26: di dalam mobil yang gelap

60 24 8
                                    


[Selamat Membaca]


Angin malam berhembus kencang, membawa gumpalan awan hitam. Bintang dilangit tersapu habis dalam sekejap, keindahan yang diperlihatkan alam sirna dan berubah menjadi gelap. Namun, selalu ada terang sehabis gelap. Keindahan malam bertambah sempurna saat cahaya bulan mulai bersinar.

Malam ini, Taeil memasukkan barangnya ke dalam mobil Wendy. Dia akan pulang ke rumah kakak perempuannya. Tetapi sebelum itu, dia akan mengajak Wendy ke suatu tempat terlebih dahulu.

Mereka berdua mulai mengendara ketika Inseong sudah pulang dan Haenim mempersilahkan untuk mereka pergi. Suasana malam ini cukup sejuk, mungkin sekitar 14 derajat.

Rencananya, Taeil akan membawa Wendy ke pinggiran Sungai Han untuk menikmati malam ini. Namun berhubung cuaca terlihat mendung, dia mengurungkan niatnya.

"Wen, aku berubah pikiran." ujar Taeil yang sedang menyetir mobil.

Perempuan ini terdiam dan hanya menatap Taeil, "tadinya aku mau ajak kamu ke Sungai Han tapi aku memutuskan untuk bawa kamu ke rumah Minhyuk hyung aja, sekalian bertemu ibu."

Wendy menyahut. "Boleh, lagian kan kamu sudah bawa barang-barangmu. Mungkin 2 bulan yang lalu adalah terakhir kalinya aku bertemu ibu."

"Kok bisa? Kalian ngapain?"

"Kami jalan-jalan dong, belanja baju, terus makan bareng. Aku mau membahagiakan ibu terlebih dahulu sebelum kamu dateng." Wendy mengambil tangan Taeil dan mengelusnya pelan.

Sorot mata Taeil yang hangat berhasil membuat Wendy tersenyum. "Kenapa senyum? Mukanya panas, kan?" celetuk Taeil.

Bercandaan Taeil rupanya tak direspon baik oleh Wendy, wanita itu melepas genggamannya. "AH NGGAK SERU KAMU INI."

Sementara itu Taeil terkekeh dan kembali menautkan tangannya. "Aku kira malem ini mau romantis, tapi kamu..." lanjut Wendy dengan bibirnya yang mulai mengerucut. 

"Kalo nggak usil begini nanti aku ditinggal tidur, aku tahu kalo jarang ajak kamu ngomong tapi aku masih pengen kamu temenin. Jangan tidur." 

Wendy berdecak sebal, apapun alasan Taeil dia tetap kesal. "Kayaknya mau turun hujan," ucap Wendy pada dirinya sendiri, seolah menghiraukan ucapan Taeil.

"Bukan kayaknya, ini memang mau hujan. Nggak kerasa udah sedikit gerimis." Taeil menunjuk kaca mobil yang mulai terkena tetesan air.

Memang betul, titik-titik hujan sudah mulai tampak dan terlihat meninggalkan jejak di kaca mobil.

"Untung aja nggak jadi ke Sungai Han, pasti kita kehujanan!" ucap Wendy.

Taeil mengangguk dan memberikan minumnya pada Wendy, "minum dulu bibirmu kering." Tangan Wendy kaku seakan tidak kuat mengambil botol minum tersebut.

Apa katanya? Bibirku kering?

Wendy membuang pikiran anehnya sejauh mungkin dan kembali menatap kedua mata Taeil. "Kenapa? Ini, diminum dulu dong..." Taeil memaksanya.

"Oo..okay."

Memang apa yang salah kalau dia melihat bibirku?

Tidak lama kemudian, mereka sampai di sebuah rumah yang tidak asing bagi Wendy. Disana tak terlihat ada tanda-tanda kehidupan. "Kamu yakin mereka ada di rumah?" tanya Wendy ragu, pasalnya hanya lampu garasi saja yang menyala.

Byulyi sangat anti jika rumahnya gelap, katanya takut dirampok. 

"Mungkin. Coba aku telepon nuna."

𝐧𝐨𝐭 𝐭𝐡𝐚𝐭 𝐞𝐚𝐬𝐲 - 𝐭𝐚𝐞𝐢𝐥 𝐱 𝐰𝐞𝐧𝐝𝐲 ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang