6🍂

10.3K 1.1K 15
                                    

Alle berjalan dengan tergesa-gesa menuju kamar. Saat sampai dia segera mengobrak-abrik seluruh isi kamar untuk mencari keberadaan buku diari gadis itu.

"Ini Alle simpan buku itu dimana, sih?" gumam Alle dengan menggaruk tengkuknya.

Alle segera membuka ponselnya lalu terpampang aplikasi wattpad dengan tergesa-gesa. Ia membuka bab 1 lalu membacanya dengan perlahan-lahan.

Jika aku ingin menulis kisah abadi maka carilah tempat yang paling dibenci oleh murid.

Alle yang melihat ini melotot tajam bagaimana bisa dirinya mengetahui hal itu. Ia menggaruk tengkuknya ternyata di ponsel ini bukan catatan harian sepenuhnya melainkan berisi teka-teki.

Dia beranjak pergi menuju kamar Elang berada. Orang yang dapat ditanyakan nya kini adalah hanya lelaki itu. Ia sebenarnya cukup menyayangkan pemilik tubuh ini tidak memiliki teman bahkan keluarganya menganggap dirinya membenci adiknya sendiri.

Tok! Tok! Tok!

"Bang buka pintu ada sesuatu yang mau gue tanyain," ucap Alle sembari mengetuk pintu kamar lelaki itu.

"Tunggu bentar!" Elang menyahuti perkataannya dari balik pintu. Ia menunggu cukup lama sebelum bisa masuk kamar lelaki itu.

Alle menatap kamar kakak kembarnya dengan berdecak kagum. Ia tidak menyangka kamar Elang cukup bersih untuk seukuran anak cowok. Ia berjalan dan duduk di kursi belajar milik Elang dengan ekspresi wajah tenang.

"Jadi untuk apa bertamu malam-malam dikamar gue?" tanya Elang dengan mengerutkan keningnya.

"Malam apanya? Ini masih sore Abang ku tersayang," cibir Alle dengan memutar matanya.

"Serah jadi Lo kesini mau ngapain? Kalau nggak penting gue tendang juga Lo," tekan Elang dengan mendengus kesal.

"Iya-iya sabar dulu kenapa, jadi gue mau tanya sesuatu dan ini sangat penting. Menurut Lo tempat yang paling dibenci oleh murid-murid apa?" Alle mengangkat alisnya tapi tangannya mulai bergerak mengambil boneka Doraemon berukuran besar.

Elang tersenyum tipis melihat adik manisnya kembali menjadi lebih baik. "Menurut gue jawaban yang tepat adalah rooftop."

Alle berhenti memainkan boneka dan menatap mata Elang. "Memangnya kenapa dengan rooftop?"

Elang menghela nafas. "Di SMA Cempaka tempat yang paling dibenci oleh murid-murid adalah rooftop. Di sana tempat anggota inti geng Dark Knight jadi nggak ada yang berani bahkan para guru juga nggak berani."

"Apa itu geng Dark Knight?" tanya Alle dengan mengerutkan keningnya.

Ini merupakan hal pertama kali ia mendengar ada geng disekolah. Dulu disekolahan nya sangatlah tentram bahkan murid dan guru tidak pernah membanding-bandingkan antara jurusan atau tawuran sebagainya bisa dibilang kotanya sangat tentram.

"Geng Dark Knight itu merupakan geng motor yang berada dibawah pimpinan Marva. Geng ini konon katanya juga turun temurun juga geng Dark Knight tidak akan menyerang siapapun kecuali orang yang mengganggu ketenangan mereka," papar Elang dengan menatap keluar jendela.

Alle menatap Elang dengan menghela nafas panjang. "Jangan bilang Galen juga bagian dari mereka. Apa ini karena kesalahpahaman yang terjadi?"

Elang mencolek hidung gadis itu. "Jangan bilang begitu ini memang kehendak dia sendiri."

Alle mengangguk pelan. "Lalu selain rooftop apa lagi tempat yang dibenci para murid?"

"Mungkin perpustakaan karena setahu gue murid paling nggak suka tempat yang berbau buku," jawab Elang dengan mengangkat bahunya.

Alle tertegun pelan kemudian tersenyum puas. "Makasih, Bang! Gue pergi dulu."

Setelah itu dia langsung pergi, tetapi ia lupa bertanya ruangan perpustakaan berada dimana. Ia menelusuri dari lantai bawah lalu menemukan ruangan gelap yang penuh debu.

"Kayaknya ini perpus jarang dikunjungi," gumam Alle dengan menatap tumpukan buku yang dipenuhi debu juga sarang laba-laba.

Setelah itu dia kembali membuka bab selanjutnya. Ia menatap heran lagi-lagi yang dilihatnya adalah sebuah teka-teki.

Semua isi bunyi memiliki asal usulnya sendiri berbagai bencana bisa didapatkan. Aku ingin menulis kisah hidupku maka harus berdiri 90 derajat dari depan pintu. Lalu buku yang berisi tentang ilmu bumi.

Alle mengerutkan keningnya lalu segera membuka kompas hingga menunjukkan kearah 90 derajat. Ia tersenyum puas lalu berjalan menelusuri sekumpulan buku. Lalu tatapan matanya tertuju kepada buku yang di samping buku ilmu bumi.

Alle menghela nafas lega. "Akhirnya ketemu juga." Alle menatap tumpukan buku berwarna biru dengan raut wajah bingung.

"Ini yang mana lagi bukunya," gumam Alle dengan menggaruk tengkuknya. "Apa gue ambil ketiganya kali, ya."

Setelah itu Alle mengambilnya tanpa ragu. Ia menatap buku itu dengan raut wajah bingung. Pasalnya, buku itu memiliki gembok juga kunci dengan kode rahasia.

Alle kembali membuka ponselnya. Namun, yang didapatkan lagi-lagi sebuah kode setelah itu tidak ada apapun. Alle mendengus kesal. "Kayaknya ini cewek suka banget ngasih kode."

Jika aku ingin membuka kunci buku maka harus mengingat hari yang paling membahagiakan.

Alle melempar buku itu keatas meja. Wajahnya terlihat tampak frustasi. "Nyerah! Gue mana tahu hari paling membuatnya bahagia apa?!"

Namun, Alle tetap membawa tiga buku itu pergi menuju kamarnya. Ia tidak bisa membiarkan buku itu ditemukan oleh keluarganya.

∆∆∆

Alle terbangun saat mendengar suara azan berkumandang. Ia mengucek matanya dengan perlahan lalu bangkit ingin menuju kamar mandi.

"Kenapa rasanya saat haid malah paling semangat ingin salat? Memang godaan iblis," gumam Alle dengan mengacak rambutnya.

Seusai mandi Alle mengeringkan rambutnya menggunakan hairdryer. Ia terlihat lebih segar kembali setelah mandi ditambah wajah cantik sang pemilik tubuh membuatnya menjadi lebih percaya diri.

"Alle ini sangat cantik kenapa harus menggunakan makeup. Gue menjadi penasaran apa yang terjadi dengan dia." Alle menatap wajahnya dengan muka datar. Setelah itu ia beranjak pergi menuju lantai bawah.

"Loh, Alle. Kenapa kamu bangun pagi? Apa itu tidak membuat kamu menjadi mengantuk disekolah?" cecar Pita dengan mengerutkan keningnya.

Alle mengerutkan keningnya. "Memangnya dulu Alle nggak pernah bangun pagi."

Pita menggelengkan kepalanya. "Kamu itu nggak biasa bangun pagi nanti katanya ngantuk."

Alle mengangguk pelan, kemudian berjalan menuju dapur. Ia turut membantu sang bunda memasak. Pita juga tampak terkejut, tetapi ia bersyukur melihat hal itu.

"Wah, kelihatannya enak banget, Bun! Elang jadi laper, Bun," madah Elang dengan tersenyum lebar.

Pita tertawa kecil. Ia terlihat menyajikan sarapan dengan cepat. "Semua masakan ini juga dibantu adik kamu, loh."

Ilman mengerutkan keningnya. "Ini beneran putri kita yang masak."

"Alle pegang pisau aja nggak bisa. Mana mungkin dia bisa masak," ledek Elang dengan tersenyum mengejek kepada Alle.

Alle mendengus kesal. "Terserah." Alle melanjutkan acara makannya dengan tenang.

Alle menghentikan kegiatan makannya. "Ayah pinta Galen tinggal bareng sama kita lagi."

Semuanya menjadi hening bahkan bunda mereka menatapnya tidak percaya. Elang juga terkejut tapi tidak dapat dipungkiri bahwa ia cukup senang dengan keputusan kembarannya.

Ilman mengangguk pelan. "Nanti akan Ayah hubungi adikmu itu."

Alle tersenyum tipis, kemudian melanjutkan acara makannya. Ia berpikir setidaknya harus mendekatkan keluarga ini karena tidak ada sosok kakak yang tidak menyanyangi adiknya walaupun adik angkat sekalipun.

∆∆∆

Jangan lupa vote dan komen :v
Wah, jadi Marva dkk itu anggota geng 😬
Next!

Kita Satu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang