BAB : Perasaan Yang Tersimpan

351 47 7
                                    

Aku tak kuasa melawan rasa pikiran ku sendiri, semakin aku sering bertemu Adrian semakin besar pula rasa itu hadir, iya rasa yang kusimpan  selama 14 tahun, lucu memang aku sendiri tidak tau apa yang aku rasakan, kenapa selama itu aku menyimpan rasa yang begitu dalam terhadap sahabat ku sendiri dan aku lebih memilih untuk menunggunya. Ketika penantian ku yang begitu panjang kini dia datang dengan memberi kabar bahwa dia sudah bersama orang lain terlebih lagi saat adrian mengatakan bahwa dia ingin menjadikan orang yang di cintai ya menjadi calon istrinya.

" Dani, sudah larut ni, ayo pulang lagian kamu besok juga harus bangun pagi buat kerja " ucap Adrian dengan menegak minuman terakhirnya

"Adrian, sebelum aku pulang boleh

aku bertanya sesuatu"

" ngakk boleh,,, hehehe,, yayaya, mau tanya apa"

Aku menatapnya dengan mata kosong

"Apa kamu masih ingat saat pertama kali aku mengajakmu ke atas bukit"

"Ya saat aku pulang ayah memukuli ku karena kembali ke sekolah dalam keadaan basah kuyup dan kamu yang mengajakku bolos sekolah"

"Iya dan kamu mengajakku bermain di ditengahnya derasnya hujan, saat itu aku merasakan sesuatu yang tak bisa ku jelaskan,

Adrian kembali menoleh ke arahku,

Aku mendudukkan kepalaku saat Adrian menatapku

"Adrian aku ingin mengakui sesuatu"

Dengan memasang muka datarnya dan satu kalimat singkat Adrian menjawabnya

"Apaaaaa,,,,,,,"

Tanganku yang saat itu memegang botol kaleng bir bergetar dan jantung ku berdetak kencang, aku berniat mengungkapkan apa yang aku rasakan

"Adriannn,,, sebenarnya,,,,,akuuu,,,,aku,,,aku,,,,"

Kringggg,,,, suara ponsel adrian berbunyi begitu kencang

"dani,,, sebentar ya"

adrian mengambil ponsel yang dia kantongi di sebelah kanannya dan mengangkat panggilan telfonnya

" Halo,,, ya ma,,,,ada apa"

"Kamu dimana" terdengar suara Tante Evi dari telfon yang tengah berada di telinga kanan Adrian

" Aku lagi sama Dani ma, lagi nongkrong"

" Yaudah kamu abis ini pulang ya, karena besok pagi kita harus cek out dari hotel, rumah kita sudah selesai direnovasi. Besok pagi kamu mulai kemasi barang barang kamu ya, karena besok kita sudah bisa menempati rumah kita"

" Iya ma, aku habis ini pulang kok"

"Yaudah hati hati pulangnya"

"Iya ma,,," Adrian mematikan panggilannya dan memasukan kembali ponselnya ke sakunya

" sorry dani,,, tadi mama menelfon"

"Rumahmu sudah jadi ya, jadi kapan kamu akan mulai menempati"

" Mama bilang sih besok pagi kita sudah bisa cek out dari hotel, oh iya tadi apa yang ingin kamu bicarakan"

" Hmmm tidak ada,,, yaudah kalau gitu kita balik aja yuk" aku berdiri dari dudukku diatas batu keras itu

Namun saat aku berdiri dari dudukku Adrian menahan pergelangan tangan kananku

"duduklah selesaikan apa yang ingin kamu sampaikan tadi"

Aku menoleh dan menatap mata Adrian yang penuh tanda tanya itu

"Adrian nanti saja ketika waktunya tiba"

Pelangi Di Bulan November (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang