Di perpustakaan sekolah Alle dan teman-teman Marva juga murid lain yang mengikuti olimpiade. Mereka belajar bersungguh-sungguh dengan sang guru yang menjelaskan materinya.
"Besok kita akan melaksanakan perlombaan olimpiade. Persiapkan dengan matang dan belajar giat untuk mengharumkan nama sekolah."
Alle seketika terkejut biasanya kalau olimpiade itu dilaksanakan tahun depan. Ia hanya bisa menatap Galen yang berada disampingnya untuk minta jelaskan. Namun, lelaki itu malah tetap pada bukunya dan tidak menyadari jika sedang ditatap. Ia hanya berpikir jika berbicara takutnya dianggap oleh sang guru pembicaraan omong kosong.
"Kita sekarang mengikuti KSN tingkat provinsi. Kamu juga menang tapi karena amnesia jadi lupa hal ini," bisik Marva yang juga berada duduk disamping Alle.
Alle tertegun tatkala wajah mereka berdekatan. Tatapan mata terus saja terpaut dan wajah Marva tampak memerah. Lelaki itu terlebih dahulu melepaskan tatapan matanya.
"Dih, biasanya yang malu itu yang cewek Bos! Masa si Bos! Kita itu harus lakik!" seru Dilan dengan mengangkat tangannya.
Marva yang mendengar itu seketika menatap tajam Dilan. Kemudian kembali menatap bukunya sedangkan Alle hanya bisa menggelengkan kepalanya. Entah mengapa rasanya seperti dunia terbalik dan yang dibilang oleh Dilan itu benar adanya.
"Marva kamu akan menggantikan Vio, apakah kamu sanggup?"
Alle mengerutkan alisnya. "Vio kemana memangnya, Bu?"
"Dia sudah pindah sekolah padahal sayang sekali."
Alle tertawa kecil mendengar hal itu sedangkan murid-murid lain menatapnya dengan aneh. Pasalnya, yang diucapkan oleh sang guru tidak mengandung unsur lelucon.
"Alle kenapa ketawa?" bisik Marva dengan meringis kecil.
"Nggak papa cuman lucu aja ternyata Vio tepati janjinya," jawab Alle dengan terkekeh.
Marva yang mendengar hanya menggelengkan kepalanya. Kemudian menyahuti pertanyaan dari sang guru. Alhasil Marva menjalani dua lomba.
∆∆∆
Malamnya Alle membaca bukunya dengan serius. Esok adalah hari terakhir dirinya berjuang juga awal mula dari yang lainnya.
"Alle ayo makan dulu!" teriak Pita yang berasal dari lantai bawah.
"Nanti dulu, Bun!" sahut Alle dengan suara keras.
Alle merupakan tipe orang yang tidak suka menunda-nunda pekerjaan. Ia juga tidak suka waktu belajarnya diganggu sebelum perkejaan nya selesai.
Kring! Kring!
Alle menggeram kesal sekarang siapa lagi yang mengganggu waktu belajarnya. Ia mengambil ponselnya dengan mengangkat alisnya. Dilayar ponselnya terlihat video call dari Marva. Alhasil ia mengangkat telepon karena sedikit penasaran karena tidak biasanya lelaki itu meneleponnya.
"Halo."
"Hmm, halo."
"Kamu ngapain?"
"Belajar."
"Kamu marah sama aku? Apa karena udah ganggu waktu belajar kamu?"
Alle tersenyum masam. Lelaki itu sudah tahu malah bertanya lagi.
"Nggak."
"Kamu belajar bagian apa? Apa perlu kita belajar bareng?"
Alle mengerutkan alisnya. Ia mengangguk pelan walaupun sebenarnya tidak dapat dilihat sepenuhnya oleh orang yang meneleponnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita Satu [END]
Novela JuvenilEleanor Devika Akalanka, seorang siswi biasa yang memiliki otak yang jenius. Elen dulunya juga menyukai pelajaran sejarah dan anti matematika walaupun begitu ia tetap mendapatkan nilai tinggi. Tiba-tiba saja Elen berpindah jiwa ke tubuh seseorang ya...