PART 43

90 10 13
                                    


"Kita tidak bisa apa-apa mengenai takdir yang telah ditetapkan oleh Allah. Kita hanya bisa menjalankannya. Hidup, mati, dan jodoh sudah ditentukan oleh Allah sebelum kita dilahirkan ke dunia sementara ini."

~ Aida Haifani ~



Danish dan Anindita sudah menetapkan hari pernikahan mereka. Mereka akan menikah tiga Minggu lagi. Masa magang Anindita dan Danish telah habis. Mereka telah kembali fokus pada pembelajaran kuliah di kelas.

Beberapa mahasiswi merasa iri, Anindita yang telah memenangi hati mantan ketua BEM yang dingin dan mempesona itu.

Awalnya mereka berpikir Aida yang akan menikah dengan ketua BEM itu, tetapi ternyata dugaan mereka dipatahkan dengan sebaran undangan atas nama Aida Haifani dengan Antara Samudera, mantan wakil BEM yang terkenal begitu humoris dan receh.

Dari sekian banyak mahasiswi cantik di kampus, Danish menjatuhkan pilihannya menikah dengan Intan Anindita Kirana. Mahasiswi semester empat adalah anggota UKM keagamaan. Bahkan, teman-teman di UKM keagamaan tersebut masih tidak percaya dengan kabar Anindita akan menikah dengan Danish, tetapi mereka turut bahagia dengan undangan yang mereka terima dari Anindita.

"Selamat, Kirana. Semoga lancar sampai hari pernikahan," ujar gadis berjilbab biru gelap bernama Zaskia, sahabat dekat Anindita. Gadis itu hanya melengkungkan bibirnya.

"Makasih, Zaski."

Seorang mahasiswi berambut pirang menatap tajam gadis berjilbab biru muda yang tengah tersenyum dengan mahasiswi berjilbab biru gelap. Ia menarik salah satu ujung bibirnya.

Tidak. Mahasiswi semester empat itu jangan sampai berhasil menikah dengan Danish. Danish itu milikku. Danish harusnya menikah denganku, bukan mahasiswi bocah itu. Aku harus mencelakainya!

Lihat saja nanti!

*****

Seusai kelasnya selesai. Gadis berjilbab biru muda itu akan pulang ke rumahnya. Tiba-tiba ia dihampiri oleh pemuda mengenakan kacamata mengenakan almamater kampus. Pemuda itu terlihat berwibawa dan tampan. Anindita menelan ludah, menatap calon suaminya yang begitu menawan ditambah lengkungan bibir yang tercetak sangat sempurna.

"Anin, aku tidak sabar ingin segera menikahimu," ujar pemuda itu, membuat pipi Anindita mengeluarkan rona merah muda. Gadis itu langsung menundukkan kepalanya.

"Jangan menggodaku seperti itu, Kak. Aku malu," cicitnya. Danish terkekeh, melihat rona merah milik gadis berusia dua puluh satu tahun itu.

"Jangan malu. Nanti kamu akan berinteraksi denganku setiap harinya. Tentunya aku akan menyentuhmu, Anin."

Anindita mendengkus kesal. Pipinya makin merona. "Ah, sudahlah Kak! Aku mau pulang. Kakak belum pulang?" tanya Anindita.

"Aku masih ada satu kelas lagi. Kamu hati-hati di jalan," peringat Danish. Anindita mengangguk.

"Iya, Kak Danish. Aku pulang dulu." Gadis itu bergegas melangkahkan kaki, menuju parkiran mobil. Sementara Danish mulai merasakan gelisah.

Ada apa denganku? Kenapa aku mencemaskan Anin? Apakah akan ada sesuatu yang terjadi dengan Anin. Aku gelisah sekali. Ya Allah, jaga calon istriku. Semoga dia selamat sampai rumah. Perasaanku nggak enak.

Kapan Akan Terbuka ? [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang