39🍂

4.2K 452 0
                                    

Pagi yang cukup tenang tiba-tiba saja menjadi ricuh. Alle berteriak memanggil sang ayah dengan perasaan campur aduk.

"Ayah dimana?!" teriak Alle dengan menuruni tangga.

"Diruang keluarga, Nak!"

Alle segera berlari menuju ruang keluarga. Wajahnya yang memerah membuat para pembantunya tampak ketakutan.

Saat sampai ia tidak lagi memperdulikan ada tamu. Ternyata Marva dan kawan-kawannya masih belum pergi dari malam.

"Siapa yang ayah bikin hamil saat itu?" celetuk Alle dengan muka datar.

"Alle ini terlalu pagi untuk berdebat," sahut Ilman dengan tersenyum tipis.

"Dih, dasar cowok! Nggak cukup punya satu istri!" seru Elen dengan menatap sinis.

"Diam Elen! Gitu-gitu masih ayah kita!" tegur Alle dengan memutar matanya.

Arel menggaruk tengkuknya. Ia terlihat menatap Alle dengan raut bingung. "Ini kalau jiwa kalian bersatu gimana manggilnya? Kalau manggil Alle terlalu membingungkan."

Semuanya mengangguk pelan apalagi mereka tinggal dalam satu tubuh. Hal ini seperti kebingungan saat memanggil anak kembar yang wajahnya mirip.

"Panggil Alen sabi kali, ya!" seru Elen dengan bersedekap dada.

"Lo terlalu berisik! Kepala gue sakit!" geram Alle dengan memegang kepalanya.

"Berarti fix kalian manggil kami Alen! Kalau gitu bye-bye!" seru Elen sebelum jiwa mereka kembali bersatu.

Alen menatap sang ayah dengan penuh tanda tanya. Ia cukup penasaran dan ingin bertemu saudaranya walaupun beda ibu.

"Alen sebaiknya jangan bahas ini lagi takutnya nanti canggung," ucap Elang dengan menghela nafas.

Alen mengangkat alisnya. "Memangnya kenapa? Apa Bang Elang nggak mau tau dimana saudara kita? Dia memang terlahir dari kesalahan bukan berarti bersalah."

"Sekarang Alen tanya sekali lagi siapa wanita yang dihamili?" tekan Alen dengan muka datar.

Ilman menghela nafas. Putrinya memang menuruni sifatnya yang keras kepala.

"Istri keluarga Leonardo," jawab Ilman dengan menatap sang putri.

Semua orang seketika menjadi terkejut termasuk Alen. Mereka tidak menyangka orang yang menjadi selingkuhan kepala keluarga Sinathrya itu adalah ibu dari Arkan.

"Kalau begitu apa alasan ayah selingkuh dari bunda?" tanya Alen dengan mengangkat alisnya.

"Ayah bukan selingkuh tetapi dijebak oleh rival bisnis ayah yaitu keluarga Radeya. Pria itu ingin menjebak ayah bersama wanita bayarannya. Tapi rencana itu gagal karena istri keluarga Leonardo tidak sengaja lewat dihadapan ayah saat obat itu mulai bereaksi," papar Ilman dengan memijat pelipisnya.

Marva dan teman-temannya sekali lagi terkejut mendengar kabar ini. Alen mengangguk pelan pantas saja Vio bilang jika keluarganya ingin menghancurkan keluarga Sinathrya.

"Anjir, lagi-lagi dari keluarga Vio!" seru Dilan dengan bergidik ngeri.

"Iya, nggak ada kapoknya tuh biang keladi udah tua juga!" sahut Arel dengan manggut-manggut.

Alen berdehem kecil dengan menatap tajam kearah Arel. Kemudian kembali mengalihkan atensinya kepada sang ayah.

"Lalu sekarang saudara Alen ada dimana?" tanya Alen dengan mengangkat alisnya.

Ilman menghela nafas. "Kalau itu ayah juga tidak tahu. Ayah kerap kali bertanya kepada keluarga Leonardo tapi dibilang tidak tahu. Ayah juga beberapa kali meminta mata-mata untuk mencari saudaramu itu."

Kita Satu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang