PART 41

96 10 9
                                    


"Jika ada kesempatan gunakan. Masalah cinta atau tidak bisa menyusul. Karena berikutnya tidak akan ada lagi kesempatan."

~ Danish Wahidan ~






Sudah dua bulan Anindita magang di perusahaan Kinara. Selama magang, ia sering bertemu dengan Danish. Danish di sana sebagai karyawan magang juga padahal dirinya yang memberikannya gaji setiap bulan.

"Anin!" Seorang pemuda memberikan beberapa berkas pada gadis berjilbab hitam itu.

"Semua berkas ini kamu fotokopi, Nin," ujar pemuda itu. Anindita mengangguk. Pemuda itu adalah tim magang Anindita.

Gadis itu pergi memfotokopi semua berkas-berkas yang dibutuhkan. Tiba-tiba sosok pemuda berkacamata mengenakan kemeja putih tiba di samping kanan Anindita.

"Kenapa kamu mau?" tanya Danish.

"Kan, emang kerjaan aku fotokopi berkas," jawab gadis itu. Pemuda mengenakan kacamata itu melengkungkan bibirnya.

"Bagus. Kamu sangat bertanggung jawab. Tidak menunda-nunda. Kamu mau nanti kalau habis lulus kerja di sini?" tanya Danish, memberikan tawaran, membuat Anindita membulatkan mata.

"Hah? Serius kamu?" Danish mengangguk.

"Masa bohong? Kan, setelah lulus aku yang pimpin perusahaan ini seutuhnya. Jadi, sekarang kamu aku rekrut. Mau, kan?" tanyanya lagi. Ia memasang puppy eyes terlihat begitu menggemaskan di mata Anindita. Gadis itu terkekeh.

"Iya, mau Kak. Kenapa Kakak baik banget?" tanya Anindita.

"Kerja kamu bagus, Nin. Jadi, saya mau rekrut kamu nanti. Oke, selamat bekerja. Jangan sampai teman-temanmu tahu ini perusahaan mama saya," peringatnya. Anindita mengangguk paham. Pemuda itu meninggalkan Anindita. Ia menduduki meja kantor, kemudian netra abu-abunya menatap layar laptop.

Usai fotokopi, Anindita memberikan berkas pada teman magangnya.

"Itu berkas punya Bu Kinara. Beliau meminta kamu memberikannya ke ruangan beliau," terang pemuda itu.

"Aku?" Pemuda itu mengangguk.

"Sekarang?"

"Tahun depan. Ya, sekarang cantik!" serunya. Anindita terkekeh.

"Iya-iya sekarang. Tapi, aku gugup, Rendi," cicitnya.

"Nggak papa, Nin. Ayo," titahnya. Anindita berjalan, kemudian menaiki lift. Ruangan Kinara ada di lantai empat.

Di dalam lift, Anindita merasakan jantungnya berdegup dengan kencang. Ia akan bertemu dengan bos besar perusahaan. Adalah ibu dari kakak tingkatnya yang ia kagumi.

Bismillah ....

Pintu lift akhirnya terbuka. Gadis berjilbab hitam itu berjalan, keluar dari lift. Ia melangkah dengan sepatu high heels berwarna hitam, menuju ruangan pimpinan besar. Wajahnya menunduk.

Sampai di depan pintu ruangan, Anindita dengan gugup mengetuk pintu.

"Masuk!"

Perlahan Anindita membuka pintu ruangan tersebut. Ia melihat sosok wanita berjilbab hitam dan pemuda berkacamata.

"Assalamualaikum, Bu, Pak," ujarnya dengan gugup.

"Waalaikumussalam," jawab Kinara dan Danish bersamaan.

"Duduk, Nak. Ibu mau bicara sebentar," titah wanita itu.

Anindita menduduki bangku berhadapan dengan Kinara. Ia menundukkan kepalanya, kemudian meletakkan berkas-berkas yang sudah ia fotokopi.

Kapan Akan Terbuka ? [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang