"Adrian duduk sini" aku memanggil dia yang tengah berdiri di tepi bukit, dengan perasaan yang masih kesal padaku Adrian tak menjawab sahutan panggilanku
"Segar bukan, udara disini masih sangat alami,tidak ada polusi,tidak ada kebisingan dan suara burung berkicau sangat merdu di atas kita"
Aku dan Adrian yang baru tiba di atas bukit sekolah ku dulu duduk menepi di bawah pohon yang begitu rindang, angin berhembus Begitu sejuknya, suara kicauan burung silih berganti, dan matahari mulai merah merona karena akan segera tenggelam.
"Walaupun sudah 14 tahun berlalu tempat ini tidak pernah berubah ya Adrian, ciptaan Tuhan memang selalu indah"
Adrian yang tengah berdiri membelakangi ku memutar badannya melangkah menghampiriku, dengan celana jeans ya dia kenakan dia duduk disampingku di kursi yang sedikit berdebu itu
"Ya memang seperti itu, tuhan menciptakan keindahan di bumi tapi malah banyak manusia yang merusaknya"
Aku dan Adrian yang saat itu tengah duduk bersama dan menatap matahari ke arah barat, dengan warna langit yang begitu orange
"Adrian,,, apa kamu masih marah denganku?" Tanyaku
Adrian tak menjawabnya matanya masih tertuju melihat ke arah langit yang berwarna biru
"Adrian, aku sangat menyesali dengan sikapku, aku tahu kamu masih marah denganku, tapi aku melakukan hal itu karena ada alasan lain yang aku pertimbangankan"
Adrian menghembuskan nafasnya matanya yang masih menyoroti langit ia bertanya kembali padaku tanpa melihatku
"Terkadang hati manusia memang susah ditembak, hari ini ya dan mungkin besok tidak, aku tidak tau apa alasanmu menghidar dari ku, tapi yang jelas itu sangat menyakitkan"
Mataku yang saat itu tertunduk melihat ke arah bawah, aku mengangkatnya dan menoleh ke arah Adrian
"Aku tahu tindakanku salah, tapi yang pasti ada hal yang tak bisa aku jelaskan, itu sangat sulit untuk dikatakan"
"Sulit, bukankah kita sudah sering melewati masa sulit kita bersama" dengan mata tajamnya Adrian menoleh ku dan menyahutnya kembali
"Adrian kamu tidak akan mengerti,ini bukan masalah kecil dan aku tidak tau bagaimana aku harus mengatakannya"
"Apa tentang Ayah, tentang aku yang akan di kirim kembali ke Amerika, tadi malam aku sudah berbicara dengan ayah, aku menolak keinginan dia"
"Adrian, bukan itu permasalahannya aku hanya,,,,"
Dengan tiba-tiba Adrian memotong pembicaraan ku
"Hanya apa, apa kamu sudah tidak menginginkan aku lagi, katakan saja jika kamu sudah menemukan seseorang yang mau menggantikanku" ucapnya kembali dengan suara nada kesalnya
"Bukan begitu Adrian aku melakukan ini karena,,,,,,," tiba-tiba kepalaku kembali terasa sakit dan aku terhenti dari bicaraku
"Karena apa,apa lagi alasanya" Adrian berdiri dari kursinya dengan menahan amarah yang ada dihatinya dan membuang pandangannya dariku.
Aku memejamkan kedua mataku dan menutupinya dengan telapak kanan tanganku, sejenak aku terdiam tak menjawab sahutannya lagi, aku terus memejamkan mataku dan merasakan rasa pusing yang luar biasa, aku mengedip kedipkan lagi kelopak mataku agar rasa sakit ini berkurang, saat aku membuka kedua mataku aku melihat Adrian yang tengah berdiri membelakangi ku terlihat begitu rabun seperti memakai kacamata minus, aku mengucek ngucek mataku agar mataku yang seperti tertutup embun ini menghilang.
"Jadi apa alasanmu, tanpa salah yang ku perbuat 3 hari ini kamu terus mencoba menghindariku" Adrian yang saat itu sedang berdiri membelakangiku dia bertanya kembali dengan suara dinginnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi Di Bulan November (End)
RomanceKisah tentang dua sahabat yang menjalin pertemanan dari sejak kecil, namun mereka terpaksa berpisah di karenakan keadaan yang memaksa, setelah 14 tahun berlalu mereka akhirnya dipertemukan kembali. Dani tokoh utama dalam peran ini menyimpan rasa cin...