Pukul tujuh malam Rey terbangun dari tidurnya. Terlihat Sherly dan Bi Neni sedang makan malam bersama di meja makan. Rey menghampiri mereka.
"Eh bos udah bangun?" tanya Sherly.
"Jangan ngeledek gue mulu napa," balas Rey dengan wajah kusutnya.
"Silahkan mas Rey makan malam dulu," ajak Bi Neni sambil mengambilkan piring untuk Rey.
"Iya bi. Makasih ya!"
Mereka bertiga pun melanjutkan makan malam diselingi dengan obrolan singkat. Usai sudah acara makan malam. Rey langsung berpamitan untuk pulang.
"Hati-hati lo ngendarain motornya ya," ujar Sherly yang mengantar Rey sampai gerbang.
Rey mengangguk sembari tersenyum. "Iya princess cantik!"
Ketika Sherly ingin menutup gerbang, seseorang memanggil namanya.
"Sherly!"
Ia menoleh ke arah yang memanggilnya. Terlihat seorang gadis seusianya menghampirinya.
"Ada perlu apa?" tanya Sherly.
"Gue lihat lo makin lengket kayak perangko ya sama si Rey itu," ujar gadis tersebut.
Sherly tidak menanggapi ucapan gadis itu. Gadis itu maju satu langkah mendekatinya. Ia mengangkat dagu Sherly dengan tangan kanannya.
"Sherly, si anak olimpiade," ujar gadis itu.
Sherly hendak menyingkirkan tangan itu, namun gadis itu semakin mencengkram dagunya.
"Lepasin gue!"
"Dengerin gue ngomong dulu! Baru gue lepasin nanti."
"Apa sih mau lo hah?"
"Lo nanya apa mau gue? Lo anak pintar, harusnya lo tahu dan peka dong sama apa yang gue mau," papar gadis itu dengan sorot mata tajam.
"Mau gue sih gampang. Lo jauhi Ahmad! Jangan berani dekatin dia! Atau kalau perlu lo balik lagi ke Bandung!" decitnya sambil melepaskan cengkramannya dengan kasar.
Sherly memegang dagu serta pipinya yang sakit akibat cengkraman tersebut. Dengan mata yang berbinar, ia mendekati gadis itu.
"Gue tahu lo suka sama Ahmad. Tapi apa dengan cara kayak gini lo otomatis bisa dapat hatinya dia? Gue tahu lo orang baik. lo sahabat gue dan Ahmad juga sahabat gue. Gue ga mau gara-gara ini persahabatan kita hancur! Apa lo tahu tiap malam gue terus dihantui rasa bersalah karena gue ga tahu kalau lo juga nyimpan perasaan ke Ahmad? Enggak kan?"
Gadis itu terdiam. Tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Air mata Sherly jatuh. Ia tidak kuat menahan rasa sakit yang kini ia alami pada dirinya.
"Lo juga ga tahu kalau gue nahan rasa sakit yang berlipat ganda karena kalian? Lo egois! Lo cuma mentingin diri lo aja. Lo ga melihat disekitar lo kalau ada yang lebih tersiksa dari pada lo! Mulai sekarang lo bebas buat dekat sama Ahmad! Gue udah benar-benar capek diposisi ini," lontar Sherly yang membuat gadis itu mengerutkan alisnya.
Sebuah pertanyaan besar menghantui kepala gadis itu.
"Maksud lo berlipat ganda apa heh?" tanya gadis tersebut dengan raut wajah keponya.
"Gue rasa lo ga perlu tahu sedetail itu. Oke gue rasa semuanya udah selesai. Silahkan lo pulang," papar Sherly yang langsung masuk dan mengunci gerbang.
"Tunggu! Ada apa sama diri lo sih?" teriak gadis itu yang hanya diacuhkan oleh Sherly.
Gadis itu berbalik badan dan meninggalkan rumah Sherly. sementara Sherly langsung masuk kamar dan mengunci pintunya. Ia berbaring di kasur, lalu menangis sejadi-jadinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Best Friend(zone) [SUDAH TERBIT:GENTE BOOKS]
Teen FictionHighest rank: #3 in highschoolstory [25-05-2021] #1 in Sherly [28-06-2020] #1 in Ahmad [28-06-2020] #20 in Friendzone [19-02-2020] #1 in wttys2019 [25-12-2019] #1 in Aldo [31-12-2019] BLURB: Jakarta. Tempat ditemukannya banyak sekolah mewah. Seperti...