BAB : Rahasia Kita

198 33 7
                                    

"Tante saya naik dulu ke kamar Adrian ya" ucapku pada Tante Evi dengan menaruh sendok dan garpu di atas piring yang baru saja aku menyelesaikan sarapanku

"Oh iya, iya," jawab Tante Evi

Mereka pun juga ikut menyelesaikan sarapannya dan segera bersiap siap untuk pergi menuju ke gereja, aku melangkahkan kakiku menulusuri tangga menuju kamar Adrian

"Adrian,,,tok,,, tok,,, tok,,," aku memanggil dan membuka pintunya.

aku menoleh ke arah kasurnya tapi dia tak terlihat sedang tidak ada disana, aku menuju ke toiletnya yang berada di ujung kamarnya dan mencoba membukanya namun terkunci dari dalam, suara aliran air dari shower terdengar hingga dari depan pintu toilet, aku membatalkan niatku untuk mengetuk dan memanggil Adrian yang saat itu dia sedang mandi

aku duduk menunggu diatas kasurnya, mataku melirik melihat ke arah jendela dan terlihat mobil paman Agus keluar dari rumah menuju gereja, suasana rumah begitu sepi saat paman Agus,Tante Evi, dan kak Dika pergi menuju gereja.

20 menit telah berlalu, Adrian yang selesai dari mandinya keluar dari toilet dengan hanya menggunakan handuk yang terpasang di tengah-tengah perutnya.

"Kamu mandi atau apa lama sekali" sahutku pada Adrian yang baru saja keluar dari kamar mandi

Adrian berjalan menghampiri ku yang hanya menggunakan handuk dan rambut yang basah kuyup,
Dia duduk di samping ku sembari menundukkan kepalanya

"Aku hanya sedang menenangkan diri dengan cara mengguyurkan isi kepalaku" ia tertunduk lesu

"Tak baik jika orang tua sedang berbicara kamu mengacungkannya"

"Dani,,, maaf jika sikapku membuat mu tak nyaman"

"Aku sudah melupakannya, kamu tak perlu lagi meminta maaf"

Aku dan Adrian yang masih duduk diatas kasur dengan perasaan yang masih gundah

"Dari Sekarang kamu harus berjanji untuk tidak mabuk lagi, itu cukup untuk yang terakhir kalinya, Jangan lagi membuat orang tuamu kecewa karena sikapmu yang jika ada sedikit masalah larinya ke bar" aku menasihatinya

Adrian yang masih tertunduk Diam menyesali perbuatannya semalam dengan nada sesalnya dia meminta maaf lagi,

"Sekali lagi aku minta maaf"

"Sudah aku katakan kamu tak perlu lagi memohon"

"Tapi kali ini aku juga ingin meminta maaf lagi sebesar besarnya, setelah aku pikirkan sepertinya aku memang harus kembali ke Amerika"

Aku terkejut mendengarnya, perlahan aku memalingkan wajahku ke arah Adrian dengan tatapan terkejut

"Berapa lama kamu akan disana"

Adrian yang Masih tertunduk matanya melihat ke arah ubin lantai menjawab kembali,

"Tadi malam saat aku berdebat dengannya, ayah meminta kak Dika untuk lebih lama disini, karena kuliahnya sudah selesai. Ayah menyuruhku mengikuti jejak kak Dika dia memintaku untuk melanjutkan kuliahku yang sempat aku tunda dulu sekaligus untuk menjaga usaha yang ayah jalankan disana"

Aku terus memandangi wajah Adrian yang tertunduk lesu, jantungku berdetak lemas saat Adrian memutuskan untuk kembali ke Amerika, aku sangat ingin menghalanginya agar dia tak pergi ke Amerika namun aku tak boleh egois karena ini memang keinginan paman Agus. Aku tak ingin bertanya lagi dan aku hanya duduk terdiam lesu diatas kasur

"Seperti nya aku akan lebih lama di Amerika,dan mungkin ini saatnya aku menunjukkan kepada ayah kalau aku bisa membuatnya bangga" ujar Adrian kembali

Dengan sedikit mata berlinang aku bertanya kembali

Pelangi Di Bulan November (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang