28🍂

5.4K 569 12
                                    

Di perjalanan menuju kantin Marva terlihat enggan untuk melepaskan rangkulan tangannya. Alle mencubit perut lelaki itu, tetapi seolah tidak mengindahkan peringatannya. 

Saat di kantin semua tatapan tertuju kepada mereka dan hal itu membuatnya tambah risi. Ia menyikut perut hingga sang empu merintih, tetapi tidak lama tertawa kecil. Penghuni kantin dihebohkan oleh Marva yang tertawa bersama Alle.

"Jangan banyak tawa! Liat orang-orang ngelihatin kita," bisik Alle dengan mendengkus malas.

Marva menghentikan tawanya. Ia menatap sekitarnya yang menatap kearah mereka dengan antusias juga penasaran.

"Kamu lagi cemburu, ya?" goda Marva dengan terkekeh kecil.

Alle mengerutkan alisnya. "Sejak kapan kamu jadi tukang gombal gini?"

"Nggak tau, tapi yang pasti I got the feels for you. You have stolen my heart dan itu terjadi setiap saat," ungkap Marva dengan tersenyum manis.

Alle tertawa terbahak-bahak. "Aduh, kayak lagu Twice aja!"

"Twice?" tanya Marva dengan mengangkat alisnya.

Alle tidak menjawab. Ia segera berjoget lagu Twice membuat tatapan penghuni kantin tertuju kepadanya.

"Kamu nggak malu dilihatin orang-orang?" tanya Marva dengan terkekeh kecil.

Alle tertegun. Ia menatap sekeliling yang tengah menatapnya kini. Ia tidak menyangka perbuatannya menjadi buah bibir para penggosip.

"Coba liat!"

"Caper banget, anjir!"

"Iya, kalau joget gitu gue juga bisa!"

Alle mendengkus malas. Ia pergi menuju tempat saudaranya berada tanpa memperdulikan para penggosip itu.

"Kali ini kalian selamat," tekan Marva dengan muka dingin.

Marva meninggalkan para penggosip yang sudah ketar-ketir sendiri. Ia tersenyum tipis melihat Alle yang tampak bahagia melihat makanan.

Saat sampai ia segera duduk disamping gadis itu. Alle yang melihatnya tidak peduli dan melanjutkan acara makannya.

"Cie, si Bos udah pacaran aja sama Ale-ale," ledek Arel dengan tertawa kecil.

"Iya, mana udah main rangkul! Bikin iri orang aja," sahut Dilan dengan menggelengkan kepalanya.

"Gue beri restu aja, bro! Asal nggak nyakitin Alle aja," celetuk Elang yang disetujui oleh Galen.

Alle mendengkus malas. "Banyak bacot Lo pada! Lalu ini Bang Elang ngapain disini? Nggak sama si mantan?"

Elang menghela nafas. "Kalau itu gue udah ajak dia ke kantin, tapi dia nggak mau katanya mau belajar. Kadangkala gue agak kasian sama Ansel dia orang baik dan kuat yang gue kenal."

Alle mengerutkan alisnya. "Apa dia mengalami masalah?"

"Semua orang pasti punya banyak masalah Alle. Gue nggak akan bisa cerita kecuali dia mau cerita sendiri ke Lo," jawab Elang dengan tersenyum tipis.

Alle mengangguk pelan. Ia kembali menyantap makanannya dengan tenang walaupun pikirannya sedikit kusut karena menemukan hal yang mengejutkannya beberapa hari ini.

"Alle gue penasaran dari kapan Lo pacaran sama Marva?" tanya Elang dengan mengangkat alisnya.

Alle mengangkat alisnya. "Pacaran? Kami nggak pacaran untuk sekarang."

"Yang diucapkan Alle itu benar. Gue memang mencintainya dan berjuang untuk mendapatkan hatinya," sahut Marva dengan muka datar.

Brak!

Kita Satu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang