3 🍂

12.3K 1.2K 19
                                    

Alle berjalan menelusuri koridor sekolah dengan menggaruk tengkuknya. Pasalnya, murid-murid sekarang menatap dirinya bahkan ada beberapa yang membicarakannya.

"Eh, Queen bully sudah balik."

"Vio sepertinya akan terkena masalah."

"Cih, biarpun dia buat masalah Ansel pasti nggak akan biarin tuh cewek lukai Vio."

"Tapi kok sekarang cantiknya natural, ya."

"Iya, dulu juga cantik. Sayangnya ketutup sama makeup tebal."

Alle sangat bingung mereka lagi membicarakan siapa. Akhirnya ia memilih untuk mencari ruangan kepala sekolah. Saat sampai di ruangan ia disambut oleh beberapa guru.

"Alle, kamu pilih mau wali kelas yang mana?"

"Huh, maksudnya apa, ya? Saya disini cuman mau tanya letak kelas dimana," ucap Alle dengan mengerutkan keningnya.

"Ah, baiklah! Kamu masuk kelas XI IPS 1E."

XI IPS 1E dia baru pertama kali mendengar sistem pendidikan seperti itu. Namun, ia teringat jika sekolah ini adalah sekolah mewah jadi tidak ada yang tidak mungkin.

"Ini Ibu Amirah yang akan menjadi wali kelas kalian."

Saat dijalan ia hanya diam karena rasanya sangat canggung. Namun, ia teringat akan hal sesuatu bukannya dirinya dikira sebagai orang gila. Maka mulai hari ini dia akan mengeluarkan sifat sesungguhnya yang disembunyikan selama ini.

"Ibu XI IPS 1E itu sistem pendidikannya seperti apa?" tanya Alle dengan tersenyum tipis.

Alle tertegun melihat sang guru yang tampak ketakutan dengannya seharusnya dirinya yang seperti itu. Ia menjentikkan jarinya baru sang guru menatapnya.

"Kelas 1 merupakan bukan sembarang kelas karena tes masuknya cukup susah. Mereka harus jenius juga memiliki bakat terpendam. Lalu kelas E itu adalah kelas yang berisikan keluarga terpandang."

Alle terkesiap mendengar sistem pendidikan yang dilakukan oleh sekolah ini. Bagaimana mungkin murid dikumpulkan melalui kepintaran juga latar belakang. Namun, ia hanya bisa pasrah bagaimana dengan kehidupan kedepannya.

"Ini ruangan kelas kita, Nak."

Alle berdecak kagum karena ruangan ini sangat luas dan bersih jika begini dia akan fokus belajar. Ia memasuki ruangan dengan tersenyum tipis, tetapi yang ia dapatkan adalah wajah ketakutan teman sekelasnya. Ia mengambil ponsel lalu bercermin wajahnya tidak menyeramkan padahal.

"Ehem, gue Allegra Brigitta Sinathrya teman sekelas kalian. Lalu maaf aja jika gue nggak tahu kalian. Kalian pasti sudah dengar kabar kecelakaan dan gue mengalami amnesia," ucap Alle dengan mengetuk jarinya di meja.

Alle kembali berjalan ketengah kelas berkata, "Jadi bisa kalian jelaskan bagaimana sikap gue dulu? Lalu kenapa kalian terlihat sangat takut dengan gue?"

"Ehm, gue William ketua kelas yang Lo tempati. Gue akan menjelaskan semuanya dan gue harap Lo jangan marah. Lo itu dikenal sebagai penyihir karena selalu jahat seperti suka membully Vio dan mengancam Ansel sang ketos dengan latar belakang Lo. Lalu tidak hanya itu Lo tidak suka berbaur dengan murid lain dan selalu memberikan muka datar juga tatapan tajam."

Alle mengerutkan keningnya berkata, "Hanya itu? Apa kalian tahu kenapa gue bully Vio? Lalu mengapa gue mengancam Ansel?"

"Itu ... Ansel itu tunangan Lo dan semua penghuni sekolah tahu. Lalu Vio orang yang dekat dengan Ansel akhir-akhir ini."

Alle yang mendengar itu seketika tertawa terbahak-bahak dengan bertepuk tangan. Lalu berhenti tertawa dan ekspresi wajahnya berubah menjadi dingin. Ia sedikit kesal jika tahu alasannya kenapa dirinya yang disalahkan.

"Lo semua seharusnya tahu alasan gue lakuin itu. Vio sudah dekati cowok yang udah punya tunangan siapapun pasti marah. Iya, gue akuin cara itu salah tapi hal ini tidak membuktikan perbuatan Vio benar bukan. Kalian ini orang berpendidikan seharusnya tahu persis siapa yang salah," ucap Alle dengan bersedekap dada.

"Sudahlah sekarang kalian duduk ke kursi masing-masing. Kita akan segera memulai pelajaran."

***

Alle terkesiap melihat jadwal pelajaran yang akan dipelajarinya selama bersekolah di SMA Cempaka. Ia berjongkok lalu menjambak rambutnya lama-kelamaan bisa gila juga.

"Gue bisa jadi murid terbodoh jika tidak bisa belajar bahasa Mandarin dan TIK," gumam Alle dengan mengacak rambutnya.

Murid-murid yang melihat itu segera menghindar karena mereka mengira jika Alle sedang marah kepada Vio. Namun, keadaan yang sebenarnya ia hanya memikirkan masalah pelajaran.

"Baiklah! Semangat! Belajar itu juga butuh proses!" seru Alle dengan mengepalkan tangannya keatas.

Tiba-tiba saja perutnya berbunyi meminta diisi. Ia menatap murid-murid yang menuju suatu tempat dan sudah dipastikan jika tempat itu adalah kantin.

Boom!

Alle menebak dengan benar tempat itu adalah kantin yang sudah dipenuhi oleh para murid. Saat dirinya memasuki kantin semua murid seketika menjadi hening.

Alle mengangkat alisnya kemudian menuju penjual nasi goreng. Seketika murid-murid memberinya jalan dengan cepat. Ia tertawa puas dalam hati ternyata ada untungnya juga menjadi orang yang ditakuti disekolah.

"Nasi goreng 1 porsi lalu air botol mineral 1," ucap Alle dengan muka datar.

Sebenarnya sifat mereka itu sama yaitu memiliki sifat dingin dan cuek kepada orang asing. Namun, yang membedakan ia akan bersikap gila saat bersama orang yang cukup dikenalnya.

"Ini pesanannya, Dek."

"Makasih," ucap Alle sebelum pergi membawa makannya.

Saat dijalan tiba-tiba saja ada seseorang yang menabraknya. Ia menatap makanan yang belum dimakannya sama sekali terjatuh berceceran. Ia tidak menyukai seseorang yang membuat makanannya terbuang sia-sia.

"Apa Lo punya mata? Lo tahu karena jalan Lo nunduk sudah buat makanan gue jatuh," ucap Alle dengan muka datar.

Siswi itu masih saja menundukkan kepalanya tanpa berkata sepatah katapun. Ia menghela nafas gusar padahal ia hanya ingin gadis itu mengganti makannya.

"Alle lo sudah keterlaluan."

Alle mengangkat alisnya menatap sosok lelaki yang menggunakan seragam rapi juga almamater SMA Cempaka. Ia mendengus kesal kenapa orang itu harus ikut campur dalam urusannya.

"Lo siapa? Lo nggak berhak ikut campur karena ini adalah urusan gue sama dia. Gue hanya ingin minta ganti makanan gue yang jatuh," tekan Alle dengan menatap sinis.

"Apa semenjak kejadian itu membuat Lo jadi gila? Lo punya banyak uang dan hal itu tidak membuat keluarga Lo bangkrut seketika bukan."

Alle bertepuk tangan dengan tertawa kecil membuat seluruh penghuni kantin kebingungan. Kemudian ia mencengkeram kerah baju lelaki itu lalu mendorongnya pelan.

"Kalau gue beneran gila gimana? Asal Lo pada mau tahu semalam gue baru pulang dari RSJ, loh," ucap Alle dengan bersedekap dada.

"Beneran gila!"

"Yup, and semenjak kejadian itu gue juga amnesia. Bonyok aja gue lupa apalagi kuman dekil kayak Lo," cibir Alle dengan tersenyum mengejek.

"Cih, kalau Lo mau tahu nama gue Ansel Keegan Aditama."

Ansel saat mendengar kata itu dia teringat sesuatu. Ia kemudian teringat perkataan teman sekelasnya jika tidak salah Ansel merupakan tunangannya.

"Cih, ternyata nggak ganteng percuma gue dulu perjuangin," cibir Alle dengan menatap sinis.

Ansel yang mendengar itu seketika menjadi marah. Tangan Ansel mulai terangkat dan ingin menuju wajahnya.

Plak!

∆∆∆

Jangan lupa vote dan komen 💖
Kira-kira apa pukulan itu benar-benar mengenai Alle 🤔
Next!


Kita Satu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang