22: baikan dengan papa?

43 25 0
                                    

[Selamat Membaca]


Setelah menginap satu malam, akhirnya siang ini Inseong menjemput Wendy untuk pulang ke rumah. Mobilnya melaju dijalanan yang mulai sepi, Wendy meminta Inseong untuk menjemputnya pukul 11 siang. 

Dirinya menunggu Wendy di teras rumah Seulgi dengan ditemani oleh secangkir teh hangat. Menurutnya, rumah Seulgi ini mengingatkan Inseong pada rumah lamanya.

Memorinya terputar ke jaman dimana dulu sebelum keluarganya menjadi kaya, mereka sempat tinggal di rumah sederhana seperti rumah Seulgi ini. Bergaya tradisional dan tidak terlalu besar.

"Seulgi-ya, makasih banyak udah bolehin gue nginep semalem disini." Wendy memeluknya dengan erat. 

Seulgi bahagia dengan kedatangan Wendy ke rumahnya, ditambah lagi kemarin mereka tidur disatu kamar. Seulgi tidak merasa kesepian.

Kedua orang tua Seulgi sudah pindah ke desa untuk menikmati hari tua, sedangkan dia dan adik lelakinya tetap tinggal di rumah itu.

Semalam, Wendy tidak banyak bercerita sebab kepalanya masih pusing sehingga lebih memilih hanya untuk mendengar semua cerita Seulgi sampai ia terlelap. 

"Kapan-kapan main kesini lagi ya," ujar Seulgi sambil melepas pelukan itu. 

Keduanya berjalan keluar menemui Inseong. Sungguh, hati Wendy merasa teriris melihat Inseong duduk terdiam dengan wajah lelahnya. 

"Sudah siap?" Tanya Inseong, Wendy mengangguk mantap. Dia tidak membawa banyak barang, hanya satu ransel kulit kesayangannya itu saja. Baju tidur pun tak dia bawa. 

Hawa yang tadinya sedikit panas, sekarang telah berubah menjadi sejuk setelah masuk ke dalam mobil. Inseong mengemudikannya dengan hati-hati, "ini mau langsung pulang?" Tanyanya ragu.

Wendy menundukkan kepalanya, "sekarang sih aku perlu pulang ke rumah untuk ambil beberapa dokumen," katanya. 

"Dokumen untuk apa? Ada kerjaan?"

"Bukan, aku mau mengurus visa dan paspor. Aku pengen ketemu Taeil," diakhir kalimat suaranya semakin pelan. 

Inseong menatapnya tak tega, "ya sudah ayo pulang biar aku temani. Pasti papamu nggak akan marah kalau ada aku," tangannya mengelus kepala Wendy sekilas. 

Wendy bersyukur karena Inseong bisa menjadi teman sekaligus pelindungnya. Di kala dirinya di buat tak berdaya oleh keluarganya sendiri, Inseong mampu menenangkan hatinya lewat tutur kata maupun perlakuannya pada Wendy.

Sesampainya dirumah besar itu, keduanya turun dari mobil. Wendy memandangi rumahnya, mulai dari kanan hingga kiri. Ada rasa takut dan cemas untuk melangkahkan kaki ke dalam sana. "Ayo," ajak Inseong.

Inseong berjalan terlebih dahulu untuk membuka pagar rumah dengan kode rahasia. 

"Inseong Wendy?!" Haenim kaget dan langsung berdiri dari duduknya, beliau memandangi dua orang tersebut dari teras rumah.

Mereka mendekat ke aras teras, namun Wendy sama sekali tak melirik papanya dan asal melengos masuk ke dalam rumah.

Haenim menarik lengan Inseong dengan kasar, dia memekik tetapi tak bisa berteriak. "Kemana saja dia itu? Kok baru pulang pagi ini? Saya khawatir karena kamu nggak kasih kabar," bisik Haenim dengan nada yang tegas. 

"Iya pak mohon maaf, kemarin saya kelelahan karena mengikuti Wendy seharian jadi sesampainya dirumah, saya langsung tidur. Kebetulan Wendy menginap dirumah teman perempuannya semasa sekolah, jadi saya pikir dia aman. Dan siang ini saya yang menjemput Wendy disana," jelas Inseong.

𝐧𝐨𝐭 𝐭𝐡𝐚𝐭 𝐞𝐚𝐬𝐲 - 𝐭𝐚𝐞𝐢𝐥 𝐱 𝐰𝐞𝐧𝐝𝐲 ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang