Rumah sakit Siloam Surabaya barat
Senin, 29 November 2018
"Ma,,,,, sakit,,,sakit,,hikz,,,,hizk,,," ringkih Dani menangis menahan kesakitan
"Kuat nak,,, kamu pasti bisa, Dani pasti bisa" ucap mama Anita sembari tangannya menggenggam erat tangan kiri putranya
"Dani kamu pasti bisa, kamu pasti kuat lalui ini semua" ujar Adrian mengelus elus pundaknya
"Sakit,,,,sakit,,,, hikz,,,,hikz,,," Dani pun semakin berteriak teriak kesakitan sampai sampai ia meremas remas kepalanya karena rasa sakit yang begitu dahsyat tak mampu ia tahan
"Dok,,, apa tidak bisa di percepat saja kemoterapi ini, saya sudah tak sanggup lagi melihat anak saya kesakitan" ucap mama Anita kepada dokter Heri yang berdiri di samping ranjang
Dokter heri yang tengah fokus menyuntikan carboplatin di aliran pembulu darah belakang kepalanya dan suster yang turut membantu meregangkan aliran cairan infus yang berada di tangan kanan Dani agar saat obat tersebut bekerja, tidak reflek saat kemoterapi itu dilakukan, maka dengan sangat teliti dokter Heri dan perawat wanita itu melakukan kemoterapi itu dengan sangat hati-hati agar tidak terjadi kesalahan yang fatal melihat kondisi Dani yang saat ini sudah sangat parah.
"Bapak Dani, bapak yang kuat ya, ini memang akan sangat terasa menyakitkan, tapi setelah ini rasa sakit itu akan mulai berkurang, bapak Dani yang kuat ya" ucap dokter Heri memberi semangat pada Dani
"Saya sudah tak kuat lagi dok, kepala saya terasa mau meledak" jawab Dani dengan tangan nya yang masih meremas remas kepalanya menahan rasa sakit itu
"Bapak Dani, tarik nafas dalam dalam ya, lalu hembusankan" dokter Heri memberikan anjuran agar Dani lebih rileks saat cairan suntikan itu masuk ke dalam tubuhnya
Dani pun mengikuti apa yang dikatakan oleh dokter Heri, dan setelah beberapa saat rasa sakitnya Mulai berkurang, Dani mulai tenang perlahan dia Mulai menutup kedua matanya dan tertidur.
"Obatnya sudah mulai bekerja ya pak buk, tapi saya tidak bisa menjamin berapa lama lagi Dani akan bisa bertahan, obat ini hanya meredakan rasa nyerinya dan menghambat kanker itu namun tidak untuk menghancurkannya" ucap dokter Heri pada mama Anita yang tengah duduk di samping menemani Dani
"Jadi dok, bagaimana akhirnya, bagaimana nasib anakku, apa dokter tidak bisa membantu " tanya mama Anita dengan nada pelan dan lembut
Dokter Heri hanya terdiam dengan tatapan matanya yang kosong dokter berusia 46 tahun itu tak bisa menjawab pertanyaan dari mama Anita ia hanya memasang wajah pasrah dengan keadaan yang harus diterima oleh pasiennya
"Bu Anita, saya hanya bisa membantu semampu saya, saya harap doa doa yang selama ini Bu Anita panjatkan semoga tuhan segera mengabulkannya" tampak wajah dokter Heri ikut bersedih
Mama Anita dan Adrian hanya terdiam dengan matanya yang terarah ke Dani yang mulai tertidur di atas ranjangnya, terlihat wajah Dani begitu pucat, badannya sangat kurus, dan semua rambutnya mulai merontok. mata Adrian begitu berkaca kaca melihat Dani yang sudah tak seperti dulu lagi Sudah 2 Minggu berlalu, selama itu juga Dani tak pernah bisa tidur nyenyak, ia juga tak mampu untuk menelan makanan.
Sakit, sakit, dan rasa sakit, hanya itu yang dani rasakan selama berhari-hari, waktu terus berjalan dikit demi sedikit sel darah putih yang membantu melawan kanker tersebut mulai menurun dan kini hanya kemoterapi lah yang bisa membuat Dani hidup sampai detik ini. Mama Anita juga tak tahu apa yang mestinya dia lakukan, hanya doa siang dan malam yang terus ia Utarakan kepada Tuhan, agar Tuhan mengabulkan apa yang dia pinta. Detik jam terus berjalan menit demi menit telah berlalu sudah 10 jam yang lalu Dani telah tertidur seusai dokter menyuntikan cairan ke dalam tulang belakang kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi Di Bulan November (End)
RomanceKisah tentang dua sahabat yang menjalin pertemanan dari sejak kecil, namun mereka terpaksa berpisah di karenakan keadaan yang memaksa, setelah 14 tahun berlalu mereka akhirnya dipertemukan kembali. Dani tokoh utama dalam peran ini menyimpan rasa cin...