Setelah pintu didobrak terlihat murid kelas IPA 1 yang terlihat terjatuh. Tiba-tiba saja ember yang berisi air bekas pel terjatuh mengenai murid yang ingin menjebaknya.
"Senjata makan tuan," ledek Alle dengan terkekeh kecil.
Setelah mengatakan itu ia berjalan melewati murid-murid kelas XI IPA 1. Kemudian duduk di kursi guru dengan tenang. Aura mendominasi mulai keluar membuat semua penghuni kelas terkejut lalu kembali ke tempat duduk masing-masing.
Alle mengerutkan alisnya. "Ini yang badannya kotor apa tidak ingin membersihkan tubuh?"
"Ah, iya! Kami izin keluar dulu."
Setelah mengatakan itu murid-murid tadi segera kocar-kacir keluar dari kelas. Ia yang melihat itu hanya menggelengkan kepalanya. Kemudian ia menatap bukunya untuk memahami materi yang akan diajarkan olehnya.
Setelah selesai ia menatap satu-persatu murid kelas XI IPA 1. Kemudian berdiri didepan kelas dengan muka datar.
"Sebelum memulai pembelajaran kita berdoa dulu menurut kepercayaan masing-masing berdoa dimulai," ucap Alle dengan mengangkat kedua tangannya.
Kelas menjadi hening mereka terlihat sangat khusuk berdoa. Setelah selesai mereka mengamini doa mereka.
Alle kembali ke tempat duduknya lalu mengambil sebuah lembaran kertas. Kertas itu berisikan nama-nama penghuni kelas XI IPA 1. Ia mengamatinya satu-satunya. Kemudian memulai pemanggilan nama untuk mengisi daftar kehadiran.
Satu-satunya nama murid-murid mulai terpanggil. Ia mengangkat alisnya melihat nama yang cukup familiar baginya.
"Violet Lily Radeya," panggil Alle dengan muka datar.
"Hadir," sahut Vio dengan mengangkat tangannya.
Alle mengangkat alisnya. Akhirnya ia mengetahui nama lengkap dari gadis yang konon katanya dekat dengan Ansel mantan tunangannya. Saat melihat wajah polos itu entah mengapa membuatnya sedikit geram dan melemparkan santet ke gadis itu.
"Baiklah, kalian pasti sudah mengetahui nama saya bukan? Saya tidak akan basa-basi lagi mengenalkan nama. Tujuan saya disini diminta oleh Bu Cipta mengajar kelas kalian," ucap Alle dengan berjalan menuju tengah kelas.
Alle juga membawa buku paket yang dibawanya dari rumah. Kemudian ia mengambil spidol dan menuliskan kata imperialisme dan kolonialisme.
"Kalian pasti sudah mengenal istilah dua kata ini. Kalian coba jelaskan pengertian dari kedua istilah tadi untuk mengingat pembelajaran yang terdahulu," ucap Alle dengan menatap ke seluruh sudut kelas.
Namun, yang didapatkannya adalah keheningan. Hal yang lebih parah beberapa dari mereka ada yang memainkan ponsel dan berbincang-bincang. Ada juga yang tertidur dan memperhatikannya dengan wajah bengong.
Alle yang melihat itu hanya menggelengkan kepalanya. Kemudian mengeluarkan ponselnya lalu terdengar suara jepretan kamera.
Semua murid yang berbincang-bincang seketika menjadi hening. Mereka menatap tajam Alle tapi tidak dihiraukan oleh sang empu.
"Hapus tuh foto!"
"Cih, dasar anak IPS! Tukang Adu!"
"Cih, dasar tukang caper ke guru!" balas Alle dengan mengangkat alisnya.
Penghuni kelas yang mendengar itu seketika menjadi diam. Ia tersenyum puas kemudian kembali menulis sesuatu di papan tulis.
"Kolonialisme berasal dari kata colonus yang memiliki arti menguasai. Kolonialisme memiliki arti upaya sebuah negara untuk mengembangkan kekuasaannya di luar wilayah kekuasaan negara tersebut," papar Alle dengan melingkari kata colonus.
"Sementara imperialisme berasal dari kata imperium dalam bahasa Latin, yang berarti kekuasaan tertinggi, kedaulatan, atau sekadar kekuasaan. Imperialisme merupakan kebijakan atau ideologi untuk memperluas kekuasaan atas negara lain dan penduduk asli negara tersebut. Sampai disini apa sudah paham atau ada yang ingin ditanyakan?" lanjut Alle dengan menatap penghuni kelas.
Alle menatap sekeliling dengan mendengus kesal ternyata mereka masih saja tidak memperhatikan penjelasan orang yang didepan. Namun, yang menanggapi hanya Vio itu pun hanya mengangguk pelan.
"Baiklah, kita lanjutkan materi. Kali ini kita akan belajar tentang dampak dari imperialisme dan kolonialisme. Apa ada yang bisa menyebutkan dampaknya?" tanya Alle dengan mengangkat alisnya.
Vio mengangkat tangannya dengan ragu-ragu. Alle yang melihat itu hanya tersenyum tipis. Kemudian mengizinkan gadis itu untuk menjawab.
"Dari bidang politik bisa menimbulkan perlawanan rakyat Indonesia terhadap pemerintah Hindia Belanda," jawab Vio dengan muka takut.
"Benar, didunia ini siapa yang mau tanah yang ditempatinya dari lahir dikuasai oleh orang asing karena ada ketidakpuasan akhirnya penduduk lokal melakukan perlawanan," sahut Alle dengan tersenyum tipis.
Alle kembali menatap penghuni kelas. Kemudian berjalan menuju belakang kelas dengan memukul-mukul pelan buku ditangannya.
"Ayo siapa lagi yang ingin beri pendapat dalam bidang apapun?" tanya Alle dengan mengangkat alisnya.
"Oke, tidak ada yang ingin menjelaskan lagi. Dalam bidang sosial budaya sering kali terjadi percampuran budaya. Contohnya dalam segi bahasa, musik, tarian dan peninggalan bangunan. Apa ada yang bisa menyebutkan contoh bangunan?" lanjut Alle dengan muka datar.
"Lawang Sewu, ini mah kecil udah ada dibuku juga."
"Iya, betul! Semua jawaban memang ada dibuku asal rajin membaca pasti bisa menjawab," sahut Alle dengan tersenyum puas.
Alle kembali menjelaskan dengan rinci materi yang akan dijadikan poin utama hari ini. Ia juga memberikan contoh yang mudah agar bisa dipahami oleh remaja sebayanya.
"Semua kejadian pasti memiliki dampak positif juga negatif. Namun, tergantung manusia itu sendiri menyikapinya. Kita sebagai generasi muda harus bisa menyaring budaya dan menjadikan sejarah sebagai pembelajaran agar tidak terulang lagi," simpul Alle dengan tersenyum tipis.
"Lalu seperti sekarang sudah tahu salah masih saja mengulangi kesalahan yang sama. Misal sudah tahu ada cowok yang sudah punya cewek masih saja diambil berarti mereka ingin mengulangi kesalahan dan sakit hati yang sama," lanjut Alle dengan menatap Vio sekilas.
Setelah mengatakan itu penghuni kelas tertegun dan menatap kearah Vio. Alle hanya tersenyum puas lalu membereskan barang-barangnya.
"Baiklah, kita akan mengadakan kuis dadakan. Siapkan kertas selembar dan pulpen. Di atas meja tidak ada barang satupun kecuali alat tulis. Ponsel dan tas juga harus dikumpul didepan," perintah Alle dengan tersenyum tipis.
Semua murid yang mendengar itu seketika menjadi protes. Alle tidak mendengarkannya lagipula ini juga perintah sang guru.
"Loh, kok dadakan banget, sih?!"
"Namanya juga kuis dadakan kalau diberi tahu bukan dadakan," sahut Alle dengan memutar matanya.
"Gue belum belajar!"
"Pasti Lo mau ngerjain kita bukan!"
"Makanya pas gue jelasin itu dengerin, punya kuping bukan? Jangan bisanya tidur terus! Lalu untuk apa juga gue ngerjain kalian nggak ada faedahnya juga," sahut Alle dengan mengangkat bahunya.
"Gue perlu bukti!"
"Bener! Kalau nggak ada bukti gue nggak mau ngerjain!"
Alle mendengkus malas. Kemudian mengangkat ponselnya tinggi-tinggi memperlihatkan pesan dan perintah yang diminta oleh sang guru. Namun, terlebih dulu menghapus chatting jawaban yang dikirim oleh sang guru.
"Gue masih nggak percaya! Gimana kalau Lo tanding sama Vio anak unggulan jurusan IPA!"
∆∆∆
Jangan lupa vote dan komen 💖
Wah, apakah ada pertandingan mapel antar Alle dan Vio?
Next!
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita Satu [END]
Teen FictionEleanor Devika Akalanka, seorang siswi biasa yang memiliki otak yang jenius. Elen dulunya juga menyukai pelajaran sejarah dan anti matematika walaupun begitu ia tetap mendapatkan nilai tinggi. Tiba-tiba saja Elen berpindah jiwa ke tubuh seseorang ya...