BAB : Gundah

192 37 6
                                    

Aku yang masih menangis di dalam pelukan Adrian masih tak mempercayai jika rahasia kita selama ini yang kita tutupi  terbongkar juga, Adrian terus  mencoba menenangkan ku dari ketakutan yang aku alami, aku begitu sangat takut jika mama tahu kalau aku dan Adrian saling mencintai, aku hanya berpasrah dan berdoa semoga semua baik baik saja.

Adrian mengajakku masuk ke kamarnya agar aku lebih bisa menenangkan diri dari rasa takutku, aku dan Adrian melangkah menuju kamar Adrian, dengan sikapnya yang lembut Adrian menyuruhku untuk duduk di atas kasurnya, dia pun mengambil kan segelas air yang terletak diatas mejanya.

"Ini minum dulu, tenangkan pikiramu"

Secara perlahan aku meminum air putih yang Adrian berikan

"Sudah jangan menangis lagi," dia menghapus air mataku dengan jari telunjuk nya

Aku mencoba berhenti dari sesugukan suaraku yang menahan tangis

" Dani tenang, semua akan baik baik saja, aku tidak akan membiarkan hal buruk terjadi padamu, akan aku pastikan semua baik baik saja, aku berjanji" sahut Adrian yang duduk menghadap ku dengan menyakinkan hatiku.

"Sudah, sudah, ya, " Adrian memelukku dan mencium keningku

Aku pun menghapus air mataku dan menenangkan pikiran ku, terima kasih Adrian, itulah kata kata yang aku selalu ucapkan untuknya, kamu menjadi penenanggku disaat seperti ini, Adrian pun mengantar lkan ku pulang dengan mobil yang aku bawa saat menjemput Adrian semalam di bar, aku yang masih tertunduk lesu mengingat kejadian tadi masih belum bisa mempercayainya

"Hey, sudah jangan di sesali lagi" ucap Adrian menoleh ke arahku dan  mengelus elus telapak tanganku yang saat itu aku sedang memanggku kedua tanganku

Adrian yang saat itu sedang menyetir mobil mengantarkan ku pulang kerumah dengan cara bicaranya yang sangat dewasa ia kembali menyakinkanku kalau semua akan baik baik saja,

"Aku berjanji, aku ada disini untukmu" 

Adrian membelokkan mobilku ke arah kanan, dan berhenti tepat di depan rumah, aku membuka sabuk pengaman yang mengikat di dada ku dan turun untuk membuka gerbang, raut wajah ku yang masih terlihat dengan kesedihan mengetuk pintu dan memanggil mama

"Tok,,,tok,,,tok,,,,ma,,,,buka pintunya"

Kreekk,,,,pintu pun terbuka,

" Kenapa siang sekali kamu pulangnya nak, kemarin kamu bilang di telfon bakal pulang pagi pagi" ucap mama berdiri di depan pintu yang baru saja dia buka.

"Siang bi," sapa Adrian ke mama dari arah belakang ku

"Oh ada Adrian juga"

Aku yang nampak begitu lesu dan lemas tak bersemangat langsung melangkahkan kakiku masuk ke dalam rumah tanpa menghiraukan pertanyaan dari mama

"Ayo Adrian masuk dulu,bibi buatkan teh"

"Eh, sepertinya Adrian langsung pulang saja ya Bi, karena ada kepentingan yang perlu aku urus, itu Grabnya sudah menunggu ku" dengan jari telunjuknya Adrian menunjukkan mobil hitam yang terparkir di depan rumah

"Oh iya tidak apa-apa, kalau begitu hati hati ya nak"

"Oh iya ini bi, kunci mobilnya Dani ya bibi"

Adrian menyodorkan kunci mobil yang dia bawa ke mama, Adrian pun berpamitan ke mama dan dia sudah ditunggu oleh taksi online yang sudah dia pesan sebelumnya.

"Nak apa kamu sudah makan" teriak mama dari lantai bawah bertanya padaku yang saat itu aku sudah masuk di kamarku dan  mengurung diri

"Tok,,,tok,,tok,,, nak,, kamu sudah makan,"

Pelangi Di Bulan November (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang