PART 19

110 17 60
                                    


"Jangan mengusikku yang sedang berusaha melupakanmu secara perlahan."

~ Aida Haifani ~

Gadis berjilbab hitam berkacamata baru saja mengenakan sepatunya di depan teras musala kampus. Ia dengan gadis berjilbab biru muda berjalan, meninggalkan musala.

"Aida, aku mau ngundang kamu," ujar Maryam, membuat gadis berkacamata itu mengerutkan keningnya.

"Undang apaan?" tanya Aida.

Maryam tampak gugup. Gadis itu menunduk. "Em ... jadi, malam nanti ada yang datang melamar aku, Aida. Kamu datang, ya?" ujar Maryam membuat Aida membulatkan mata.

"Sungguh?" tanya Aida. Gadis itu mengulurkan tangannya di depan Maryam. "Selamat, Mar. Btw, siapa nih, calonnya?" tanya Aida penasaran.

"Dia Kak Raka. Kak Raka ini mahasiswa semester tujuh, Aida. Dia rencana mau lamaran dulu. Nanti nikahnya kalau udah wisuda," jawab Maryam.

"Kamu suka sama dia?" tanya Aida. Maryam mengangguk.

"Iya. Sudah lama aku mencintai Kak Raka dalam diam. Dia cinta pertamaku sejak SMA. Aku pikir akan bertepuk sebelah tangan, kemudian Tara tiba dengan sifat recehnya, membuatku sedikit mengenyahkan perasaan aku sama Kak Raka. Nyatanya, Kak Raka tak pernah aku lupakan di otakku. Soal aku membicarakan Tara atau menyukainya, itu tidak benar. Aku hanya kagum saja, tidak lebih. Nanti malam datang, ya, Aida. Kedatanganmu sangat aku tunggu," ujar Maryam. Aida mengangguk.

"Aku pasti datang, Mar. Semoga lancar hingga hari pernikahan, Mar," sahut Aida. Maryam mengaminkan apa yang Aida ucapkan.

"Aida, kayaknya Tara suka sama kamu. Dari kemarin aku perhatiin dia deketin kamu terus, mana care banget lagi. Kamu nggak mau coba buka hati buat Tara? Dia humoris, baik banget, manis lagi. Aku sarankan kamu berhenti mengejar dia yang tidak pernah menganggap kamu. Karena hanya kesia-siaan belaka saja. Bahkan, hatimu sakit, Aida. Aku dengar betapa pedasnya Danish berkata padamu. Betapa dingin dan ketusnya dia. Capek, Ai, mengejar laki-laki. Kamu bukan Siti Khadijah yang bisa mendapatkan Rasulullah. Kamu Aida, dia Danish. Dia tidak menyukaimu, aku rasa cukupkan saja rasamu padanya," nasihat Maryam.

"Kamu benar, Mar. Aku mau mencoba move on, kok. Kamu doakan saja semoga perasaan ini segera memudar."

"Aamiin. Doaku yang terbaik untukmu, Aida. Kita ini sahabat," ujar Maryam. Kedua gadis itu berpelukan dengan erat.

Seorang pemuda mengenakan jas kampus sedang menalikan sepatunya, melebarkan bibirnya saat melihat senyuman yang terlihat dari wajah cantik Aida.

Kamu cantik kalau lagi senyum, Aida Haifani. Daya tarikmu begitu memikat diriku, Aida.

*****

Denting bel dari luar terus menggema, sosok gadis berjilbab merah muda yang sudah rapi, berjalan, kemudian membuka pintu. Netranya membulat dengan sempurna, melihat sosok pemuda mengenakan jas formal berwarna hitam tampak begitu berwibawa.

"Assalamualaikum, Aida," ujar pemuda tampan di depan Aida begitu lembut. Pemuda itu melengkungkan bibirnya dengan sempurna, menatap Aida.

"Waalaikumussalam, Tara. Ada apa kamu kemari? Aku mau pergi. Papa nggak ada di rumah, masih ada lemburan," jawab Aida.

Kapan Akan Terbuka ? [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang