dengan sempurna. "Kita cari kebaya warna putih dan gold. Pakaian gue menyesuaikan kebaya lo," sahut Tara. Mereka melihat berbagai model setelan kebaya dan jas.
Tara menyentuh sebuah kebaya berwarna putih panjang yang modelnya seperti gamis dress. Bermotifkan bunga dan daun.
"Ini kayaknya bagus buat lo. Cobain dulu, ya?" usul Tara. Pemuda itu menatap pelayan butik itu. "Boleh dicoba, kan Mbak?" tanya Tara. Pelayan wanita itu mengangguk. Aida pergi ke kamar ganti.
Tak lama kemudian, Aida telah keluar dengan kebaya yang Tara pilih. Bibir merahnya melengkung dengan sempurna. Calon istrinya memang sangat cantik.
"Lo seperti ratu di negeri dongeng, Aida. Cantik," ujar Tara, membuat semburat merah muda terpancar di wajah Aida.
"Jangan gombal!" ketus Aida. Tara tertawa.
"Siapa juga yang mau gombal? Itu kenyataan, kok," sanggah Tara.
Aida menghela napas. "Terserah kamu!"
"Kebaya itu bagus. Dipakai buat akad aja deh," saran Tara. Aida mengangguk setuju. Pemuda itu mengambil setelan kemeja dan jas berwarna putih. Ia pergi ke ruang ganti.
Tara keluar dengan menggunakan pakaian serba putih, membuat Aida berusaha menelan salivanya. Pemuda berkulit putih itu sangat tampan dengan jas pengantin.
"Kalian pasangan yang serasi. Pakaian pengantin ini sangat cocok untuk kalian," puji pelayan butik. Tara melengkungkan bibirnya.
"Aida, bagaimana?" tanya Tara. Aida masih terdiam, memperhatikan wajah tampan Tara, Tara langsung membuyarkan lamunan Aida.
"Hey! Ditanya malah melamun? Lo terpesona sama kegantengan gue, ya?" ujar Tara begitu sangat percaya diri. Aida sadar, kemudian mendengkus kesal. Calon suaminya itu begitu percaya diri.
"Enggak! Itu pakaiannya udah serasi, bagus," jawab Aida, membuat Tara terkekeh pelan.
"Dasar nggak mau ngaku! Gue itu emang tampan banget, Aida!" sahut Tara memang terdengar begitu menyebalkan.
"Hah, males aku!"
"Sekarang kita cari yang warna emas. Habis itu kita cari WO untuk persiapan pernikahan kita, Aida," titah Tara. Mereka kembali mencari pakaian pengantin untuk resepsi pernikahan.
*****
Seorang pemuda tengah menyandarkan kepalanya di pundak seorang pemuda. Mereka tengah duduk di depan teras.
"Abbas, gue sekarang harus gimana? Aida nolak gue, Bas," lirih pemuda berkacamata itu.
Pria di sampingnya menghela napas. "Kan, gue udah bilang, jangan gedein gengsi, Nish. Aida sekarang udah dilamar sahabat lo, ya, nggak bisa apa-apa. Jelaslah dia nolak lo! Mana mungkin dia khianati Tara," sahut Abbas, membuat Danish mendengkus kesal.
"Lo kasih saran gitu, biar gue bisa dapetin Aida!" protes Danish.
"Danish, Aida udah lamaran. Mereka mau nikah. Gimana gue kasih saran ke lo buat dapatin Aida? Lo jangan coba-coba bertindak seperti dulu lagi. Cinta nggak bisa dipaksakan, Nish. Mungkin lo belum berjodoh sama Aida. Gue saranin coba lanjutin deketin si Anindita. Dia cocok juga sama lo, Nish," saran Abbas. Danish menggeleng.
"Tapi, gue cuma maunya Aida, Bas! Gue mau Aida!" rengek Danish seperti anak kecil. Abbas mencebik.
"Lagian dulu Aida ngejar lo, lo malah minta dia berhenti. Giliran dia udah nyerah, lo ngejar dia. Lo bodoh tahu! Aida bukan barang, Nish. Dia itu wanita! Wanita itu punya perasaan!" terang Abbas begitu kesal pada saudara tirinya itu.
"Gue nyesel, Bas. Gue mau Aida," lirih Danish.
"Terus lo mau gimana sekarang? Aida udah dilamar Tara, loh. Jangan macem-macem! Kalian sahabat, masa lo mau hancurkan persahabatan lo sama Tara gara-gara wanita!" ketus Abbas.
"Bas, bukannya Tara yang nikung gue?" tanya Danish. Abbas menggeleng.
"Ya ampun Danish! Lo yang nolak Aida, dodol! Kenapa lo nyalahin Tara? Tara ngejar Aida, sedangkan lo? Lo jauh dari Aida! Lo suka ngatain dia! Dia pernah telepon Nadhira sampai nangis karena lo ngatain dia! Sekarang yang salah siapa?" sahut Abbas makin kesal.
"Maaf ...."
"Minta maaf sama Aida! Bukan ke gue! Masalah kita dulu udah selesai, Nish!" titah Abbas.
Pemuda berkacamata itu bangkit. Ia mengembuskan napasnya. "Bas, gue mau ke kamar dulu," pamit Danish. Pemuda berkacamata itu berjalan dengan lesu, menuju kamarnya. Di ranjang king size, Danish membaringkan tubuhnya. Kedua tangannya dilipat di belakang kepalanya. Kedua netra abu-abunya menatap kosong langit-langit kamar. Ia meloloskan buliran bening. Banyak penyesalan yang rasakan saat ini. Penyesalan pernah hampir menghabisi Nadhira dan penyesalan Aida sudah dilamar Tara terus terngiang di kepalanya.
Gue harus gimana sekarang? Apa gue nyerah aja?
Tiba-tiba pikirannya teringat sebuah kalimat dari televisi, membuatnya melengkungkan bibirnya dengan sempurna.
Sebelum janur kuning melengkung, cinta harus dikejar.
Aku akan mengejarmu, Aida. Selama Tara belum memiliki kamu.
Hai aku kembali update. Terima kasih masih menunggu kisah ini. Kira-kira apa yang akan Danish lakukan, lalu, bagaimana Aida dan Tara menghadapi tingkah Danish? Ikuti terus kisahnya. Jangan lupa tinggalkan bintang dan komentar. See you next part ☺️
KAMU SEDANG MEMBACA
Kapan Akan Terbuka ? [SELESAI]
Romance[Young Adult - Spiritual] [Spin Off Tentang Nadhira Series 1] [Danish - Aida] Tiga tahun sudah berlalu, tetapi ia belum bisa melupakan sosok cinta pertamanya. Hatinya tertutup, ia tidak pernah membuka hatinya untuk wanita lain padahal banyak sekali...