PART 14

116 20 71
                                    


"Ketika seseorang sudah mulai tak dianggap lagi keberadaannya saat itu dia mulai menyerah dan melepaskan semuanya."

~ Aida Haifani ~

Perempuan berkacamata sedang berjalan, menyusuri koridor kampus. Ia menunduk sambil menahan tangis dalam hati.

Kapan kamu tidak melukai diriku dengan perkataan pedasmu. Aku tahu aku adalah penjahat. Apakah saat itu adalah kesalahan aku saja? Kamu mengikuti dan bahkan parahnya kamu mau menghabisi Abbas. Apakah hal ini
perlu diungkit kembali? Nadhira saja sudah mengikhlaskan semuanya. Apakah kamu tidak bisa? Padahal pihak yang paling tersakiti di sini adalah Nadhira.

Tiba-tiba saja langkah Aida terhenti karena beberapa mahasiswi mencegat di hadapannya. Perempuan itu mengerutkan keningnya.

"Heh! Anak baru! Jangan keganjenan jadi cewek!" sentak seorang mahasiswi berambut pirang. Dua orang mahasiswi mendorong tubuh Aida, membuat perempuan itu tersungkur di lantai.

"Lo kasih apaan ketua BEM kampus sampai mau peluk tubuh lo?" tanya mahasiswi berambut gelombang.

"Lepasin pelet lo dari Danish! Kalau enggak ... kita usir lo dari kampus ini! Dasar mahasiswi meresahkan!" umpat mahasiswi berambut lurus sebahu, mengenakan bando pita berwarna biru muda.

PLAKK!!!

PLAKK!!!

PLAKK!!!

Ketiga mahasiswi yang mencegat Aida, melayangkan tangan ke pipi Aida, membuat perempuan itu meringis kesakitan pada bagian pipi. Pipi putihnya terdapat bercak merah bahkan hingga keluar cairan kental berwarna merah.

"Guys, bully mahasiswi kecentilan yang udah kasih pelet ke Danish! Kita nggak bisa biarin cewek sok alim sesaat ini terus-menerus memperdaya ketua BEM kampus kita!" seru mahasiswi berambut pirang. Beberapa mahasiswi menyiram Aida dengan bekas minum dan makan mereka yang masih tersisa. Mahasiswi berambut pirang itu tersenyum miring, menatap Aida yang tengah dilempari berbagai macam.

Nggak boleh ada yang jadi saingan gue buat dapetin Danish!

"Huh, dasar ganjen!"

"Eh, neng, nyadar dong!"

"Woy! Jadi cewek jangan mainan pelet dong! Musyrik, tuh!"

"Usaha sih, usaha, tapi jangan mainan dukun jugalah! Obsesi amat, deh!"

"Dasar nggak tahu diri! Nggak punya malu!"

Berbagai umpatan dilontarkan oleh beberapa mahasiswi pada Aida. Perempuan itu terdiam, mencoba menahan sakit dan sesak.

Karena ricuh, Danish yang sedang beristirahat, terbangun. Pemuda itu mengerutkan keningnya. Tara sedang tidak ada di ruangan kesehatan karena harus mengurus pendataan lomba untuk acar ulang tahun kampus.

Danish mencoba bangkit dari brankar. Pemuda itu berjalan dengan tertatih, keluar dari ruangan kesehatan. Ia berjalan dengan bertumpu apa saja untuk menjaga keseimbangan tubuhnya.

Saat tiba di koridor, bertanya membulat dengan sempurna, melihat ada bully di kampus. Padahal salah satu dari misi BEM adalah menegakkan keadilan. Termasuk melarang ada bully di kampus. Danish bergegas menghampiri mereka.

Kapan Akan Terbuka ? [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang