37. Good bye

79 55 14
                                    

Sepulangnya dari kegiatan kemarin, kini kondisi Sherly telah membaik. Di rumahnya terlihat banyak teman yang menjenguknya. Persahabatan mereka juga kembali membaik. Dengan tidak adanya rasa salah paham dan kecemburuan satu dengan lainnya.

"Gue harap kita bisa terus menjaga persahabatan ini ya!" ujar Clarissa dengan wajah happy nya.

"Bisa aja sih, asalkan lo ga berbuat ulah lagi," sindir Rey pada Clarissa.

"Rey, udah ga usah dibahas lagi ya," lontar Sherly yang mencubit lengan kanan Rey.

"Emang ga jelas tuh si Rey!" ujar Dafa sambil melempar kursi sofa ke wajah Rey.

"Mau ribut lo sama gue, heh?" sahut Rey tidak terima wajahnya yang tampan dihantam bantal sofa.

Mereka yang menyaksikan tingkah konyol dua sohib itu pun tertawa lepas. Tidak terasa obrolan mereka sudah cukup lama. Sebelum pulang, Sherly mengajak mereka untuk menyantap makan siang bersama.

"Guys, jangan pulang dulu ya! Kita makan siang bareng disini," seru Sherly.

"Duh jadi enak," ucap Aldo sambil tertawa kecil.

"Dih gratisan mulu otak lo!" sahut Careen.

"Permisi, itu makannya sudah siap neng," ucap Bi Neni yang menghampiri Sherly.

"Yuk guys kita makan!" ajak Sherly.

Mereka pun langsung menuju ruang makan untuk menyantap makan siang. Dua puluh menit berlalu, para remaja itu berpamitan kepada Sherly untuk pulang.

"Sher, thanks for the luch ya!" ujar Careen.

"Iya kak sama-sama!"

"Masakan Bi Neni the best! Perut gue sampai ga kuat nampung makanan lagi," ucap Aldo yang memegangi perutnya.

Rey menghampiri Aldo dan menepuk perutnya. "Itu mah lo nya aja yang doyan makan!"

"Oh ya kalian nanti malam ke rumah gue ya! Ada acara bakar-bakar," papar Aldo.

"Loh tumben, dalam rangka apa nih?" sahut Dafa.

"Udah datang aja dulu, nanti gue kasih tau kok," jawab Aldo.

"Kalo gitu kita pamit pulang ya, Sher!" ujar Aneisha.

Sherly mengangguk. "Iya hati-hati di jalan, guys!"

Mereka pun melajukan motornya keluar dari halaman rumah gadis pecinta fisika tersebut. Namun tidak dengan Rey. Ia memilih untuk di rumah Sherly lebih lama lagi.

"Gue disini dulu ya. Mau jagain lo," ucapnya.

"Segitu pedulinya sama gue?"

"Iya lah! Lo kan calon masa depan gue."

Sherly tertawa malu mendengar ucapan lelaki itu. Kemudian ia mengajak Rey untuk kembali masuk ke rumahnya. Mereka terduduk di ruang tamu sambil menonton film kesukaan nya.

"Lo kenapa tutupin penyakit itu dari gue?"

Sherly kembali terdiam dan menatap Rey. "Gue ga mau ngerepotin lo."

"Ayah sama bunda lo udah tau?"

Gadis itu menggelengkan kepalanya.

"Gini Sher, menurut gue orangtua lo harus tau tentang ini. Lo ga mau kan nantinya mereka tau hal ini dari orang lain dan berujung kecewa sama lo?"

Sherly kembali menggeleng.

"Makanya saran gue sih lo harus ngomong tentang hal ini ke nyokap bokap lo."

Sherly tersenyum manis. "Iya gue akan kasih tau ini ke ayah sama bunda."

"Oke bagus! Gue pamit ya, mau cek ke kafe dulu."

Best Friend(zone) [SUDAH TERBIT:GENTE BOOKS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang