"Arva! Maksud Lo apaan?!" geram Alle dengan menepis tangan Marva. "Gue belum berterima kasih sama si mantan!"
Marva menghela nafas. Tatapan matanya hanya tertuju kepada Alle. "Apa Lo lupa dengan pertunjukan kelas IPA 1?"
Alle yang mendengar itu seketika menjadi penasaran. Mereka berdua melanjutkan jalan menuju depan ruangan kelas XI IPA 1.
Didepan ruangan terdapat murid kelas IPA 1 yang sudah dikumpulkan sejak kapan. Namun, hal yang pasti murid-murid itu tampak ketakutan dilihat dari wajah yang sudah memucat.
"Wah, kita lihat ada apa ini?" ejek Alle dengan terkekeh geli.
Murid-murid itu tampak menatap tajam, tetapi bukannya membuat Alle takut malahan tertawa gelak. Alle menatap murid itu sekilas tidak lama kemudian ia mengalihkan pandangannya.
"Lo beraninya hanya karena berada dibalik lindungan geng Dark Knight.
Alle mengerutkan alisnya. Kemudian tertawa terbahak-bahak dengan mengelap air matanya. "Heh, dude! Gue berlindung dibalik geng Dark Knight? Hahaha, ups! Sorry, aja tanpa bantuan mereka pun gue bisa buat lo pada malu."
Alle beranjak pergi. Kepergiannya membawa penuh tanda tanya murid-murid kecuali Marva dan teman-temannya.
"Ayo tunggu apa lagi?! Kalian ini sudah bersyukur tidak kena bogem Marva!" seru Arel dengan bersedekap dada.
"Ayo, Neng! Masa malu-malu gitu," celetuk Dilan dengan mengedipkan matanya.
Plak
"Ngadi-ngadi lo! Gonta-ganti cewek udah kayak baju! Sadar lo itu udah banyak pacar!" geram Elang dengan memutar matanya.
"Gue cuman bicara aja kena pukul apalagi beneran," gerutu Dilan dengan mengelus lengannya.
"Udah, Bang! Orang kayak Dilanda hujan nggak perlu dilawan lagi," cibir Galen dengan menatap sinis.
"Anjir ..."
Marva menghela nafas. "Apa pembicaraan kalian sudah selesai?"
"Sudah!" sahut teman-teman Marva.
"Ayo murid kelas kesayangan para guru! Tinggal apa lagi?" tekan Marva dengan mengangkat alisnya.
"Kami murid kelas XI IPA 1 mengakui kekalahan dan tidak akan lagi mengganggu kalian," teriak murid kelas XI IPA 1 termasuk Vio.
Marva menyeringai. "Bagus, ayo balik!"
Setelah mengatakan itu Marva dan teman-temannya segera pergi meninggalkan murid IPA 1 dengan kekesalannya. Murid IPA 1 tampak tidak terima diri mereka dipermalukan karena saat ini ada murid-murid lain yang merekam kejadian tadi.
"Kalian semua bubar dari sini!"
"Balik kelas sana supaya nggak bodoh!"
"Huu! Nggak seru!"
"Sialan."
∆∆∆
Alle mengendarai motornya ditengah-tengah kota. Ia habis dari pulang sekolah bahkan seragamnya belum diganti dari tadi pagi.
Dibenaknya hanya satu tujuan yaitu ketempat yang banyak buku dan hawa dingin. Tempat paling tidak disukai oleh para murid atau orang yang tidak menyukai buku. Apalagi jika bukan perpustakaan kota.
Disaat perjalanannya menuju perpustakaan kota tanpa sengaja dia melihat sosok yang dikenalinya. Sosok itu tampak bercanda gurau dengan anak-anak.
Alle berhenti sejenak dengan menatap rumah berwarna putih itu. Di gerbang tertulis kata panti asuhan. Hal itu semakin membuat benaknya penuh tanda tanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita Satu [END]
Teen FictionEleanor Devika Akalanka, seorang siswi biasa yang memiliki otak yang jenius. Elen dulunya juga menyukai pelajaran sejarah dan anti matematika walaupun begitu ia tetap mendapatkan nilai tinggi. Tiba-tiba saja Elen berpindah jiwa ke tubuh seseorang ya...