Kini semua orang sudah terkumpul berbeda dengan yang lain semangat. Alle malah sedikit lesu dengan memegang perutnya. Ia saja mencium bau motor di jalanan sudah sakit kepala apalagi memasukinya.
"Alle kenapa masih ke sana? Ayo masuk kita sudah mau berangkat!"
Alle mengangguk pelan dengan langkah gontai. Wajahnya terlihat agak pucat dan isi perutnya seketika ingin keluar disaat dirinya sudah dekat mobil.
Alle baru mau masuk kedalam mobil seketika dirinya ingin muntah. Ia berlari lalu muntah di selokan sekolah. Marva yang melihat itu juga ikut berlari menyusul lalu mengusap punggung gadis itu agar lebih enakan.
"Udah lebih enak," ucap Marva dengan menyodorkan sebuah botol yang berisi air.
Alle mengangguk pelan. Tubuhnya masih terlalu lemah sehingga malas berbicara. Ia mengambil botol itu lalu menuangkan air ke bibirnya. Ia merasa agak jijik juga malu dengannya hari ini.
Setelah merasa lebih baikan ia berjalan dengan berpegangan kepada Marva. Ia memang sudah baikan tapi rasanya agak lesu lagi jika dipertemukan dengan mobil.
"Ale-ale! Jangan bilang ... kamu hamil anak Marva!" teriak Arel dengan suara keras. Murid-murid yang tadinya berjalan memasuki gerbang seketika menghentikan langkahnya. Ada beberapa yang mulai bergosip mendengar suara keras dari Arel.
Alle yang mendengar itu seketika menjadi bugar. Badannya tidak lagi lemas dan emosinya seketika memuncak. Ia berjalan lalu menjewer kuping Arel dengan keras.
"Aduh, Mbok! Ampun!" pekik Arel dengan menepuk-nepuk tangan Alle.
"Sialan! Lo tadi bilang gue hamil lalu seenak jidat manggil gue Mbok!" geram Alle dengan menatap tajam.
Arel memberontak hingga jeweran Alle terlepas. Ia mendengkus malas. "Kan, cuman nebak Mbak! Habisnya muntah-muntah sama wajahnya pucat gitu."
Alle berdecak. "Gue hanya nggak bisa nyium bau mobil. Aneh bukan anak orang kaya tapi nggak bisa naik mobil. Intinya gue itu mabuk darat bukan kayak Dilan yang buaya darat."
"Anjir! Kok, gue yang kena. Itu nggak nyambung sama sekali anjing!" seru Dilan dengan muka masam.
Dilan seketika menciut saat melihat tatapan tajam dari Marva. Alle dan yang lain melihat itu seketika tertawa.
Namun, berbeda dengan Elang yang menatap adiknya kebingungan. Ia menatap wajah adiknya yang kelihatan cukup pucat karena kurang tidur.
"Alle sejak kapan Lo mabuk darat? Bukannya Lo dulu sangat sering membawa mobil waktu pergi ke sekolah," celetuk Elang dengan mengerutkan keningnya.
Alle tersenyum tipis. "Bang Elang tau bukan jika gue pernah kecelakaan mobil dan itu juga penyebab gue amnesia. Sejak kejadian itu gue sedikit trauma dan mengalami mabuk darat jika mengendarai mobil."
Semuanya seketika menjadi diam sedangkan Elang menatap matanya. Tatapan serius dari Elang membuatnya tidak gentar sedikitpun.
Saat Elang mengangguk ia hanya bisa menghela nafas lega. Ia menyeringai kecil tanpa diketahui oleh siapapun. Rasanya ia ingin bilang jika dirinya memiliki kemampuan akting yang andal.
"Jika Nak Alle mabuk darat jadi bagaimana sekarang perginya?"
Alle tampak berpikir kemudian tersenyum cerah. Ia berjalan lalu merebut kunci motor dari tangan Elang. Ia berencana untuk menggunakan motor mengiringi kelompok sekolahnya.
"Kamu yakin mau ngejar mobil sekolah sendirian?" celetuk Marva. Kedatangan lelaki itu membuatnya sedikit terkejut.
Alle mengangkat alisnya. Kemudian tertawa kecil membuat lelaki itu tampak kebingungan. Ia merangkul pundak Marva membuat lelaki itu terkejut dibuatnya.
"Kalau mau bareng sama aku itu bilang. Aku nggak ngerti kode begituan," ucap Alle dengan terkekeh kecil.
Marva yang mendengar itu seketika menggaruk tengkuknya. Wajahnya tampak memerah seiring waktu membuat Alle sedikit gemas.
"Ayo kita pergi pakai motor kamu!" ajak Alle dengan menggenggam tangan lelaki itu.
∆∆∆
Saat diperjalanan teman-temannya Marva termasuk kedua saudaranya selalu mengejeknya. Ia tidak marah melainkan menjulurkan lidahnya dan memeluk pinggang Marva tanpa disadari.
"Oyy! Kang gantung! Jangan kira Lo disukai sama Marva lalu seenak udel gantung anak orang kayak jemuran!" seru Dilan dengan tertawa terbahak-bahak.
Alle seketika tersadar akan perilakunya yang tampak memberikan harapan untuk Marva. Tapi dirinya sendiri pun belum mencintai lelaki itu.
"Maaf," lirih Alle dengan melepaskan tangannya dari pinggang lelaki itu.
Marva hanya diam tapi tatapannya tertuju kepada Dilan. Sosok yang ditatap hanya bisa cengengesan dengan mengangkat tangannya membentuk tanda v.
Setelah itu Marva segera menancap gas membalap mobil sekolah sedangkan Dilan hanya meringis kecil. Kali ini sepertinya hidupnya tidak akan selamat.
Kini mereka sudah sampai ditempat acara KSN diadakan. Didepan gerbang tertulis nama SMA Azalea. Ia cukup kagum karena sekolah itu setara dengan sekolah yang ditempatinya sekarang.
Mereka semua masuk kedalam sekolah itu dengan perasaan campur aduk karena ini merupakan perang yang sesungguhnya. Saat didalam mereka disambut dengan baik oleh para guru.
"Selamat datang para guru juga murid sekalian. Silahkan masuk nanti kalian akan diantar oleh murid kami."
Semuanya memberikan senyuman berbeda dengan Marva. Kini ekspresi lelaki itu memasang ekspresi wajah dingin dan penuh ketidaksukaan. Ia yang melihat itu seketika menjadi heran tapi hanya diam tidak ingin terlalu mengorek rahasia lelaki itu.
Saat menuju perjalanan ke lapangan ia dikejutkan oleh sosok yang tidak asing. Orang-orang itu menyambut mereka dengan muka datar dan penuh ketidaksukaan.
"Hey, apakah begini cara kalian menyambut tamu?" ejek Arel dengan tertawa kecil.
Orang itu hanya mendengus dan diam ditempat tanpa berniat untuk menyerang mereka. Hal itu membuat Marva dan teman-temannya menatapnya aneh. Pasalnya, ini adalah tempat yang pas untuk menyerang mereka.
"Jiakh! Mereka hanya diam bak patung, bro!" ledek Dilan dengan merangkul pundak Arel.
"Sabar-sabar anak sabar dapat cewek montok," ucap Arkan dengan mengelus-elus dadanya.
"Heh, kurang ajar ye Lo!" pekik Alle dengan berkacak pinggang.
Orang-orang yang tadi tidak lain Arkan dan teman-temannya. Mereka hanya diam saja bahkan tidak berkeinginan untuk membalas perkataan dari Arel dan Dilan.
"Oh, hai! Cewek gila kita ketemu lagi," sapa Arkan dengan mengibaskan tangannya.
"Iya, tapi sekali ketemu malah jadi kang antar!" ledek Alle dengan tertawa kecil.
Arkan mengangkat alisnya. Kemudian tertawa kecil. "Lebih baik gue kang antar karena bisa membantu pihak sekolah tanpa buat masalah. Daripada Lo kang gantung anak orang! Kasian deh rival gue digantung!"
Marva yang mendengar itu menggeram kesal. Ia berjalan lalu mencengkeram erat kerah baju rivalnya.
Alle hanya menghela nafas panjang lalu berjalan menuju Marva dan menggenggam lembut tangan lelaki itu. Marva yang mendapat perlakuan dari Alle seketika emosinya mereka bahkan lelaki itu sekarang cukup senang.
"Nggak masalah karena gue juga merasa. Tapi jangan salah gue masih proses membuka hati gue," ucap Alle dengan tersenyum tipis.
"Iya-iya aja gue, mah! Hayuk gue antar Lo pada," ajak Arkan dengan berjalan mendahului mereka diiringi oleh yang lain.
∆∆∆
Jangan lupa vote dan komen 💖
Hayoloh Alle dibilang kang gantung anak orang 🙃
Next!
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita Satu [END]
Novela JuvenilEleanor Devika Akalanka, seorang siswi biasa yang memiliki otak yang jenius. Elen dulunya juga menyukai pelajaran sejarah dan anti matematika walaupun begitu ia tetap mendapatkan nilai tinggi. Tiba-tiba saja Elen berpindah jiwa ke tubuh seseorang ya...