38🍂

4K 434 1
                                    

Alle membaca isi buku itu dengan tangan gemetaran. Wajahnya yang memucat membuat para keluarganya khawatir.

"Alle kamu jangan baca buku ini lagi," ucap Pita yang tidak dihiraukan oleh gadis itu.

Alle membuka isi lembaran buku dengan kepala yang sakit luar biasa. Entah mengapa tapi rasanya agak menyakitkan.

Halaman 1

Aku tidak pernah menyangka jika hubungan kedua orang tuaku tidak begitu baik. Mereka selalu menyembunyikannya begitu baik selama ini. Aku melihat mereka bertengkar pada umur ke 6 tahun. Semua itu membuatku menjadi kepribadian dingin dan tertutup bahkan untuk keluargaku sendiri.

Halaman 2

Diumur ku yang ke 7 tahun. Aku diberikan kejutan yang menggembirakan. Aku mendapat sosok adik baru yang membuatku bersemangat. Namun, aku sungguh menyayangkan karena tidak memberikannya senyuman. Adikku terlihat ketakutan melihat sambutan dariku.

Halaman 3

Aku mempunyai sahabat kecil yang selalu menghiburku disaat-saat terpuruk. Ansel sahabat masa kecilku dia tempat aku berkeluh-kesah walaupun begitu aku juga tahu dia memiliki masalahnya sendiri. Tapi ia tidak menceritakan kepadaku.

Halaman 4

Aku membully sosok pengganggu yang ingin mengacaukan keluargaku. Vio putri dari rival bisnis ayah yang selalu berusaha membuat kedua saudara membenciku. Aku mengetahuinya dari mata-mata yang aku letakkan disamping Vio. Ansel terlalu naif untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.

Alle yang melihat itu segera melemparkan buku lalu berlari keluar rumahnya. Ia memegang kepalanya yang terasa berputar dengan menggeleng pelan. Hatinya serasa ingin hancur tatkala mengetahui hal yang sebenarnya terjadi.

Saat dipekarangan rumah ia menarik rambutnya karena rasanya kepalanya semakin sakit. Seketika memori-memori dari pemilik tubuhnya seperti bersatu dengannya. Didalam tubuhnya seperti ada jiwa lainnya yang tampak bersatu dengan jiwanya.

"Ilman! Sudah aku bilang jangan hubungi wanita itu lagi!"

"Pita aku hanya ingin mengetahui keberadaan putriku."

"Hah, bilang saja kamu hanya ingin bertemu selingkuhan mu itu!"

"Aku tidak pernah selingkuh! Itu kecelakaan!"

Alle menarik rambutnya dengan berteriak rasanya kepalanya ingin pecah. Badannya sudah lemas hingga berlutut kelantai.

Sosok gadis tampak menangis tersedu-sedu dengan menulis sesuatu di sebuah buku. Tiba-tiba saja didepannya ada sebuah mobil yang oleh hingga menabrak gadis itu.

"Aku harap kehidupan sulit yang aku miliki berakhir diganti dengan kebahagiaan."

Alle membuka matanya lalu segera berlari menuju bagasi. Ia mencari sebuah mobil berwarna merah. Ia tidak memperdulikan lagi masalah mabuk daratnya.

Saat sampai ia segera membuka mobilnya dengan perasaan campur aduk. Rasanya ia ingin menangis tapi tidak bisa.

Alle mengobrak-abrik isi dashboard mobil tapi tidak menemukan apapun. Matanya tertuju kepada sebuah buku cokelat yang berada dibawah jok mobil.

Aku sangat sedih ternyata alasan mereka bertengkar karena ayah punya sosok putri dari wanita lain. Ayah masih mencari tahu keberadaan putrinya yang lain tanpa sepengetahuan bunda. Dia berasal ...

Alle lantas melempar buku itu dengan perasaan campur aduk. Seketika ia tertawa miris dengan menarik-narik rambutnya. Saat membaca buku itu rasanya ia dikhianati oleh orang-orang yang dipercayai.

"Kenapa rasanya sangat sakit?" lirih Alle dengan menepuk-nepuk dadanya tapi air matanya tidak bisa keluar.

Dari kejauhan Pita melihat sang putri dengan tersenyum sendu. Ia berjalan mendekati sang putri. "Alle ... kamu kenapa?"

"Jangan mendekat!" teriak Alle dengan memegangi kepalanya.

Elang yang melihat sikap Alle yang tidak sopan dengan sang bunda ingin berjalan menuju gadis itu. Namun, sang ayah menahannya membuat Elang menghela nafas panjang.

"Alle sering melihat ayah sama bunda bertengkar. Tidak ada satupun yang mengetahui keterpurukan Alle kecuali Ansel yang merupakan sahabat Alle. Ayah dan bunda sering bertengkar karena ayah punya putri lain," ucap Alle dengan tatapan kosong.

Semua orang yang mendengar itu seketika menjadi terkejut terutama Elang dan Galen. Elang menatap kedua orang tuanya dengan berharap itu semua tidak benar. Namun, nyatanya kedua orang tuanya hanya berdiam tanpa menyangkal perkataan Alle.

"Ayah ... semua ini nggak benar bukan?" lirih Elang dengan berlutut dihadapan sang ayah.

Ilman menghela nafas. Kemudian membantu Elang untuk berdiri. "Itu semua memang fakta jika ayah punya putri lain. Tapi itu semua karena kecelakaan yang tidak pernah ayah inginkan."

Marva sebenarnya juga ikut terkejut mendengar kabar ini. Tapi yang lebih penting memenangkan gadis itu terlebih dulu.

Tiba-tiba saja bola mata Alle berubah menjadi warna hazel. Hal itu membuat semua orang kecuali kedua orang tuanya juga Marva.

Lelaki itu segera memeluk tubuh Alle. Gadis itu hanya diam tanpa membalas pelukan Marva.

Ilman berjalan menuju putrinya dengan tersenyum lebar. "Alle kamu sudah kembali."

"Maaf tapi saya masih Elen mungkin hal ini membuat Tuan Sinathrya kecewa," ucap Elen dengan muka datar.

Semua orang lagi-lagi terkejut kecuali kedua orang tuanya. Marva melepaskan pelukannya dengan menatap wajah Alle tapi tidak ada tatapan berbohong dari gadis itu.

Ilman menghela nafas panjang. "Sebenarnya Alle itu mempunyai alter ego yang baru saja terbangun setelah kecelakaan terjadi. Maka dari itu ayah masukkan dia ke rumah sakit jiwa untuk diperiksa lebih lanjut. Hal yang baik itu tidak membahayakan dirinya."

Tubuh Alle yang ditempati jiwa Elen menatap sinis kepala keluarga Sinathrya. Tiba-tiba saja matanya menjadi mengantuk dan digantikan oleh sesuatu. Mata Alle berubah menjadi warna hijau.

"Elen itu bukan alter ego Alle. Tapi jiwa yang tersesat dan masuk ke tubuh Alle lalu menjadi bagian tubuh Alle. Jiwa kami sudah bersatu tapi ada waktunya nanti salah satu dari kami mendominasi," papar Alle dengan tersenyum tipis.

"Tadi Elen memiliki warna mata hazel dan Alle ..." Alle mengambil ponsel Marva dari saku lelaki itu. "Alle punya warna mata hijau. Kemudian jika jiwa kami bersatu mungkin berwarna cokelat."

Mereka semua terkejut mendengar penjelasan dari Alle. Lelaki itu kembali merengkuh pinggang Alle dengan raut wajah bingung.

"Kalian jangan ada yang menyakiti jiwa Elen. Jika melakukan itu sama saja kalian menyakiti Alle karena jiwa kami sekarang menyatu. Mungkin kelakuan rada aneh tapi Elen itu orang yang baik," ucap Alle dengan terkekeh kecil.

Tiba-tiba saja bola mata berubah menjadi hazel. "Hey, enak banget Lo bilang gue aneh!"

"Oh, ternyata Lo bisa mendengar ucapan gue," sahut Alle dengan bola mata hijau.

Semua orang yang melihat itu seketika menahan tawa. Rasanya sangat aneh karena gadis itu tampak berbicara sendiri seperti orang gila.

"Iyalah! Kalau Lo nggak percaya liat aja Ig gue!" sembur Elen dengan muka masam.

"Elen jangan teriak lagi! Ini jiwa nggak bisa dibolak-balik kayak pacar Dilan!" seru Alle dengan memegang kepalanya yang agak sakit.

Semuanya menertawai Dilan yang sudah berwajah masam. Namun, tidak dengan Marva yang menatap Alle dengan khawatir.

"Makasih," lirih Alle kemudian bola matanya berganti menjadi warna hazel. "Makasih dan maaf selama ini sudah menyakiti kamu."

Setelah mengatakan itu Alle pingsan. Marva segera menyambut tubuh gadis itu dengan perasaan sedih.

∆∆∆

Jangan lupa vote dan komen 💖
Jiwa dominan Alle= hijau
Jiwa dominan Elen= hazel
Jiwa gabungan= cokelat
Next!

Kita Satu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang