PART 24

130 14 68
                                    


"Tidak baik seorang istri tinggal satu rumah dengan ipar yang pernah memiliki rasa padanya. Hal itu bisa kembali menimbulkan rasa."

~ Abbas Khalil Afnan ~





Seorang wanita berjilbab merah muda tengah melipat berbagai pakaian, kemudian ia letakkan di dalam tas.

"Mas, kita mau nginap di mana? Rumah mama Vania atau ayah Reyhan?" tanya wanita itu masih sibuk menata pakaian di dalam tas.

Pria yang sedang menggendong anak kecil berusia dua tahun tengah berpikir. "Di rumah mama Vania aja, Malaika."

Wanita itu mengerutkan keningnya. "Kenapa kalau rumah ayah Reyhan?" tanya Nadhira.

"Malaika Sayang, di rumah ayah ada Danish. Mau gimana pun, kita nggak bisa serumah sama Danish. Aku sebenarnya nggak yakin kalau Danish udah melupakanmu," ujar pria berkacamata itu.

"Kamu nggak percaya?" tanya Nadhira. Abbas mengembuskan napasnya dengan kasar.

"Malaika, jujur aku nggak yakin. Setiap teleponan kita lagi bermesraan, dia itu kayak kesel. Bisa aja dia belum move on," sahut Abbas.

Abbas meletakkan putrinya di atas ranjang. Ia duduk di sebelah Nadhira.

"Aku paham, Mas. Ya udah kita nginep di rumah mama," ujar Malaika.

Abbas merangkul pundak istrinya begitu manja. "Sayang, udah dulu beres-beresnya," pinta Abbas. Nadhira mengerutkan keningnya.

"Kenapa? Kita besok berangkat, lho, Mas. Barang-barang masih banyak yang belum aku siapin," ujar Nadhira. Wanita itu bingung terhadap suaminya.

"Nanti aku lanjutin. Bentar, aja, Sayang," pinta Abbas dengan menunjukkan puppy eyes di depan Nadhira. Kalau sudah begini, Nadhira pun mengalah.

"Oke, iya. Sekarang kamu mau apa?" tanya Nadhira.

"Ikut aku!"

Abbas dan Nadhira pergi ke balkon. Pria beriris abu-abu itu mengalungkan kedua tangan istrinya di leher jenjangnya. Abbas mendekatkan wajahnya dengan wajah Nadhira. Ia menyentuh bibir Nadhira begitu lembut.

Nadhira merasakan sentuhan hangat dari suaminya di bibirnya, merasakan nyaman. Jantungnya berdebar begitu kencang.

Nadhira memejamkan mata. Merasakan kenyamanan yang diperbuat oleh suaminya itu.

Abbas melepaskan tautan bibirnya. Ia menangkupkan kedua tangannya di pipi putih wanita di depannya.

"Malaika Sayang, aku sangat mencintai kamu."

"Aku juga, Mas Abbas."

Abbas mendekap tubuh Nadhira begitu erat. Saat ini pria itu begitu manja dan ingin bermesraan dengan istrinya sebelum esok pulang ke rumah mertuanya.

Abbas melepaskan dekapannya. Ia mengajak Nadhira, masuk ke dalam kamar. Tiba-tiba saja, pria itu menggendong tubuh Nadhira ala bridal style, kemudian menuruni tubuh wanita itu di ranjang.

Kapan Akan Terbuka ? [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang