20. Reynold Pradikta Nazier

892 685 132
                                    

*Sherly POV On

Setelah acara olimpiade kemarin, gue sudah tampak ceria kembali. Karena dukungan dan semangat dari para sahabatnya lah gua bisa seperti ini.

Akhirnya kami sampai di Cafe Reynold. Gue masih memikirkan apa benar Reynold yang dimaksud itu si "dia?"

"Yeay! Akhirnya sampe juga," seru Clarissa.

"Yhee dodol orang cuma lima menit doang, udah kaya lima jam perjalanan aja," ketus Ahmad.

"Jangan gitu lah Mad, udah biarin aja Clarissa lagi seneng kayanya."

"Ya udah, yuk masuk aja," ucap Aneisha.

Kami pun masuk ke Cafe Reynold. Gue melihat-lihat hiasan dinding di cafe itu, bagus dan ada kesan aesthetic nya.

 Gue melihat-lihat hiasan dinding di cafe itu, bagus dan ada kesan aesthetic nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Keren juga nih tempatnya."

"Guys, kita di meja yang pojok aja ya," ucap Aneisha.

"Anak ini suka nya mojok terus," sahut Dafa.

"Skuy lah," sahut Ahmad.

Kami pun menghampiri meja yang berada di pojok kanan. Memang tempat nongkrong seperti ini lebih enak yang di pojok. Karena bisa terhindar dari lalu-lalang pengunjung yang lain. Seorang pelayan pun datang sambil membawa buku menu.

"Silahkan, mau pesan apa?" tanya nya dengan ramah.

"Saya yang es jelly regal," ucap Clarissa.

"Saya pesan Almond Brulle," ucap Dafa.

"Saya pesan yang Caramel Macchiato ya," ujar Ahmad.

"Saya juga yang Caramel Macchiato mba," ucap Aneisha.

"Ngikutin gue aja lo Sha," sahut Ahmad.

"Saya mau Redvelvet Latte dan Redvelvet cake nya ya," dan gue yang terakhir memesan.

"Baik saya ulangi pesanannya, es jelly regal, Almond Brulle, Caramel Macchiato nya dua, dan Redvelvet Latte, dan Redvelvet cake, apa ada tambahan lagi?" ucap pelayan itu.

"Oh gak ada mba, udah itu aja," jawab Clarissa.

"Baik, ditunggu ya," sahut pelayan.

Kami menunggu pesanan tiba sambil berbincang-bincang tentang berbagai hal. Mengobrol dengan mereka itu rasanya gak ada abis-abisnya. Apa lagi si Ahmad yang suka banget dah bikin lelucon, ya walaupun agak garing, hehe. Disini gue belajar banyak pengalaman, mulai dari kekompakan, saling mendukung satu sama lain, dan banyak deh pokoknya.

Saat kami sedang bercanda gurau, gue merasa ada yang memperhatikan gue dari meja sebrang. Entah perasaan gue aja atau bukan, tapi kali ini gue bener. Ada seorang lelaki yang dari tadi melihat ke arah kami, terutama gue. Gue akhirnya penasaran siapa sih tuh orang, saat gue melihat kearahnya, dia menatap gue dengan tatapan seolah-olah kita saling mengenal.

Best Friend(zone) [SUDAH TERBIT:GENTE BOOKS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang