Epilog : Dua Batu Nisan (END)

775 61 53
                                    

Adrian masih terdiam dari duduknya dengan air matanya yang berlinang, dia tetap menahan kepala Dani yang tersandar di bahunya, matanya yang berwarna merah memutar putar ke kanan dan ke kiri

Hikz,,, hikz,,, hikz,,, suara tangisnya begitu tersedu-sedu, Adrian menoleh wajahnya di kepala Dani dan mencium pertengahan rambutnya terlihat air mata Adrian menetes membasahi rambutnya

"Tak apa Dani, kamu sudah berjuang semampumu"

"Jangan takut, aku akan selalu menemani mu" ucap kembali Adrian kepada Dani dengan matanya yang tertutup dan masih tersandar di bahunya

Adrian menggeluarkan kertas beserta pulpen dari kantongnya yang dia beli tadi seusai keluar dari apotik, dia menaruh selembar kertas putih di pahanya lalu mulai menuliskan sesuatu tentang kisah hidupnya.
air mata Adrian berjatuhan membasahi kertas putih itu saat ia sedang menulis, Adrian menulis sebait demi sebait kata kata tentang kisah perjalanannya.
Setelah dirasa cukup mencurahkan segala curahan hatinya, Adrian melipat selembar kertas itu lalu dia memasukkan di saku kanannya. Adrian mengangkat telapak tangan Dani dan menciumnya kembali dengan sangat lembut

"Hey,,, tenang saja aku akan tetap disini kok" ucap Adrian mengelus elus telapak tangannya dan kembali menciuminya

Perlahan Adrian meraih sebotol obat yang dia beli di apotik tadi siang, dia mengeluarkan dari kantong saku jaketnya. Tertulis di halaman depan botol tersebut dengan bacaan triazolam night sleepyy (obat tidur dosis yang paling tinggi)
Dia membuka tutup botol tersebut dan menumpahkan semua isi pil pil Tersebut di atas tangannya.

"Hey, my bee, daniku, tolong maafkan aku ya"

"Aku harap kamu tidak marah, aku sangat senang bisa mengenal mu" ucap kembali Adrian dengan melihat tumpukan pil berwarna putih itu yang dia taruh di atas tangannya.

Dengan cepat adrian menelan semua pil yang berjumlah 20 biji kedalam mulutnya. Setelah memasukkan semua pil tersebut ke dalam tubuhnya Adrian menyandarkan kepalanya di atas kepala Dani yang tengah bersandar di bahunya.

"My bee,,, indah sekali bukan pelangi itu, sekarang kita akan bersama sama lagi" ucap Adrian dengan matanya yang tertuju melihat ke arah sinar pelangi

Adrian kembali merogohkan tangannya ke saku jaket kirinya dia mengambil ponsel lalu membuka aplikasi WhatsAppnya. Terlihat notifikasi 10x panggilan tak terjawab dari mama Anita dan 11 chat masuk dari aplikasinya WhatsAppnya. Adrian membuka semua pesan dari mama Anita dan terlihat isi chat itu menayangkan dimana Adrian membawa Dani, Adrian tak membalas pesan dari mama Anita dia memencet tombol berbagai lokasi. Setelah mengirimkan lokasi itu Adrian meletakkan ponsel tersebut di samping kursi yang dia duduki, ia kembali menyandarkan kepalanya di atas kepala kekasihnya.

"Hah,,,, sungguh indah warna pelangi ini, bukan begitu dani" tanya Adrian pada Dani yang sudah tak bernafas

Perlahan Adrian menutup kedua kelopak matanya, sesaat setelah mereka berdua menutup kedua matanya, pelangi yang tengah bersinar terang  itu ikut memudar saat Dani dan adrian memejamkan mata mereka untuk yang terakhir kalinya.

******

Minggu 30 November 2018 08.00 wit.

TPU KEPUTIH BLOCK L, I KRISTEN SURABAYA TIMUR

Awan hitam menyelimuti langit langit, angin sepoi-sepoi berhembus menggugurkan dedaunan dan ranting yang kering, udara di pagi ini begitu dingin menyelimuti semua orang yang tengah berduka diatas pemakaman. Hikz,,, hikz,,, hikz terdengar tangisan dari seorang wanita paruh baya. Dia menangis sekeras-kerasnya diatas batu nisan yang terpasang di atas tanah dengan dikelilingi orang orang berpakaian hitam disampingnya dan terlihat dari kejauhan sepasang pria dan wanita datang menghampiri wanita yang tengah menangis tersedu-sedu itu.

Pelangi Di Bulan November (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang