3: mendapat nomornya

117 44 4
                                    


[Selamat Membaca]


Wendy memasukkan beberapa pakaiannya ke dalam sebuah koper yang kemudian ia taruh di ruang tamu. Seorang asisten rumah tangga atau yang biasa Wendy panggil Bi Gyuni itu kebingungan, kenapa Wendy berkemas.

"Mau pergi ke mana Non? Sudah izin ke Bapak belum?" Bi Gyuni takut jika majikannya akan mengomel ketika putri mereka tidak ada dirumah. Wendy tersenyum sambil menurunkan gagang pegangan pada koper, "sudah Bi. Nggak perlu khawatir, kemarin Papa menelepon kalau aku harus datang ke rumah Om Hyunsung di Busan."

"Mendadak banget? Saya sendirian dong?"

"Dua hari lagi Papa Mama pulang, jadi Bibi sabar aja. Aku perginya juga nggak bakal lama-lama kok."

Bi Gyuni terduduk lemas di sofa, "ya udah deh. Memang mau berangkat kapan?"

"Nanti sore, pakai kereta." Wendy menunjukkan tiket yang sudah ia beli kemarin malam. "Sekarang aku mau ke makam nenek dulu ya Bi, nggak bakal lama. Jangan takut sendirian, kan rumah ini nggak horor." 

Setelah mendapat izin dari Bi Gyuni, Wendy mengganti pakaian dan diantar oleh pak supir menuju pemakaman yang cukup jauh dari rumahnya. "Bapak mau nunggu di mobil atau ikut saya ke makam?"

"Saya tunggu disini aja Non," jawab pak supir.

Wendy keluar dari mobil dan berjalan berhati-hati diatas tanah yang sedikit lembab itu, sepertinya semalam sempat hujan. Anehnya, hari ini sangat terik dan pakaian yang ia gunakan bukanlah bahan yang bisa menyerap keringat. Wendy merasa gerah sehingga matanya fokus menggulung lengan bajunya sambil berjalan.

Bruk!

Bunga yang ia pegang terjatuh ke tanah dan berceceran. Wendy pikir ia telah menabrak sebuah pohon, namun ternyata ia menabrak seorang lelaki yang sedang memunguti bunganya.

Ketika diamati, Wendy merasa tidak asing dengan bentuk rambut serta leher bagian belakang lelaki ini.

Matanya membulat sempurna ketika melihat wajah lelaki itu dari samping, tangannya gemetar dan jantungnya berdegup tidak karuan.

Taeil?

Wendy sempat mematung sebentar sebelum Taeil berdiri, "halo.. Taeil?"

Keadaan yang canggung itu berhasil menggetarkan hati kedua orang yang sedang berhadapan ini. Waktu serasa berhenti tatkala Wendy menatap mata Taeil yang dalam.

Dia juga melihat pakaian Taeil yang berbeda, lelaki ini menggunakan jaket kulit berwarna hitam. Wendy kagum dengan penampilan Taeil yang dewasa. Namun, lawan bicaranya hanya diam saja dan tidak ditemukan tanda-tanda bahwa laki-laki ini sama kagetnya dengan Wendy.

Ternyata, Taeil sudah menjadi laki-laki yang dingin.

Wendy memberanikan diri untuk menyapa Taeil sekali lagi, sebagai permintaan maafnya beberapa tahun lalu. 

Sebuah percakapan singkat ini tidak berjalan lama sejak Taeil membuka mulutnya untuk pertama kali setelah sekian lama.

"Ta-tapi, can i have your number?"

𝐧𝐨𝐭 𝐭𝐡𝐚𝐭 𝐞𝐚𝐬𝐲 - 𝐭𝐚𝐞𝐢𝐥 𝐱 𝐰𝐞𝐧𝐝𝐲 ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang