28: sebuah persiapan

39 23 9
                                    


[Selamat Membaca]


"Bagaimana persiapannya, ma?"

Taeil menelepon Minjae sembari membaca beberapa dokumen.

"Barang-barang sudah mulai tertata sesuai gambar yang kamu mau, disini mama ditemani ibumu juga. Dan sekarang kami sedang makan siang bersama, lalu nanti akan kembali ke venue."

"Aduuh, maafkan aku sudah membuat kalian repot begini. Kerjaan dikantor memang tidak bisa ditinggal dan aku cukup sibuk sekarang. Nanti sore aku kesana, ma."

"Tidak apa-apa, fokus saja dengan pekerjaanmu. Kami disini senang sekali, apalagi ini momen terakhir mama dan ibumu melakukan persiapan menuju pernikahan anaknya. Jadi kamu jangan risau, kami tidak capek karena diiringi dengan rasa senang."

"Baik ma, kalian hati-hati disana. Aku akan menemui kalian nanti sore, dah mama."


TUT


Minjae menutup panggilan itu dan berjalan menghampiri Soohyeon yang sedang duduk menikmati sebuah appetizer. "Memang anakmu itu sangat sopan sekali, nggak sabar rasanya pengen satu keluarga." ujar Minjae pada Soohyeon.

Wanita tua berpakaian hijau itu hanya tersenyum melihat calon besannya yang tampak semangat. "Sini duduk dulu, nanti kulitmu kebakar jadi nggak cantik lagi."

"Ehh betul juga ya," Minjae berlari kecil dan duduk disamping Soohyeon.

Sambil melihat ke langit yang cerah, Minjae meminum jus alpukat yang ia pesan tadi.

"Saya ini sama sekali nggak menyangka kalau Taeil bisa sesayang itu dengan Seunghwan. Karena pada waktu itu saya sedikit ragu ketika Taeil datang ke rumah pertama kali, dia terlihat kaku dan lugu. Saya khawatir kalau Taeil tidak bisa mengimbangi Seunghwan yang ekstrovert. Memang dia seorang perempuan yang terlihat anggun, tapi dia tidak bisa berhenti bicara saat ada temannya. Anak itu terlalu ramah hingga membuat siapapun nyaman didekatnya. Saya sendiri melihat langsung bagaimana sikap Seunghwan ketika bersama Taeil, dia tidak bisa diam dan hyper sendiri."

Soohyeon menanggapinya dengan tertawa kecil, "itu yang saya suka dari Wendy. Dia periang dan mampu membuat dunia anak saya berubah. Taeil yang sekarang sudah cukup talk-active, berbeda dengan dulu. Saya sangat bersyukur bisa melihat anak-anak bersama. Kalau begini jadi teringat masa SMA mereka."

"Loh, mereka satu sekolah? Saya malah tidak tahu.."

Memang wajar jika Minjae tidak tahu soal itu, karena kehidupannya bukan mengurusi anak melainkan ikut bekerja dengan Haenim.

"Sudah pasti seminggu sekali Wendy datang ke rumah untuk belajar bersama Taeil, seingat saya Wendy itu dekat dengan mendiang suami saya. Jadi setiap hari sabtu, kami sekeluarga dan Wendy suka bertanam di halaman rumah. Bahkan sampai sekarang pot kaktus miliknya masih saya simpan di dalam kamar."

Kejutan baru apalagi ini, rahang Minjae benar-benar menggantung selagi mendengarkan cerita Soohyeon.

Pantas saja di acara makan malam yang lalu Wendy terlihat dekat sekali dengan Soohyeon dan Byulyi.

"Selama ini saya hanya fokus pada perusahaan dan bukan pada pertumbuhan Wendy, sehingga mendengar cerita ini saya senang sekali. Walaupun mamanya tidak ada disampingnya, masih ada orang lain yang mau merawat Wendy. Terima kasih banyak Bu Soohyeon."

Minjae menelungkupkan tangan Soohyeon diatas meja. "Tidak perlu berterima kasih, saya sudah anggap Wendy seperti anak saya sendiri. Dan sekarang malah Wendy akan menjadi menantu saya, bukankah itu hal yang bagus?"

𝐧𝐨𝐭 𝐭𝐡𝐚𝐭 𝐞𝐚𝐬𝐲 - 𝐭𝐚𝐞𝐢𝐥 𝐱 𝐰𝐞𝐧𝐝𝐲 ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang