4 🍂

11.8K 1.2K 13
                                    

Tamparan itu telak mengenai wajah siswi yang ia duga sebagai Vio. Sebelum Ansel ingin menamparnya ia sempat menarik tangan gadis itu hingga dia terbebas dari tamparan lelaki itu.

"Ansel ... kamu kenapa tampar aku?"

Alle tersenyum puas melihat Ansel yang tampak merasa bersalah. Lelaki itu bahkan berani memegang wajah gadis lain dihadapan tunangannya sendiri.

"Lo tunangan gue yang dikatakan oleh murid-murid bukan," ucap Alle dengan menunjuk wajah Ansel.

Tiba-tiba saja Ansel mencengkeram erat tangannya. Ia meringis kecil karena tenaga laki-laki itu memang tidak main-main.

Namun, ada seseorang cowok yang menepis tangan Ansel hingga lelaki itu terkejut dibuatnya. Ia mengerutkan keningnya menatap sosok lelaki didepannya bukannya Alle tidak punya teman.

"Ansel gue memang sahabat Lo bukan berarti bisa sakiti Alle."

Alle tersenyum puas dengan bersedekap dada bertanya, "Lo itu teman gue atau suka sama gue?"

Semuanya terdiam tapi ada seseorang yang tertawa terbahak-bahak. Ia mengerutkan keningnya menatap kearah meja yang diduduki oleh empat cowok.

"Kenapa Lo ketawa?" tanya Alle dengan mengerutkan keningnya.

"Anjir! Lo pede banget!"

"Wah, ini orang kayaknya nggak tahu sifat yang harus ditekuni oleh manusia yaitu kita harus pede teman-teman," ucap Alle dengan melebarkan kedua tangannya keatas.

"Itu mah bukan pede! Itu tadi narsis!"

"Ya, jelas dong! Orang gue ini makhluk Tuhan yang cantik dan imut!" seru Alle dengan tersenyum lebar entah kenapa hari ini dirinya terlalu bersemangat hingga lupa dirinya berada dihadapan banyak orang.

"Dasar gila!"

"Ye, sudah dibilangin jika gue emang pernah masuk RSJ semala 4 hari," ungkap Alle dengan tersenyum mengejek.

"Beneran gila ternyata."

Alle memegang kepalanya sepertinya dia kelupaan akan sesuatu. Kemudian ia menatap kearah lelaki yang sudah menolongnya tadi.

"Gue Gilang."

"Gilang ... gue pernah dengar ini nama tapi dimana, ya?" gumam Alle dengan menggaruk tengkuknya.

"Gilang Emery Sinathrya."

"Lah, ternyata Lo abang kembar gue! Bang Elang, right?" duga Alle dengan mengangkat alisnya.

"Elang? Nama gue itu Gilang," sangkal Elang dengan mengerutkan keningnya.

"Bagus itu namanya, kalau Gila jadi aneh. Lalu ilang dikiranya orang hilang, tetapi jika Elang dilihat jadi gagah gitu," papar Alle dengan tersenyum tipis.

Elang yang mendengar itu hanya mengangguk pelan. Ia sebenarnya kali ini cukup kagum dengan gen keluarga ini karena tidak ada yang pernah gagal.

Lalu ia hampir melupakan keberadaan Ansel juga Vio. Ia menatap jijik kearah kedua pasangan itu.

"Ansel dihadapan semua orang gue Allegra Brigitta Sinathrya memutuskan pertunangan kita," tekan Alle dengan muka dingin.

Semua penghuni kantin lagi-lagi dikejutkan dengan kabar Alle ingin memutuskan pertunangan mereka. Pasalnya, gadis itu selalu mengejar-ngejar Ansel bahkan rela membully Vio.

"Apa ini trik Lo untuk membuat gue tertarik? Tapi itu tetap nggak berguna," cemooh Ansel dengan menyeringai.

"Oh, benarkah? Astaga hati gue sakit," seloroh Alle dengan tertawa kecil.

"Lo itu jangan terlalu pede, bung! Jika gue beneran cinta sama Lo detik ini gue deg-degan walaupun disaat amnesia. Nyatanya sama gue nggak sama sekali merasakan tuh," lanjut Alle dengan tersenyum menyeringai.

"Lo!" geram Ansel dengan menatap tajam.

"Apa? Merasa terhina? Inikah yang dinamakan sosok ketos. Lalu bukannya sosok ketos itu harus mencontohkan perilaku yang baik. Ini apa? Percuma berpendidikan tapi nggak punya adab," ucap Alle dengan mengangkat alisnya.

Alle berjalan menuju meja yang diisi empat cowok. Matanya tertuju kepada sosok yang sedang asyik main game. Ia duduk dihadapan lelaki itu dengan tersenyum lebar.

"Cih, Ansel nih cowok lebih ganteng dari Lo! Mending gue sama dia aja!" seru Alle dengan menatap lelaki itu yang sedikit terkejut mendengar perkataannya.

"Maaf kak ..."

"Oh, Lo adkel? Nggak papa gue tetap suka kok," sela Alle dengan tersenyum tipis.

Semua orang yang di sana seketika tertawa terbahak-bahak bahkan Elang juga ikut menertawainya. Ia yang melihat itu mengerutkan keningnya apakah dia melakukan kesalahan lagi.

Elang berjalan dengan terkekeh kecil lalu merangkul pundak Alle. Ia sedikit heran kenapa orang-orang masih saja mempertahankan tawanya.

"Bang gue apa gue lakuin kesalahan?" tanya Alle dengan wajah polos.

Elang tertawa kecil menjawab, "Lo nggak lakuin kesalahan hanya saja ada yang harus diluruskan."

Alle mengangguk pelan kemudian mengalihkan atensinya kepada lelaki didepannya. Ia mengangkat alisnya sembari menunggu penjelasan, tetapi lelaki itu malah asyik dengan kegiatannya.

Alle yang sudah kesal segera merebut ponsel lelaki itu. Saat lelaki itu mau protes seketika menciut. Pasalnya, Alle menatapnya tajam sembari berkacak pinggang.

"Minus mata Lo gue yang pertama kali bilang mampus!" geram Alle dengan muka datar.

"Dia emang gitu suka diam dan menghabiskan waktunya dengan main game," jelas Elang dengan tersenyum tipis.

"Kayaknya Lo kenal banget sama dia. Lo siapa, sih?!" geram Alle dengan berkacak pinggang.

"Galen Hendery Sinathrya."

"Galen! Ternyata Lo adik gue, ya?" seru Alle dengan mengelilingi tubuh Galen sesekali memutar tubuh lelaki itu.

Alle menatap Galen dengan tatapan berbinar akhirnya mimpinya untuk memiliki kakak dan adik laki-laki. Dulunya ia hanya memiliki adik perempuan yang sangat menyebalkan, tetapi rasanya ia jadi rindu dengan keluarganya.

"Pusing," ucap Galen dengan muka datar.

Alle cengengesan lalu menghentikan aktivitas memutar tubuh Galen. Ia menatap kearah lelaki yang memejamkan matanya dengan rasa penasaran. Ia seperti pernah melihatnya tapi dimana.

"Sial! Lo yang klakson mobil pagi tadi bukan!" sergah Alle dengan menatap tajam.

Elang dan Galen segera menatap Alle dengan raut wajah tidak percaya. Alle sudah berani membentak sosok yang paling ditakutin oleh penghuni sekolah. Namun, tidak ada salahnya juga soalnya Alle juga termasuk murid yang paling ditakutin di SMA Cempaka.

"Ganteng, sih. Sayangnya gue nggak suka cowok. Iya bukan Vio sayang," ucap Alle dengan tersenyum manis menatap Vio.

Vio mengejapkan matanya kemudian berlari meninggalkan kantin dengan perasaan jijik. Ansel yang melihat itu segera mengejar Vio. Alle yang melihat itu segera tertawa terbahak-bahak akhirnya bisa mengusir para setan.

"Kenalin nama Lo pada karena gue nggak ingat," perintah Alle dengan muka datar. Semua orang yang melihat itu sedikit takjub karena dalam sekejap gadis itu bisa mengubah ekspresi wajahnya.

"Edwin Dilan Kavindra panggil Dilan atau sayang juga boleh," ucap Dilan dengan tersenyum lebar.

"Ainsley Darel Adibrata panggil aja Arel," ucap Arel dengan mengangkat bahunya.

Alle menatap lelaki yang sudah membuat paginya menjadi kesal. Ia menghela nafas panjang ternyata cukup melelahkan menghadapi orang yang cuek dan dingin. Namun, tanpa disadari ia tidak mengetahui jika dirinya dulu juga begitu.

"Rafisqy Marva Valentino," ucap Marva dengan muka datar.

Alle mengangkat alisnya mungkin saat ini dia akan berurusan dengan para penguasa sekolah ini. Ia harap kedepannya tidak akan membuatnya menjadi susah.

∆∆∆

Jangan lupa vote dan komen 💖
Alle makin kesini sifat gilanya sudah keluar ya😂
Next!

Kita Satu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang