BAB : Maafkan Aku Mencintamu

258 41 14
                                    

Surabaya, 15 November 2018

"Permisi sebentar ya pak, saya mau menyutikan antibiotik pada pasien" ujar Suster tersebut yang baru tiba di ruang kamar Dani dengan membawa jarum suntik ditangannya

"Oh iya silahkan sus" Jawab Adrian

Adrian pun berdiri dari kursi yang dia duduki di samping ranjang Dani, suster itu membuka jarum suntik yang ia pegang lalu menyutikannya di selang infus yang terhubung tertancap di pergelangan tangan kanannya Dani

"Antibiotiknya sudah saya suntikan, sesuai dosis yang diberikan oleh dokter Heri ya pak, buk" sahut suster tersebut kepada mama Anita dan Adrian

"Sus, kira kira sampai kapan Dani tak sadarkan diri" tanya mama Anita

" Kami dari rumah sakit tidak bisa memastikan kapan pasien akan tersadar dari komanya, tapi kami akan terus berupaya melakukan yang terbaik agar putra ibu baik baik saja"

"Baik sus,,," sahut kembali mama Anita terpasang di wajahnya begitu sangat lesu dan kelelahan

"Saya harap semoga pasien segera membaik, ada yang ingin dipertanyakan lagi bu?"

"Tidak,,,,tidak ada sus"

"Kalau begitu saya permisi dulu ya" suster itu pergi melangkah meninggalkan Adrian dan mama Anita berdua di kamar no 09 ini.

Sudah hampir seminggu Dani tidak sadarkan diri, semenjak kejadian di taman bunga itu Dani kembali dinyatakan koma, kondisi Dani semakin hari semakin memilukan seperti apa yang telah di jelaskan oleh dokter Heri sebelumnya. satu persatu bagian panca Inderanya mulai tidak berfungsi, Mulai dari indera pendengarannya dan sekarang kanker tersebut mulai menyerang indera penciumannya. Dokter Heri mengatakan kanker yang Dani idap sebenarnya tidak bisa menyerang semua organ organ penting dalam tubuhnya, namun semenjak kejadian kecelakaan di malam itu yang membuat pembuluh darahnya pecah dan terdapat gumpalan darah yang membeku membuat kanker itu semakin mudah menguasai tubuh Dani, terlebih lagi benturan kecelakaan itu begitu keras hingga membuat luka dalam yang begitu berat, seandainya kecelakaan itu tidak pernah terjadi maka Dani masih bisa di selamatkan tapi apalah daya seperti pepatah mengatakan nasi telah berubah menjadi bubur saat ini hanya doa lah yang menjadi tiang satu-satunya harapan bagi mama Anita dan adrian.

"Adrian,,, nak kamu istirahat ya, sudah berhari-hari kamu hanya diam duduk disamping ranjang ini, bibi liat kamu hanya duduk termenung menunggu Dani terbangun, kamu istirahat ya tidur sana, biar bibi saja yang menjaga Dani" dengan mengelus elus pundak Adrian mama Anita meminta Adrian untuk beristirahat

"Tidak bi,,, Adrian tidak akan bisa tidur nyenyak sebelum Dani bangun, ini semua salah Adrian bi, seandainya malam itu Adrian tidak meninggalkan Dani sendrian, maka kecelakaan itu tidak akan pernah terjadi, Adrian menyesal bi, Adrian sungguh menyesal" raut wajah Adrian terpasang sangat menyesal

"Nak,,, tidak ada yang perlu di salahkan dengan kejadian ini, semua ini sudah menjadi jalanya takdir, jadi Adrian jangan menyalahkan diri sendiri ya nak" dengan suara halus mama Anita menjawabnya

"Tapi bi, seandainya saja kecelakaan itu tidak pernah terjadi, saat ini pasti Dokter sudah bisa mengangkat kanker itu, ini semua salah Adrian bi, ini semua salahku" kembali berucap Adrian menyalahkannya dirinya sendiri

" Nak,,, sudah ya Jangan seperti ini, jika Adrian terus begini maka Dani turut bersedih"

Namun satu hal yang terjadi dengan tiba-tiba jari kelingking Dani  bergerak gerak perlahan Dani membuka kedua kelopak matanya menoleh kearah Adrian dan memanggil dia yang tengah duduk disampingnya

"Adrian,,,,"  panggil Dani dengan suara lemasnya

Mama Anita dan adrian segera menghampiri Dani yang baru siuman dengan wajah yang amat senang

Pelangi Di Bulan November (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang