"Huh, apa? Lo tadi manggil gue?" cecar Alle dengan menunjuk wajahnya.
Marva tidak menjawab melainkan berjalan menuju Alle. Tiba-tiba saja lelaki itu duduk disamping Alle juga menatap gadis itu cukup lama.
Alle yang diperhatikan seperti itu agak risih. Ia segera menyumpalkan pisang goreng ke mulut lelaki itu. Teman-teman Marva yang melihat itu seketika tertawa terbahak-bahak.
"Ada-ada aja Lo, sih!" seru Dilan tertawa sembari memukul-mukul lengan Arel.
Marva mendengkus. Kemudian menguyah makanan itu sampai habis. Ia berdiri dengan mencengkeram dagu gadis itu dengan menyeringai.
"Muka Lo tambah jelek," ledek Marva dengan tersenyum mengejek.
Alle yang mendengar ledekan dari Marva menatap tajam. Kemudian mencubit lengan lelaki itu hingga merintih kesakitan. Ia sudah cukup kesal karena Ansel sekarang Marva juga makin membuatnya kesal.
"Lo kayaknya pengen gue bogem sama kayak anjing!" geram Alle lalu menabok pundak Marva dengan keras sehingga memunculkan bunyi.
"Gadis gila!" sergah Marva dengan menatap tajam.
"Marva memang gitu padahal dia khawatir, tuh!" seru Elang yang muncul dari belakang.
"Ah, ternyata tsundere! Seharusnya Lo itu bilang aja khawatir nggak perlu ejek gue," cibir Alle dengan terkekeh geli.
"Kepedean," desis Marva dengan muka dingin.
"Sorry! Gue ini memang cantik bak Dewi Yunani!" seru Alle dengan mengibaskan rambutnya.
Arel yang mendengar itu berpura-pura ingin muntah sedangkan Alle menatapnya malas. Ia berdiri ingin beranjak pergi tapi tangannya ditahan oleh Marva.
"Duduk, jangan kemana-mana!" perintah mutlak dari Marva membuatnya diam tidak berkutik. Ia sekarang hanya ingin tidur karena tenaganya hari ini terlalu diforsir sehingga membuatnya agak lelah.
Marva tiba-tiba datang dengan membawa kotak P3K. Para murid-murid yang melihat itu seketika berteriak histeris karena cukup iri dengan pemandangan didepannya.
Marva mengeluarkan peralatan lalu mengobati gadis itu. Alle menatap lelaki itu dengan muka dingin tanpa minat. Ia mengambil kapas dari Marva lalu mengobati dirinya sendiri.
"Jangan biar gue aja," ucap Marva dengan nada lembut.
Alle yang mendengar itu seketika menjadi tertegun apalah para sahabatnya yang tidak pernah mendengar lelaki itu berbicara lembut. Kemudian ia menyeringai kecil dengan menatap dalam mata lelaki itu.
"Menurut Lo apa mungkin gue bully Vio?" tanya Alle dengan menelungkup wajahnya menatap lelaki itu.
Marva mengangkat alisnya. Kemudian ia mengangkat bahunya membuat gadis itu mendengus kesal. Lelaki itu sama sekali tidak bisa membuat orang bahagia sedikit saja.
Alle berdiri lalu merapikan pakaiannya dengan tergesa-gesa. Ia segera berjalan meninggalkan para lelaki itu.
"Alle mau kemana?!" teriak Elang.
"Mau bocan!" sahut Alle yang meninggalkan kantin.
"Huh, kebiasaan deh," gerutu Galen dengan mendengus kesal.
"Lo juga gitu, btw!" cibir Arel dengan memutar matanya.
Dilan menatap layar ponselnya dengan seksama. Kemudian meletakkan ponselnya di atas meja dengan raut wajah datar. Mereka yang melihat itu seketika mengetahui ini adalah urusan serius.
"Geng Blood Death tantang Marva balapan sama ketua mereka," ucap Dilan dengan muka datar.
"Sepertinya mereka ingin main-main," sahut Galen dengan muka datar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita Satu [END]
Ficção AdolescenteEleanor Devika Akalanka, seorang siswi biasa yang memiliki otak yang jenius. Elen dulunya juga menyukai pelajaran sejarah dan anti matematika walaupun begitu ia tetap mendapatkan nilai tinggi. Tiba-tiba saja Elen berpindah jiwa ke tubuh seseorang ya...