23🍂

6.1K 661 0
                                    

Cuaca pagi bersinar dengan terang tapi tidak dengan sosok gadis berwajah masam. Gadis itu tampak kesal karena sang bunda yang mengomel kepadanya.

"Kamu bikin apa sampai Galen merengek sama Bunda?" tanya Pita dengan berkacak pinggang.

Alle mendengkus malas. "Alle nggak ngapa-ngapain, Bun. Galen udah dari malam tadi manja gitu."

"Beneran kamu tidak lagi bohong bukan?" tanya Ilman dengan mengerutkan keningnya.

"Beneran, Yah. Malam semalam Galen juga begitu sama Gilang," sahut Elang dengan tersenyum tipis.

Sang empu yang dijadikan topik gosip hanya bisa diam dengan telinga memerah. Mereka melanjutkan makan dengan tenang sesekali bercanda gurau.

∆∆∆

Disepanjang dari awal masuk gerbang hingga koridor sekolah dipenuhi oleh tanda tanya. Alle bingung tatkala murid-murid mulai menggosip saat dirinya lewat.

"Bisa banget gosipnya saat orangnya lewat," gumam Alle dengan memutar matanya.

Alle mengerutkan alisnya tatkala melihat kerumunan murid didepan mading sekolah. Ia berjalan lalu mencoba masuk kedalam kerumunan murid-murid.

Alle tertegun untuk pertama kalinya di pagi hari ini. Ia tertegun melihat fotonya bersama Marva di aula tersebar. Foto itu tampak seolah-olah orang berciuman sebenarnya itu bukan hal yang terjadi.

Gadis itu segera mencabut dan merobek foto itu. Ia juga melihat Marva dan teman-temannya tampak berusaha menghilangkan foto-foto dari kejauhan.

Alle berlari menghampiri Marva lalu merangkul pundak lelaki itu. Ia tersenyum lebar membuat semua orang heran dibuatnya.

"Lo nggak sedih ada berita begini?" tanya Elang dengan mengerutkan keningnya. Lelaki itu tidak menyangka akan sifat dan tingkah Alle yang selalu berubah-rubah.

"Ngapain sedih? Itu nggak benar juga jadi gue nggak takut," jawab Alle dengan mengangkat bahunya.

Saat asyik-asyiknya mencabut foto tiba-tiba suara dering ponsel berbunyi. Bunyi itu juga berasal dari website sekolah.

Alle menatap ponselnya dengan tenang. Ia tidak berminat untuk teriak-teriak seperti orang gila walaupun keadaannya memang begitu.

"Sial! Ini orang maunya apa?!" seru Arel dengan mencengkeram ponselnya.

"Biarin," jawab Marva dengan muka datar.

"Nah, dengerin kata ketua Lo pada. Makin kita khawatir mereka makin senang jadi biarin aja," sahut Alle dengan mengangkat bahunya.

Setelah mengatakan itu Alle segera pergi menuju kelasnya. Menyisakan Marva bersama teman-temannya.

"Sepertinya ada seseorang yang sengaja menjebak kalian," celetuk Elang dengan muka datar.

"Pasti orang itu benci sama Neng Alle," sahut Dilan dengan bersedekap dada.

Marva menyeringai membuat semua anggotanya bergidik ngeri. Akhirnya sifat Marva yang bengis akan keluar lagi setelah sekian lama.

Lelaki itu segera pergi diiringi oleh teman-temannya. Kelas yang mereka tuju kali ini adalah XI IPA 1.

Gubrak!

"Siapa disini ketua jurnalistik?!" seru Marva dengan mengepalkan tangannya.

Elang yang melihat itu segera menarik tubuh Marva. Ia menghela nafas. "Marva, gue tahu lo sedang marah tapi jangan sampai buat masalah makin runyam."

"Tonjok aja Marva! Orang yang kayak gitu nggak perlu diberi ampun!" seru Arel dengan makan keripik.

Plak!

Kita Satu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang