13 🍂

7.8K 835 3
                                    

Alle berjalan di koridor sekolah dengan perasaan gembira. Murid-murid yang melihat itu seketika menghindari Alle karena mereka mendengar kabar jika gadis itu mengidap gangguan. Mereka hanya tidak ingin membuat sifat gila gadis itu kambuh.

"Hey," sapa Alle dengan tersenyum lebar.

Seorang siswi kutu buku yang disapa seketika membeku. Siswi itu tidak menyangka akan disapa oleh Ratu penyihir yang ditakuti oleh penghuni SMA Cempaka.

Alle berjalan melewati koridor lalu dia melihat ada Marva dkk. Ia segera menyapa lalu pergi begitu saja meninggalkan mereka penuh tanda tanya.

"Lan, itu kakak Lo kenapa? Apa otaknya udah geser?" cecar Arel dengan mengerutkan keningnya.

"Adiknya aja nggak tau apalagi gue yang hanya remahan rengginang," ucap Dilan dengan muka dibuat-buat.

"Nyadar diri juga Lo," cibir Galen lalu meninggalkan para teman-temannya.

Marva juga berjalan meninggalkan Dilan dan Arel yang menatap mereka dengan cengo. Kemudian berjalan menuju ruangan kelasnya.

∆∆∆

Alle duduk dengan tenang sembari menunggu kedatangan sang guru. Mata pelajaran pertama yang juga menjadi salah satu pembelajaran favoritnya selain penjaskes yaitu sejarah.

"Assalamualaikum anak-anak! Sebelum memulai pelajaran mari kita berdoa sesuai kepercayaan masing-masing, berdoa dimulai."

Alle mengangkat tangannya dan mengucapkan doa belajar. Setelah itu baru mengambil novel karena sebelum belajar mereka diwajibkan membaca buku selama 15 menit. Kali ini ia bersyukur keluarga sekarang sangat kaya sehingga dirinya bisa membeli novel-novel kesayangannya.

Alle membaca sebuah novel yang berjudul Love You Head PMR dengan antusias. Novel ini menceritakan tentang seorang gadis dingin yang jatuh cinta kepada ketua PMR. Gadis itu secara terang-terangan mengkode lelaki itu, tetapi lelaki itu tidak peka.

Alle cukup terlarut dalam cerita sehingga tidak sadar sudah lebih 15 menit. Ia menghentikan kegiatan membacanya saat sang guru meminta mengeluarkan buku paket sejarah.

"Kalian baca dari halaman 3 sampai 10. Nanti ibu akan bagi kelompok kalian harus membuat soal di kertas ukuran seperti kartu dan cara menjawabnya seperti memainkan blackjack. Jika jawabannya ada di tangan maka kalian harus mengeluarkan. Apa sampai disini paham?"

"Paham, Bu!"

Alle memperhatikan dengan seksama nama-nama orang yang menjadi kelompoknya. Ia segera berjalan menuju meja teman kelompoknya. Ia tersenyum tipis menyapanya, tetapi apa yang didapatkannya.

"Alle lo buat soalnya gue nggak bisa beginian."

"Iya, apalagi sejarah bikin mumet."

"Gue juga mau bantu nulis nggak bisa, tulisan gue jelek."

Ekspresi wajah Alle berubah menjadi dingin. Ia terlihat tidak suka diperintah seperti sekarang ditambah hanya ingin numpang nama. Ia tidak masalah jika membikin soal tapi masalahnya semuanya diserahkan kepadanya.

"Gue memang amnesia dan berubah bukan berarti Lo bisa beri perintah," desis Alle dengan muka dingin.

"Bantu potong kertas juga nulis atau nama kalian nggak gue tulis plus kehidupan kalian nggak tentang setelah ini," lanjut Alle dengan menyeringai.

Teman satu kelompoknya seketika kelabakan dan langsung membantu gadis itu. Alle tersenyum puas jika tidak diancam seperti sekarang mereka mana mau bekerja.

Seusai itu mereka segera main dengan antusias ternyata belajar sambil bermain membuat materi lebih masuk ke otak. Alle hanya terkekeh kecil melihat orang-orang yang katanya membenci sejarah terlihat antusias. Menurutnya yang sangat membuat murid menyukai pembelajarannya adalah cara dari sang guru memberikan materi.

Kita Satu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang