Kini Marva sedang berada dirumah keluarga Sinathrya. Kedatangannya kali disambut dengan baik karena keluarga mereka cukup akrab.
Marva disuguhi makanan juga minuman sudah jadi kebiasaan jika lelaki itu datang kerumah keluarga Sinathrya. Apalagi jika bukan karena berteman dengan Galen juga Elang. Tapi kali ini dia memiliki tujuan yang berbeda.
Marva duduk berhadapan dengan kedua orang tua Alle. Rasanya agak sedikit menegangkan ditambah keluarga inti Sinathrya menatapnya.
"Tujuan kamu kesini apa, Nak?" tanya Pita dengan tersenyum tipis.
"Ehm, Marva disini cuman mau mengajak putri Tante jalan-jalan," jawab Marva dengan sedikit ragu.
Kedua orang tua Alle mengernyitkan keningnya. Lelaki itu tidak biasanya mengajak anak-anaknya untuk jalan-jalan. Lelaki itu biasanya hanya datang dan ikut berkumpul jika diminta anggotanya.
"Kalau begitu kami izinkan karena keluarga kita sudah kenal. Tapi jangan sampai putri saya lecet sedikitpun," tekan Ilman dengan raut wajah tenang.
Alle yang mendengar itu hanya tersenyum puas. Akhirnya dia bisa jalan-jalan saat malam walaupun harus bersama lelaki itu.
2 jam yang lalu.
Marva mengantar gadis itu hingga sampai didepan rumah. Tapi walaupun gadis itu membawa sepeda motor setidaknya harus menjaga agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan.
Saat sampai di gerbang rumah utama keluarga Sinathrya lelaki itu tampak diam sembari menunggu Alle masuk rumah. Sebelum Alle memasuki rumah Marva memanggil gadis itu dengan suara cukup kencang.
"Malam ini jangan lupa!" seru Marva dengan tersenyum tipis.
"Iya-iya! Malam ini ada apaan, sih?!" sahut Alle dengan memutar matanya.
Setelah itu Marva segera meninggalkan pekarangan kompleks. Alle menatap kepergian lelaki itu lalu masuk kedalam rumah.
Saat halaman rumahnya Alle tertawa puas ditambah wajah lelaki itu tampak masam. Alle mengelap air matanya yang keluar karena terlalu lama tertawa.
"Ngakak banget gue liat wajah lo! Kayak mau lamar anak gadis orang aja lo!" celetuk Alle dengan menepuk pundak lelaki itu.
"Memang iya," gumam Marva dengan mendengus.
"Hah, lo tadi ngomong apa?" tanya Alle dengan mengangkat alisnya.
Marva mendengkus malas. "Nggak ada."
***
Kini mereka dijalan menggunakan mobil dengan tenang. Alle hanya diam rasanya sangat mual berada didalam mobil terutama lelaki itu memakai pengharum. Tapi tanpa disadari wajahnya agak memucat seiring berjalannya waktu.
Marva yang menyadari itu mengernyitkan alisnya. "Lo lagi sakit, apa perlu kita balik lagi?"
"Nggak perlu sebentar lagi juga sembuh. Gue hanya mabuk darat," tolak Alle dengan menggeleng.
"Bukannya lo itu dulu sekolah sering bolak-balik pakai mobil. Kenapa sekarang bisa jadi mabuk darat?" tanya Marva dengan menatap lurus fokus ke jalan.
Alle tertawa canggung ia melupakan hal yang satu ini. Ia lupa jika dirinya sedang berada didalam tubuh orang lain. Tapi yang anehnya kenapa rasa mabuk daratnya juga ikut kedalam tubuh ini.
"Ah, itu Lo tahu bukan penyebab gue amnesia. Gue mengalami kecelakaan mobil jadi kemungkinan besar menyebabkan trauma,"dalih Alle dengan tertawa canggung.
Marva mengangkat alisnya. Kemudian mengangguk pelan membuat gadis itu menghela nafas lega setidaknya Marva percaya dengan alasannya.
Saat diperjalanan didepan hotel mewah. Ia melihat sosok gadis yang dikenalnya. Ia menutup mulutnya saking tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita Satu [END]
Teen FictionEleanor Devika Akalanka, seorang siswi biasa yang memiliki otak yang jenius. Elen dulunya juga menyukai pelajaran sejarah dan anti matematika walaupun begitu ia tetap mendapatkan nilai tinggi. Tiba-tiba saja Elen berpindah jiwa ke tubuh seseorang ya...