BAB : Satu Langkah

166 33 8
                                    

"tok,,,tok,,,tok,,,Adrian" aku mengetuk pintu kamar hotelnya

Kreekkkk,,,,suara pintu terbuka dan Adrian berdiri tepat di depanku

"Eh, kamu Dani kok udah balik kesini lagi"

Dengan menarik senyumku aku menjawabnya

"Eh,.kedatangan ku kesini karena ada tujuan, ada seseorang yang ingin bertemu Dengan mu"

Adrian menarik alis kananya ke atas

"Siapa?"

Dan kak Dika muncul dari belakang ku, dengan melebarkan senyumnya kak Dika menyapa Adrian

"Hey Adrian"

Seketika Adrian memasang wajahnya cemberut, dia pun bertanya ke aku

"Dani, ngapain kamu bawa dia kesini"

"Adrian, kakak ingin bicara" sahut kak Dika

"Apa lagi yang mau di bicarakan, bukanya kamu senang jika aku pergi, dengan Begitu kamu akan menjadi anak emas dan satu satunya"

"Adrian,,, jangan berkata seperti itu" aku mencelanya

"Tidak apa Dani, aku tau kamu pasti marah sama Kaka, maaf aku masih belum bisa menjadi Kaka yang  baik buat kamu, seharusnya ketika kamu pergi meninggalkan rumah aku meredakan emosi ayah dan menahan mu agar tidak pergi, tapi aku hanya bisa diam saja ketika adik kakak pergi meninggalkan rumah"

Adrian hanya melirik tajam saat  kakaknya sedang berbicara

"Kalau begitu silahkan masuk"

Adrian mempersilahkan aku dan kak Dika masuk

"Jadi kedatanganmu kesini mau ngapain, jangan bilang memaksa ku untuk pulang lalu menyuruhku untuk Memohon maaf sama ayah" dengan cuek Adrian bertanya pada kakaknya

"Kakak tidak meminta kamu untuk menemui ayah"

"Terus" jawab Adrian kembali dengan wajah cueknya

" Kaka datang kesini karena mama, saat kamu pergi meninggalkan rumah mama Begitu depresi, mama sudah mencoba menelfonmu berkali kali tapi kamu mematikan ponselmu, mama terus memikirkan kamu, sudah 3 hari mama sakit mama tidak mau makan dan minum obat" ucap kak Dika dengan suara yang sangat halus

Mendengar mamanya sakit Adrian terkejut dengan terpasang wajah terkejutnya dia kembali bertanya

"Lalu sekarang mama bagaimana"

"Mama hanya mengurung diri dia tak mau berbicara sama ayah, aku sudah berkali-kali membujuknya untuk di bawa ke rumah sakit, tapi dia tidak mau sebelum bertemu denganmu"

Adrian terdiam dia menundukkan kepalanya

"Kaka tidak memaksa kamu, tapi tolong pikiran mama, bukan hanya kamu mama juga sangat menderita"

"Adrian, aku tahu saat ini kamu sedang kacau, tapi setidaknya kamu pikirkan mamamu, dia sangat mencemaskan mu" aku ikut membujuknya

Adrian masih terdiam, dia masih memikirkan dengan bujukan yang aku berikan

"Adrian,,, aku tahu kamu sangat marah sama ayah tapi apa kamu tidak kasian melihat mama begitu depresi" ucap kembali kak Dika

"Adrian sudah ya, sudahi marahmu" dengan sangat lembut aku menasehatinya

"Oke,.Baiklah kalau begitu, aku akan pergi menemui mama"

Setelah aku bujuk akhirnya Adrian luluh, dengan lapang dia ingin kembali ke rumah untuk bertemu dengan ibunya.

"Jadi kapan Adrian akan pulang kerumah" tanya kak Dika lagi

"Sekarang saja" aku menyahut pertanyaan yang di lontarkan oleh kak Dika

Pelangi Di Bulan November (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang