10🍂

9.1K 1K 2
                                    

Alle mendengkus kesal. Hal ini bermula saat Alle yang ikut membantu sang bunda memasak. Ia terlihat menikmati, tetapi bahan makanan hampir habis dan berakhirlah dirinya diminta untuk ke supermarket.

Awalnya ingin mengajak Elang untuk menemaninya belanja, tetapi ditolak dengan alasan main game. Ia ingin mengajak Galen, tetapi adiknya itu sedang berada diluar seperti Bang Toyib yang terus saja lupa sama rumah.

Alle menatap layar ponselnya sembari menggerutu. Ia cukup kesal karena agak susah mengendarai motor sembari menatap google maps dilayar ponselnya.

"Sampai juga, syukur ada supermarket dekat daerah kompleks," gumam Alle dengan memarkirkan motornya.

Saat masuk ia disambut oleh kasir. Alle segera mengambil keranjang belanjaan. Ia juga menatap layar ponselnya yang berisi list barang yang harus dibelinya.

"Banyak banget belanjaannya jika tahu begini gue pesan taksi online aja," gerutu Alle dengan mendengkus malas.

Alle segera menuju ke daerah lauk-pauk lalu memilik beberapa ikan juga daging. Lalu beralih ketempat sayuran dan buah dengan semangat kali ini dia ingin membeli buah manggis.

"Aduh, kayaknya lawas nah aku kada makan buah manggis," gumam Alle dengan mata berbinar-binar.

Alle segera mengambil buah manggis cukup banyak. Setelah itu baru menuju tempat bumbu dapur. Ia mengambil dengan cepat, tetapi matanya tertuju kepada ponselnya.

"Ini harus banget ya beli gula banyak bukannya mereka kebanyakan nggak ada di rumah nanti siapa yang buat makanan," gumam Alle dengan menggaruk tengkuknya.

Akhirnya ia memilih untuk mengikuti list yang diberikan oleh bundanya. Setelah itu ia segera menuju kasir untuk membayar belanjaannya.

"Terima kasih, selamat berbelanja kembali."

Saat ingin mengambil kendaraannya. Saat didepan supermarket ia melihat sosok yang dikenalnya berlari dengan wajah lebam juga rambut berantakan.

"Itu Marva bukan lalu Galen sama teman-temannya dimana," gumam Alle dengan mengerutkan alisnya.

Alle mengangkat bahunya. Awalnya ia tidak ingin memperdulikan lelaki itu. Namun, jika dilihat-lihat agak kasian juga karena kemungkinan besar tenaga lelaki itu sudah habis dan tidak bisa melawan.

Saat lelaki itu dekat ia segera menarik tangan Marva. Lelaki itu tampak ingin memberontak, tetapi ia segera membekap mulut Marva agar tidak bersuara.

"Ini gue Alle," bisik Alle dengan menatap sekeliling.

Marva menghela nafas lega. "Lo ngapain disini?"

Alle tidak menjawab melainkan mengangkat barang belanjaannya. Ia segera menarik tangan Marva ke arah kendaraannya.

"Lo jangan banyak tanya untuk sekarang karena mereka pasti akan mengejar Lo lagi," ucap Alle dengan muka datar.

Alle Naik ke atas motornya dengan memberikan bahan belanjaannya kepada Marva. Ia mengerutkan keningnya kenapa lelaki itu tidak duduk di atas motornya.

Alle mendengkus malas. "Tunggu apa lagi? Ayo naik gue antar Lo ke rumah."

"Tapi ..."

"Gue nggak terima penolakan! Badan Lo nggak ada tenaga lagi gue nggak mau nanti kecelakaan," sela Alle dengan menatap sinis.

∆∆∆

Saat dijalan Alle mengendarai motor dengan kecepatan sedang. Ia menatap lampu malam yang cukup indah juga gedung-gedung pencakar langit.

"Ini mau kemana lagi?" tanya Alle.

"Lurus aja dulu nanti ada simpangan 4 belok kanan," jawab Marva.

Kita Satu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang